SELAMAT DATANG TO MY
Rumah karya moh. ghufron cholid, anda bisa bertamasya sambil membaca semua karya dan bisa mengomentarinya dengan penuh perenungan dan berdasar selera masing-masing. Jangan lupa ngisi data kehadiran.Ok!

Minggu, 10 Mei 2015

MENGURAI KECEMASAN PENYAIR DALAM MENERJEMAHKAN HIDUP



Rahma Bachmid
TITIK HITAM MEMERAH


Malam kujemput dilipatan bergerigi
pada tulang-tulang rahang yang menggigit
kuletakkan segala asa bercampur gelisah
berharap pagi kusapa dengan hangat
bukan dengan jari jemari yang terbentur luntur
dan dinginnya dinding menyentuh bul-bul

Malam pun jatuh di kursi sepi
bait-bait ini membawaku tenggelam
tersimpan anak sungai di bibir yang mendesir
embun pun jatuh
perlahan-lahan menelusuri rongga menyentuh alteri
dingin melumat
yang mana hitam dan mana merah
dapatkah kumerabahnya
hari-hari terjepit di antara tiga jembatan
di sana pun ada titik hitam memerah
April, 2015

Saya terus saja membayangkan rupa titik hitam memerah yang diperkenalkan oleh rahma bachmid, saya belum mendapatkan apa-apa dari pesan yang disampaikan maka saya pun mengambil langkah untuk lebih akrab denfan tiga kata yang diperkenalkan di judul.

Titik merupakan sebuah penanda bahwa tak ada lagi perjalanan kalimat sebab ianya telah mencapai pada inti pembahasan. hitam sering diidentikkan dengan warna yang mengandung kekuatan magic. Saya kembali mengakrabi kata-kata hitam memerah, saya ingin memperoleh sebuah bayangan yang kelak membawa saya pada petunjuk, apakah gerangan yang hendak ditegaskan penyair dengan menghadirkan judul titik hitam memerah? memerah merupakan suatu situasi yang menjadikan sesuatu tampak merah. warna merah sering diidentikkan dengan warna darah yang artinya berani maka hitam memerah bisa disimpulkan kekuatan magic yang membuat seseorang tambah memiliki keberanian. Namun jika ditulis utuh titik hitam merah bisa diartikan penanda akhir dari sebuah kekuatan yang membuat seseorang semakin tampak berani. 

Kesimpulan ini didasarkan pada tafsiran bebas sebelum saya benar-benar masuk pada dunia pemikiran yang telah dihadirkan oleh rahma bachmid, dalam puisinya yang dipetakkan hanya pada dua bagian pemikiran yang disematkan dalam dua bait yang ada.

Bait pertama adalah lukisan kegetiran yang penuh harap. ada semacam ketakutan yang begitu menguasai diri namun di sisi lain penyair mencoba bangkit mengusir kegelisahan dengan terus menanamkan harapan dalam dada. 

Kegetiran adalah keadaan jiwa yang mengantarkan seseorang pada pemahaman pada dasarnya rasa takut bersarang dalam kalbu oleh ianya menimbulkan rasa getir sebagai penegasan bahwa sejatinya manusia di samping memiliki keberanian juga memiliki ketakutan. Kegetiran yang memuncak paling tidak bisa dikurangi getarannya dengan merawat harapan secara telaten dan sabar, sebab harapan adalah sebuah titik untuk membangkitkan percaya diri dan menepis putus-asa. 

Dalam harapan yang diperkenalkan penyair di bait pertama juga bermukim ketakutan yang ianya coba diusir walaupun tipis kemungkinan tentang keberhasilan yang kelak dicapai. Berharap pagi kusapa dengan hangat, paling tidak larik ini adalah upaya untuk menumbuhkan keyakinan dalam diri tentang akan adanya masa bahagia di masa mendatang walau sangat tipis kemungkinan bahagia yang akan digenggam. 

Hidup selalu dipenuhi dengan harapan baik yang ingin diraih juga kekhawatiran yang begitu mendalam, yang kehadirannya sangat tidak diinginkan, harapan buruk yang tak ingin bertamu diungkap oleh penyair pada larik-larik, bukan dengan jari jemari yang terbentur luntur dan dindingnya dinding yang menyentuh bul-bul.

Bait pertama mengungkap latar suasana juga mengungkap bahwa sejatinya harap terbagi atas dua jenis yakni harapan yang mengandung unsur optimis dan harapan yang mengandung unsur ketakutan yang kehadirannya tak diinginkan. Penggambaran tentang suasana malam semakin menguat di bait kedua yang dihadirkan oleh penyair Rahma Bachmid,
Malam pun jatuh di kursi sepi
bait-bait ini membawaku tenggelam
tersimpan anak sungai di bibir yang mendesir
embun pun jatuh
perlahan-lahan menelusuri rongga menyentuh alteri
dingin melumat
yang mana hitam dan mana merah
dapatkah kumerabahnya
hari-hari terjepit di antara tiga jembatan
di sana pun ada titik hitam memerah


Sepi adalah penguat suasana malam, begitupun dengan diksi tenggelam. Dingin melumat adalah ciri yang dimiliki oleh malam. Dalam suasana sepi dan dingin yang mengergap, tentu seseorang kadang tak bisa membedakan mana hitam dan mana merah, mengapa? Karena konsentrasi manusia terpecah di saat serangan begitu intim hadir dan tak memberikan waktu yang leluasa untuk berfikir. 

Bait kedua menjadi penguat efek yang ditimbulkan oleh bait pertama, bahwa dalam suasana yang serba terjepit yang bisa dilakukan manusia hanyalah mengeluh dan mengeluh sebagai tanda ketakmampuan dan ketakberdayaan. 

Saya pun memelankan laju baca dan membaca berulang ulang dua larik berikut, hari-hari terjepit di antara tiga jembatan/di sana pun ada titik hitam memerah// saya semacam kehilangan pintu masuk untuk lebih memahami pesan yang akan disampaikan penyair. Saya dikepung rasa penasaran apa gerangan yang dimaksud tiga jembatan? Adakah ianya sebuah pilihan dalam menentukan keyakinan untuk menaklukkan sebuah permasalahan, yang jika diterjemahkan secara bebas bisa bermakna dalam menyikapi masalah manusia terbagai atas tiga golongan ada yang menganggap permasalahan tersebut sangat serius sehingga memerlukan penangan khusus untuk memecahkan, sementara golongan kedua menganggapnya penting untuk direspon atau tak diresponpun tak mengapa karena tak dapat member kemudlaratan. Golongan ketiga menganggap permasalahan yang dialami sangat ringat sehingga tak perlu dipikirkan atau dengan artian lupakan masalah yang ada. 

/Di sana pun ada titik hitam memerah// membaca larik ini secara berulang saya seakan dibawa dalam sebuah ruang pengap oleh penyair yang di dalamnya tak ada cahaya, yang ada hanyalah kesuraman seakan penyair ingin menegaskan pengarus buruk sudah semakin kuat. 

Kalau titik hitam memerah dibawa dalam dunia supranatural di mana kekuatan hanya dipahami ada dua macam yakni kekuatan ilmu putih (ilmu yang memancarkan kebaikan) dan ilmu hitam (ilmu yang membawa pengaruh buruk) maka bisa dipastikan sejatinya penyair dari dalam jerit nuraninya mengabarkan bahwa kekuatan buruk sudah semakin kuat. Titik hitam memerah. 

Madura, 10 Mei 2015