SELAMAT DATANG TO MY
Rumah karya moh. ghufron cholid, anda bisa bertamasya sambil membaca semua karya dan bisa mengomentarinya dengan penuh perenungan dan berdasar selera masing-masing. Jangan lupa ngisi data kehadiran.Ok!

Selasa, 08 Juli 2014

PUISI YANG MENJINAKKAN KEHIDUPAN (Esai Apresiatif Atas Puisi Novy Noorhayati Syahfida Berjudul Luqman dan Titah Suci)

Oleh Moh. Ghufron Cholid

LUQMAN DAN TITAH SUCI

Anakku, meski sekecil biji sawi
Amalmu dibalik batu sembunyi
Diantara langit dan bumi ini
Balasan Allah datangnya pasti
Sungguh Allah Maha Halus meliputi
Lagi Maha Mengetahui

Anakku,tegakkanlah shalat
Dan titahlah beramal ma’ruf
Bersabarlah menanggung musibah
Sikap batin yang demikian
Titah suci yang diagungkan
(Pada sisi pandangan Tuhan)

jangan palingkan muka dari manusia
jangan berjalan pongah di atas dunia
Allah amat tidakmenyukai
Para penyombong pembangga diri

Ayunkan langkah bersahaja
Lunakkan tutur kala menyapa
Seburuk-buruk ingar
Ingar-bingar suara himar

Jakarta, Kramat 6

Menanam kebaikan tak mengenal usia sebab kebaikan akan senantiasa menghidupkan pelakunya meski ruh telah berpisah dari raga. Moh. Ghufron Cholid

LUQMAN DAN TITAH SUCI begitulah judul puisi yang tertera di sebuah catatan FB dengan creator bernama Novy Noorhayati Syahfida, Tangerang. Puisi ini pernah dimuat oleh Pikiran Rakyat pada 6 Oktober 2002 namun saya tak fokus pada puisi ini pernah dimuat atau tidak di sebuah media yang saya fokuskan hanyalah membuatkan esai apresiatif tentang puisi berjudul LUQMAN DAN TITAH SUCI.

Membaca judulnya saja sudah sangat jelas ada kebaikan yang hendak ditanam oleh creator baik untuk dirinya sendiri maupun kita yang menjadi pembaca karya Novy Noorhayati Syahfida. Penanaman cahaya kebaikan yang dilakukan Luqman pada anaknya membuat nama Luqman disebut dalam firman Tuhan sebagai percontohan bagi orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

Creator tak memerlukan metafora yang melangit untuk menyampaikan idenya, yang ada dalam benaknya bagaimana puisi dapat dipahami dengan mudah dan dapat diamalkan amanat pesan yang dikandung di dalamnya, paling tidak pandangan ini bisa kita lihat jelas di bait pertama,
Anakku, meski sekecil biji sawi
Amalmu dibalik batu sembunyi
Diantara langit dan bumi ini
Balasan Allah datangnya pasti
Sungguh Allah Maha Halus meliputi
Lagi Maha Mengetahui

Yang ditekankan creator tak ada amal yang sia-sia. Amal yang baik akan selalu menumbuhkan kebaikan pula. Tak usah risau dengan amal yang kita lakukan meski tak ada yang melihat, Allah Maha Mengetahui, jadi dalam beramal Luqman seakan anak-anaknya dirisaukan akan mendapat pujian manusia atau tidak, yang terpenting adalah pelaksanaannya. Dikerjakan dengan tulus mengharap ridha Ilahi.

Membaca puisi ini, saya teringat dengan sebuah hadits qudsi yang terjemahan bebasnya kurang lebih berbunyi bersedekahlah sekiranya tangan kanan memberi, tangan kiri tidak mengetahui, dengan demikian bersedekah yang baik adalah sedekah yang disembunyikan. Sedekah yang tidak diketahui bahkan oleh tangan kirinya sendiri, keluarganya, teman-temannya, guru-gurunya maupun tetangganya. Apakah bersedekah secara terang-terangan adalah hal yang salah kaprah? Untuk menjawab itu, paling tidak kita melihat pada niat awal bersedekah, jika hanya ingin dipuji maka kurang tepat, namun jika niatnya agar semakin banyak orang yang bersedekah maka bersedekah secara terang-terangan juga baik.

Hanya saja dalam bait pertama creator melalui puisinya lebih menganjurkan untuk melakukan kebaikan secara sembunyi-sembunyi mengenai alasannya tentulah creator yang lebih tahu, paling tidak jika saya diperbolehkan untuk menjawab, hanya ingin terhindar dari sifat riya’ (ingin dipuji).

Pada bait kedua pesan atau nasehat berbuat baik mulai ditekankan secara tegas oleh Luqman kepada anak-anaknya, creator menulis begini dalam bait keduanya,

Anakku,tegakkanlah shalat
Dan titahlah beramal ma’ruf
Bersabarlah menanggung musibah
Sikap batin yang demikian
Titah suci yang diagungkan
(Pada sisi pandangan Tuhan)

Hal utama yang paling ditekankan adalah shalat, mengapa musti shalat? Barangkali shalat adalah puncak dari pembelajaran kebaikan yang paling inti. Kedudukan shalat diletakkan di nomer urut kedua dalam rukun Islam, diletakkan setelah membaca syahadah sebagai penanda seseorang masuk Islam. Dalam shalat segala kebaikan dimulai. Dalam shalat pula keagungan dan kewibawaan pemimpin dapat terlihat jelas. Dalam shalat, pendidikan bernegara begitu lugas, di mana seorang makmum (warga) harus senantiasa mengikuti imam (pemimpin), tidak boleh mendahului dan jika imam shalah makmum akan segera memperbaiki baik melalui ucapan subhanallah (untuk lelaki) atau tepukan tangan (untuk perempuan).  Tak hanya itu, shalat merupakat perintah yang begitu agung yang langsung diperoleh Nabi Muhammad dari Allah tanpa perantara Malaikat Jibril lewat peristiwa isra’ dan mi’raj, di samping itu shalat adalah amalan yang dihisab pertama kali.

Dalam bait ketiga, creator mulai menyorot bagaimana seharusnya manusia hidup di dunia, maka creator pun menyampaikan pandangannya,


jangan palingkan muka dari manusia
jangan berjalan pongah di atas dunia
Allah amat tidakmenyukai
Para penyombong pembangga diri

Kita seharusnya hidup damai, hidup dengan selalu menjalin ikatan silaturrahmi sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi bahwa silaturrahmi dapat memperlancar rejeki dan memperpanjang umur. Membina hubungan yang baik antar sesama manusia tanpa saling memalingkan muka, tanpa harus menyombongkan diri adalah kehidupan yang baik sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong, begitu pula kita sebagai manusia, kita tentulah tidak mau berteman dengan orang yang sombong, yang beranggapan dirinya yang paling sempurna sementara orang lain berada di bawah kakinya, yang bisa dengan mudah diinjak-injak semaunya.

Ada solusi yang ditawarkan creator untuk menjadikan kita pribadi yang baik dalam hidup, ada pun solusi itu creator sampaikan dalam bait keempatnya yang berbunyi,

Ayunkan langkah bersahaja
Lunakkan tutur kala menyapa
Seburuk-buruk ingar
Ingar-bingar suara himar

Kebersahajuaan dalam hidup begitu penting di samping itu pula harus melunakkan tutur saat menyapa sesama manusia agar hati yang mendengarnya terasa teduh, agar amarah yang menatapnya tajam segera menutup mata, berbuat sesuatu yang mengganggu orang lain sangatlah tidak diperkenankan, terlalu membuat ramai lingkungan juga tidak baik untuk hidup kita, maka kebisingan dan hingar binger yang kita buat dan mengganggu ketenangan orang tak ubahnya himar. Hal ini ditekankan bukan semata-mata ingin menggugat kebebasan yang dimiliki antar person dalam mengekspresikan hidup namun yang lebih penting menjalin hidup yang damai.

Karena amanat pesan yang mendapat porsi utama, creator tak memperindah bahasanya sehingga yang terasa amarah yang meledak-ledak, layaknya penceramah di atas mimbar ketika menekankan kehidupan yang lebih baik, bagaimana pun creqator telah mengambil pilihan yang telah diyakini. Pilihan diksi yang kadang memekakkan telinga bagi yang mendengarnya, barangkali inilah jalan yang harus ditempuh ketika menciptkan puisi. Paling tidak puisi ini telah memadukan antara bahasa lembut dan bahasa yang terkesan lugas karena tidak diperindah dengan metafor yang lebih lunak.

Jalan kepenulisan sudah dibuat creator selebihnya kita sebagai pembaca hanya bisa mengambil sisi baik yang ingin kita ambil, paling tidak dengan membaca puisi Novy kita telah mendapat gambaran seperti apa cara melukkan hidup.

Surabaya, 8 Juli 2014

Tidak ada komentar: