SELAMAT DATANG TO MY
Rumah karya moh. ghufron cholid, anda bisa bertamasya sambil membaca semua karya dan bisa mengomentarinya dengan penuh perenungan dan berdasar selera masing-masing. Jangan lupa ngisi data kehadiran.Ok!

Minggu, 19 April 2015

MENGGAMBAR RUMAH PENYAIR DAN CARA MENAKLUKKAN KEMELUT


Oleh Moh. Ghufron Cholid

HARI MINGGU DI RUMAHKU, kata aziz zabidi memperkenalkan buah hati imajinasinya. aziz seakan ingin menghadirkan hari minggu yang tak biasa di rumahnya. hari minggu yang semestinya diisi dengan menghentikan segenap aktivitas baik berupa tugas kantor, atau tugas lain yang selalu menyita waktu. tampaknya aziz menghendaki rupa yang lain, yang barangk
li lepas dalam pandang namun akrab dalam keseharian. menghadirkan rupa rumah dengan ragam kemelut juga hiburan. ada baiknya kita akan saya posting utuh puisinya agar bisa dinikmati daya imajinasibpenyair negeri seberang, yakni penyair malaysia bernama aziz zabidi,

HARI MINGGU DI RUMAHKU 


Sepatutnya hari ini tingkap rumahku dibuka, cahaya
panas matahari mungkin akan matikan mimpi semalam
yang masih berlegar di ruang tamu. Tapi entah kerana
ekonomi yang tidak menentu atau kerana ramalan
tukang tilik di siaran tv, aku langsung mengunci tingkap
dan biarkan langsir menggelap.

Di dapur, cerek dan kuali berbunyi-bunyi, minta
perhatian akan menu yang patut kutulis, seeloknya
harus ada cili, kentang dan mungkin mentega. Resepi
paling baik adalah sajak-sajak pengubat duka yang siap
terhidang di meja.

Oh, begitu rumahku bernyanyi pula, muzik pop mariah
carey dan mathanawi rumi. Ada juga okestra metallica
dan blues dari tanah yang jauh. Aku hanya memegang
gitar, merakam fotonya. Ada sesuatu tentang bunyi,
yang membuat rumahku menyimpan kesedihan diubun-
ubunnya.

Sebentar kusedari, ada juga bau mayat di ruang baca.
Mungkin nietzche telah mati sebelum tuhannya, atau
hallaj berpulang meminta nyawa. Tak perlu peduli,
hanya biarkan buku-buku berdebu, dan biarkan juga
cakarewala terus berputar pada paksinya.

Oh, mungkin aku patut diam dan biarkan saja pesta hari
minggu bermula.

aziz zabidi
april 2015

puisi ini berhenis naratif dengan ide yang mebgalir dan terdiri dari lima bait. aziz hendak mengungkap ragam kegiatan yang terjadi dalam rumah yang dalam hal ini bisa saja rumah penyair sendiri, bisa pula rumah yang ada dalam imajinasinya.
aziz zabidi mulai menuturkan pandangannya, tentang latar suasana yang lumrah terjadi di sebuah rumah, yang penghuninya disibukkan dengan kegiatan sebelum hari minggu sehingga berimbas pada minggu yang malas,
Sepatutnya hari ini tingkap rumahku dibuka, cahaya
panas matahari mungkin akan matikan mimpi semalam
yang masih berlegar di ruang tamu. Tapi entah kerana
ekonomi yang tidak menentu atau kerana ramalan
tukang tilik di siaran tv, aku langsung mengunci tingkap
dan biarkan langsir menggelap.
beraktivitas terlalu malam akan berdampak pada kegiatan pagi, yang masih terasa sulit untuk bergerak. pagi yang seharusnya dinikmati kehadirannya dengan riang gembira lantaran panorama pagi yang indah, tak bisa dinikmati dengan kata lain penghuni rumah enggan bergerak karena dikuasai kantuk kalau tak mau dikata malas beranktivitas.
Bisa juga bait pertama hendak menegaskan bahwa pada hakekatnya manusia yang dipenuhi ragam pikiran yang menyesakkan dada, cendrung memilih diam dan menjadikan padi raib dalam pelukan mimpi.
Dapur bagian terpenting dari sebuah rumah dan ini pulalah yang tak lepas dari sorotan aziz zabidi, semalas apapun manusia untuk beraktivitas, memperhatikan dapur adalah hal yang akan melekat dalam ingatan, sebab dari dapur bisa ditemukan energi yang membuat manusia untuk bergerak melawan malas.
tampaknya aziz sangat mengenal urusan dapur sehingga pendeskriptifan tentang dapur sangat mengena. Namun ada yang ingin ditampilkan berbeda oleh aziz zabidi bahwa yang membedakan rumah penyair dengan rumah bukan penyair adalah terhidangnya sajak-sajak pengubat duka, berikut penuturan aziz di bait keduanya,
Di dapur, cerek dan kuali berbunyi-bunyi, minta
perhatian akan menu yang patut kutulis, seeloknya
harus ada cili, kentang dan mungkin mentega. Resepi
paling baik adalah sajak-sajak pengubat duka yang siap
terhidang di meja.
Namun kendati rumah penyair berbeda dengan rumah kebanyakan, zabidi tak lupa pada kodratnya bahwa sejatinya penyair juga manusia, meski ada perbedaan mencolok namun masih memiliki persamaan yang tak bisavdibafikan, berikut penuturan aziz zabidi,
Oh, begitu rumahku bernyanyi pula, muzik pop mariah
carey dan mathanawi rumi. Ada juga okestra metallica
dan blues dari tanah yang jauh. Aku hanya memegang
gitar, merakam fotonya. Ada sesuatu tentang bunyi,
yang membuat rumahku menyimpan kesedihan diubun-
ubunnya.
azibi hendak menegaskan dalam hidup tak hanya berisi sukacita, duka pun juga akan dialami oleh tiap manusia yang menghuni rumah. peristiwa sunnatullah juga diungkap bahwa penyair juga memiliki kenangan sedih dengan rumah yang telah dihuninya, penuturan ini sangat tampak dalam diksi-diksi berikut, rumahku menyimpan kesedihan di ubun-ubunnya.
Dalam bait selanjutnya aziz zabidi memotret ragam peristiwa yang bisa terjadi dalam tiap rumah, bahwa ingatan penghuninya bisa menjangkau masa lampau, mencium bau hikmah dari peristiwa yang dialami oleh seseorang untuk dijadikan cermin, berikut penuturan aziz zabidi,
Sebentar kusedari, ada juga bau mayat di ruang baca.
Mungkin nietzche telah mati sebelum tuhannya, atau hallaj berpulang meminta nyawa. Tak perlu peduli, hanya biarkan buku-buku berdebu, dan biarkan juga cakarewala terus berputar pada paksinya.
kematian seseorang bisa jadi gambaran buat orang lain dan tambahan referensi dalam menjalani hidup ke arah yang lebih baik, permisalan kematiab orang lain bolehlah dijadikan cermin namun tak boleh terlalu larut dalam,kepedihan dan ketakutan, solusi yang ditawarkan aziz zabidi berada dalam diksi-diksi berikut, biarkan juga cakarewala terus berputar pada paksinya, dengan artian kita harys menjalani hidup secara wajar, tak boleh larut dalam ketakutan sebab sejatinya roda hidup terus berputar.
Akhirnya aziz zabidi berada pada puncak kesadaran bahwa sejatinya untuk keluar dari kemelut dan kalut atau keluar dari titik jenuh adakalanya manusia butuh hiburan untuk menormalkan otot-otot yang telah lama menegang, aziz zabidin pun berucap,
Oh, mungkin aku patut diam dan biarkan saja pesta hari
minggu bermula.
Ada dua solusi yabg ditawarkan untuk nengusir duka lara yakni diam dan menikmati hari libur dengan riang.
Madura, 17 April 2015

SHIRLEY DALAM IRAMA KEPEDIHAN

Oleh Moh. Ghufron Cholid*
DI MAKAM NAIM

Untaian kata berbulir belangsungkawa
air mata luluh menembus cakrawala
dalam hening mengitari
harumnya zikir bertasbih
menyanyat-nyayat jiwa
sebermula kata bicara

Naim...
di makammu terlakar cita dan harapan
menutupi tiap tangis kesunyatan
menabiri kekinian
menjadi inti diri
terlukis mematri di akhir goresan.

Naim...
dalam lirih lepas nafas
dikau memberi sejuta harapan
biar raga dan ruhmu
melayang ke Negeri Abadi
menuntas dunia depan yang jauh
mengapai derajat tertinggi di sisi Khalik.

Selamat jalan Naim
tenang dan damailah di sana
biar angin menguraikan udaramu
saatnya aku akan berpulang jua.

Puisi mengenang Almarhum Cikgu Mohammad Naim
Daipi
( 27/6/1950 - 13/4/2015 )

Shirley Idris
Sinar Bukit Dumbar,
14042015

DI MAKAM NAIM adalah judul yang dipilih shirley untuk menggambar betapa pedih penyair serumpun karena kehilangan sosok guru sekaligus sahabat dalam kembara bahasa, NAIM adalah sebutan akrab buat alm. mohamed naim daipi yang wafat pada 13 april 2015.

Latar suasana pedih sangat terasa di bait pertama. hal ini bisa dimaklumi kedekatan emosional kreator dengan naim tak hanya perkenalan lewat karya bahkan terjalin secara tatap muka jika menghayati bait pertama.

Manusia adalah cerita bagi generasi berikutnya#maka jadilah cerita yang baik bagi yang ditinggalkan. tampaknya Naim dalam pandangan shirley telah menjadi hasanan liman wa'a (cerita yang baik bagi generasi yang ditinggalkan). Kesan tersebut sangat jelas di bait pertama.

Rasa kehilangan rupanya tak cukup hanya mengungkap kepedihan maka ada sikap yang hendak ditampakkan oleh shirleydi bait keduanya,

Naim...
di makammu terlakar cita dan harapan
menutupi tiap tangis kesunyatan
menabiri kekinian
menjadi inti diri
terlukis mematri di akhir goresan.

Nisan orang baik selalu menjadi penanda yang baik. Bisa dipahami sejatinya yang meninggal hanyalah jasad sementara cita dan harapan masih bisa dilacak dan dirasakan kehadiran lewat pemikiran yang ditinggalkan.

Nisan orang yang baik bisa menjadi cermin bagi orang yang hidup, cermin untuk berlomba menjadi yang terbaik. Barangkali inilah yang henak disampaikan shirley di bait kedua.

Shirley tak puas hanya mebjadikan nisannaim sebagai cermin untuk menjadi probadi yang lebih baik maka di bait ketiga Shirley semacam meegaskan kesaksian bahwa naim adalah sosok yang baik,
Naim...
dalam lirih lepas nafas
dikau memberi sejuta harapan
biar raga dan ruhmu
melayang ke Negeri Abadi
menuntas dunia depan yang jauh
mengapai derajat tertinggi di sisi Khalik.

Kematian adalah peristiwa yang pasti yang terjadi maka mempersiapkan bekalyang baik adalah yang harus dilakukan tiap insan, apa yang dilakukan naim adalah upaya mendapat maqam tertinggi di sisi sang khalik.

Bait pamungkas menunjukkan shirley telah sampai pada puncak kesadaran bahwa sejatinya hidup adalah kembara menuju kematian dan kepulangan seseorang merupakan penanda untuk kepulangan bagi yang lain atau menunggu antrian.

Menginsafi kematian adalah jalan yang akan ditempuh tiap insan maka mengatakan selamat jalan adalah langkah terbaik yang ditempuh shirley. Melepas kepergian sosok yang istimewa dalam hidup dengan penuh kesadaran adalah bagian dari jalan ikhlas yang mau tak mau akan dijalani tiap insan.

TEMA YANG DIANGKAT
KEMATIAN adalah tema yang diangkat shirley dalam puisinya kali ini. "Segala sesuatu akan binasa kecuali Allah" dalam firman yang lain, "Tiap jiwa akan mengalami kematian".

Apa yang hendak dihadirkan shirley dengan mengangkat tema kematian? barangkali shirley hendak mencubit hatinya dan kita selaku pembaca bahwa sejatinya kita akanmati, dengan mengingat tentulah menepuk dada atas segala keberhasilan atau terlampau berduka atas segala yang hilang dari kita tentu takkn pernah terjadi, kalaupun harus terjadi tentulah takkan terjadi secara berlebihan.

Kematian tak terduga yang erjadi pada seseorang barangkali menjadi semacam rambu bahwa sejatinya tak ada yang benarbenar mampu menebak.secara pasti kapan kematian datang menjemput sehingga meerjemahkan usia dengan hatihati dan penuh kesadaran adala pilihan yang akan dambil untuk menjadi pribadi yang lebih unggul.

Madura, 14 April 2015
*Pendiri Pesantren Penyair Nusantara di FB, menulis puisi, pantun, cerpen dan esai, terbit dalam antologi bersama baik di dalam dan luar negeri, sempat membacakan beberapa puisinya di Kongres Penyair Sedunia ke-33 di Ipoh Malaysia, menetap di Madura.