SELAMAT DATANG TO MY
Rumah karya moh. ghufron cholid, anda bisa bertamasya sambil membaca semua karya dan bisa mengomentarinya dengan penuh perenungan dan berdasar selera masing-masing. Jangan lupa ngisi data kehadiran.Ok!

Kamis, 03 Juli 2014

UNSUR PENDIDIKAN DALAM PUISI "DI MAKAM" (Apresiasi Atas Puisi Karya Novy Noorhayati Syahfida)

Oleh: Moh. Ghufron Cholid


Sore hari menjelang maghrib, saya keliling beranda rekan-rekan fb, memastikan nasib masih gempita untuk terus diperkenalkan. Saya menetap di beranda Novy Noorhayati Syahfida, penyair Tangerang, saya berhadapan dengan puisi berjudul DI MAKAM yang dibuat khusus untuk orang yang Nov cintai yang Nov namai "pa" panggilan cinta buat orang istimewa, yang telah ikut serta berjasa mengenalkan Nov pada dunia.

DI MAKAM judul puisi yang begitu mencekam. Mendengar kata MAKAM yang ada dalam benak adalah kenangan penuh linang. Mendengar kata MAKAM bulu-bulu yang ada di badan berdiri tanpa ada yang mengomando, semacam gerak reflek.

Sebagai seorang yang mencintai puisi, sebagai seorang anak yang ingin memotret kenangan bersama orang istimewa, Nov telah mempercayakan pengembaraan batinnya pada puisi, yang ditulisnya di Bandung pada 2 Februari 2014.


Penyair, Puisi dan Waktu yang Mengiris Hati

Penyair dan puisi bagaikan suami-istri saling memberi arti, begitupun puisi berjudul DI MAKAM adalah puisi kembara yang serupa waktu yang mengiris hati.

Novy Noorhayati Syahfida menulis begini dalam puisinya:

DI MAKAM

aku datang kembali, pa...
lepas rindu raga
membasuh tubuh rerumputan
mengurai manik kenangan
panjatkan al-fatihah, lafadzkan yasin
di makam inilah saat perjumpaan
ingatkan diri akan sebuah pertemuan

Bandung, 2 Februari 2014

ia buka puisinya, /aku datang kembali, pa.../ ada pertemuan yang terjalin sebelumnya. Ada rindang kenangan dalam tatap masa silam. Nov seakan berbicara dan orang yang disebut 'pa' seakan masih mendengar. Barangkali yang sedang terjalin adalah komunikasi metafisis. Komunikasi yang tak tertangkap oleh kelima indera yang dimiliki manusia. Beginilah puisi ini mengabarkan sebuah perjumpaan. Perjumpaan yang tak nyata, perjumpaan yang menunaikan kerinduan meski sifatnya tak tertangkap kasat mata. Begitulah perih perjumpaan dibuka. Beginilah irisan waktu dikenalkan.

/lepaskan rindu raga/ jadi yang lepas saat seseorang menziarahi makam orang yang istimewa adalah rindu raga. Mengapa mesti rindu raga? Karena raga tak bisa wujud utuh seperti sediakala semasa hidup. Barangkali dengan menziarahi makam telah dimaknai rindu secara ragawi telah purna, oleh karena yang terlepas hanya rindu raga.

/membasuh tubuh rerumputan/ ada fenomena yang berbanding terbalik pertemuan yang tercipta antara sesama orang hidup dengan pertemuan yang terjalin antara orang hidup dan orang mati. Nov mengumpamakan ataupun melukiskan 'membasuh tubuh rerumputan' ada semacam ketakberdayaan yang coba disucikan. Rerumputan bisa dimaknai ketakberdayaan, akan bermakna lebih istimewa saat yang dibasuh adalah tubuh rerumputan. Ada penghormatan yang hendak diberitakan. Ada isyarat cinta yang dikabarkan. Ayah atau yang disebut 'pa' dalam puisi Nov mencoba diangkat pada tingkatan yang lebih tinggi, rerumputan yang penuh tanah dibasuh agar menjadi lebih bersih. Agar jadi lebih terhormat. Ada rasa hormat dan bakti yang disisipkan. Dalam debar waktu yang paling perih, ayah tetap dapat tempat istimewa.

/mengurai manik kenangan/ kata manik perlambangan keindahan jadi yang hendak diurai penyair adalah kenangan indah bersama ayah. Mengurai kenangan indah akan menambah rasa cinta dan rasa cinta itulah melahirkan kekhusyu'an dalam menerjemahkan rasa cinta yakni dengan membacakan fatihah dan surah yasin di makam ayah penyair. Perjumpaan di makam ayah menjadi sangat penting karena penyair dapat menghadirkan segala kenangan terindah tentang kebersamaan yang terbingkai dalam pertemuan.

Dengan kata lain, hadir ke makam ayah sama halnya menjenguk masa silam yang mengurai kebersamaan.


HAL-HAL YANG DILAKUKAN DI MAKAM

apakah menziarahi makam merupakan suatu dosa? Tak ada salahnya jika kita merenungi hadits nahaitukum 'an ziyaratil qobri fazuruuha (telah aku larang kalian untuk ziarah kubur maka berziarahlah), dulu ziarah kubur adalah hal yang dilarang namun pelarangan tersebut diganti dengan anjuran.

Ada unsur pendidikan yang tersirat dalam puisi ini saat pergi ke makam yakni membasuh tubuh rerumputan yang bisa dimaknai secara bebas bahwa rumputan tumbuhan yang identik dengan keserbatakberdayaan maka saat meninggal orang yang kita cintai membasuh segala amal jeleknya dengan perbuatan baik yang pahalanya disedekahkan pada yang meninggal. Mengirim fatihah dan membaca yasin adalah amalan yang baik untuk dilakukan di makam yang dikhususkan pada yang telah meninggal.

Apakah ziarah kubur, mengirim fatihah dan membaca yasin adalah perbuatan sia-sia? Tentu tidak! Sebab dengan berziarah mengingatkan pada kematian. Apakah doa yang dikirimkan adalah sia-sia jawabnya wallahu a'lam bisshowab namun jika menilik pada shalat janazah bisa ditafsirkan sangat bermanfaat sebab isi shalat jenazah setelah fatihah dan shalawat adalah doa, maka kalau kita berkaca pada isi shalat jenazah maka yang dilakukan sampai pahalanya pada yang telah meninggal namun Allah lebih tahu dan Maha Rahman Rahim atas hamba-hambaNYA

MADURA, 2 Februari 2014




               Foto Penyair Tangerang Novy Noorhayati Syahfida yang karyanya menjadi materi bahasan

Tidak ada komentar: