SELAMAT DATANG TO MY
Rumah karya moh. ghufron cholid, anda bisa bertamasya sambil membaca semua karya dan bisa mengomentarinya dengan penuh perenungan dan berdasar selera masing-masing. Jangan lupa ngisi data kehadiran.Ok!

Senin, 06 Desember 2010

FLOWER

Flower at your heart
Paradise at my eyes

Heart Room,2010
http://www.poemhunter.com/members/mpoems/default.asp?show=poem&poem=25646704

HEART WEATHER

Never love flower
Every hate eyes

Never pradise
Every conscience goes out

Al-Amien,11 April 2010
Sumber http://www.poemhunter.com/members/mpoems/default.asp?show=poem&poem=23296840

Rabu, 24 November 2010

ANTOLOGI PUISI KETIKA PENYAIR BERCINTA



by Moh. Ghufron Cholid


Publisher : Evolitera
Released : 31st Jul, 2010
Pages : 47
Category : Classic Literature
SubCategory : Poetry
Language : Indonesia


Summary
Ketika Penyair Bercinta adalah antologi puisi sebanyak 31 puisi karya 31 penyair yang tergabung dalam Penyair Facebook Lintas Negara.

Beraneka cinta ditampilkan di dalamnya agar kita bisa menelaah bersama, dan seluruh penyair yang berada dalam antologi ini berharap agar bisa sama-sama menerjemahkan cinta yang ada di dalamnya dengan sangat suka cita.

Ini adalah salah satu puisi yang dijadikan penutup ebook Antologi Puisi Ketika Penyair Bercinta selamat membaca, menikmati dan mengapresiasi

M. Hasan Sanjuri
AKU TELAH MENCINTAIMU SECARA DIAM-DIAM

aku telah mencintaimu secara diam-diam
tanpa pesan singkat atau dering panggilan di telpon genggam

aku telah mencintaimu secara diam-diam
tanpa mawar atau ukiran wajah dari pualam

aku telah mencintaimu secara diam-diam
tanpa surat cinta atau titipan salam

aku telah mencintaimu secara diam-diam
dengan puisi yang sebentar lagi akan terkubur dalam-dalam

09 Juli 2009

Jumat, 19 November 2010

ANTOLOGI CERPEN CINTA RELIJI LINTAS NEGARA



by Moh. Ghufron Cholid

Publisher : Evolitera
Released : 17th Nov, 2010
Pages : 70
Category : Short Stories
SubCategory : Romance
Language : Indonesia


Summary
Apa yang istimewa dari sebuah antologi cerpen bertema percintaan dan ketuhanan dan dibungkus dengan label "lintas negara"? Apakah akan terbayang cerpen-cerpen dengan latar belakang budaya yang beranekaragam? Atau hanya sekedar kekaguman bahwa walaupun berjauhan jarak, tetapi antologi cerpen ini tetap dapat terwujud?

Tetapi sekali lagi, Antologi Cerpen Cinta Reliji Lintas Negara yang diprakarsai oleh Moh. Ghufron Cholid dan didukung oleh rekan-rekan penulis yang tersebar di negara lain seperti Hongkong dan Taiwan hendak menunjukkan kepada pembaca semua bahwa selain dua hal di atas, bahwa di mana pun cinta itu disebar di berbagai tempat di belahan dunia ini, maka di situlah cinta akan bertumbuh karena Tuhan lah sang cinta itu sendiri.

Sumber http://evolitera.co.id/themes/main/product.php?product_id=471

Kamis, 18 November 2010

EBOOK ANTOLOGI PUISI MENUJU PELABUHAN



by Moh. Ghufron Cholid

Publisher : Evolitera
Released : 2nd Nov, 2010
Pages : 38
Category : Poetry
SubCategory : Religion
Language : Indonesia


Summary

Antologi puisi ini berisi 17 puisi pilihan. Dibuka dengan puisi berjudul MENUJU PELABUHAN yang menceritakan tentang pelayaran seseorang mencari Tuhannya dan diakhiri dengan puisi berjudul PENGAKUAN yang akhirnya menemukan jati dirinya dan hubungan antara dirinya dengan Tuhannya.

Membaca antologi Puisi MENUJU PELABUHAN sama halnya berfantasi menyusuri dunia yang penuh warna, penuh pesona hingga lahirlah ketakjuban.

EBOOK KUMPULAN PUISI HEART WEATHER




by Moh. Ghufron Cholid

Publisher : Evolitera
Released : 27th Jul, 2010
Pages : 31
Category : Classic Literature
SubCategory : Poetry
Language : Indonesia, English, Madura


Summary

Heart Weather merupakan kumpulan puisi karya Moh. Ghufron Cholid dalam tiga bahasa yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Madura.

Puisi ini berisi tentang kenangan, harapan juga kegelisahan dalam memandang hidup. Di samping berisi puisi khusus untuk para penyair yang memeriahkan acara SBSB, kumpulan puisi ini, berisi tentang puisi berbagai puisi percintaan dan persahabatan.

Selamat Membaca dan Selamat Mengapresiasi

EBOOK KUMPULAN PUISI DARI HURUF HINGGA I'TIKAF



by Moh. Ghufron Cholid

Publisher : Evolitera
Released : 7th Sep, 2010
Pages : 23
Category : Poetry
SubCategory : Various
Language : Indonesia
ISBN: 978-602-8861-55-7


Summary



DARI HURUF HINGGA I’TIKAF sebagai judul kumpulan puisi ini sebab puisi tersebut adalah ruh yang menempati seluruh raga puisi yang ada di dalamnya.

Dalam kumpulan puisi ini terdapat nama-nama yang secara kasat matadiagung-agungkan, pada hakekatnya puisi tersebut adalah kaca untuk bercermin, puisi-puisi yang dikhususkan untuk sahabat-sahabat penulis untuk menandakan agar jejak mereka abadi walau hanya dalam puisi.



Ini adalah salah satu puisi yang dimuat dalam kumpulan puisi tersebut

DARI HURUF HINGGA I'TIKAF

Kita adalah huruf-huruf
Bersatu membuat paragraf

Angin pun beri'tikaf
Seraya mengasah alief-alief

Rembulan mengintip manja
Kita semakin hilang
Hening

Perlahan
Malam menyebut nama demi nama
"Duapuluh tujuh tahun yang lalu
Debu-debu mengasah diri
Menjadi mutiara dalam puisi"

Lantas
Malam menyebut nama demi nama
Yang telah lahir dari rahim yang sama
Sanggar sastra al-amien namanya

Lalu
Kita adalah huruf-huruf
Bersatu membuat paragraf

Kemudian
Kita semakin tahu makna i'tikaf

I'tikaf adalah kita
Meraibkan segala luka
Dalam jubah ridla

I'tikaf adalah kita
Menerjemahkan segala bencana
Dalam bahasa cintaNya

I'tikaf adalah kita
Datang dan pulang
Berbagi tenang

I'tikaf adalah kita
Tek pernah menggugat masa
Yang semakin melatih kedewasaan kita

Al-Amien, 1 Juli 2010

Selamat Membaca dan MengapresiaSI
sumber http://evolitera.co.id/themes/main/product.php?product_id=362

Senin, 08 November 2010

RESENSI BUKU Di.Ar.Ti karya Dr. Rahmat Haroun Hashim (MEMBACA ANEKA HIKMAH DALAM BUKU YANG TELAH BERUSIA SENJA, 20 TAHUN)

Sebuah Ulasan Novel


Membaca Novel Di.Ar.Ti karya Dr. Rahmat Haroun Hashim, Malaysia, kita diajak bertamasya memaknai hakekat seorang peneliti, betapa pentingnya sebuah penelitian bagi seorang peneliti sehingga mau tidak mau nyawapun akan dipertaruhkan.
Kisah seperti ini dicontohkan oleh Dr. Jalani ketika mau mempertahankan penelitiannya dari sahabat karibnya Mr. Chong, penelitian yang dilakukan pada Sutrisno adalah bukti kesungguh-sungguhannya Dr. Jalani dalam mengabadikan jejaknya di dunia penelitian.
Masih ada keunikan yang lain, yang ingin diperkenalkan Dr. Rahmat Haroun Hashim dalam buku Di.Ar.Ti ini, novel ini menjelaskan juga tentang bagaimana Islam memperlakukan umatnya, sebenarnya Islam itu mudah, tidak menyulitkan umatnya dalam beribadah, namun kadang kita sendiri yang mempersulit diri dalam beribadah.
Adalah suatu cirri khas yang takkan pernah hilang dalam benak kita, bila kita membaca novel-novel karya Dr. Rahmat Haroun Hashim yaitu kepiawaiannya dalam menggabungkan ilmu sejarah, ilmu pengobatan, ilmu bahasa dan ilmu-ilmu lainnya.
Novel Di.Ar.Ti adalah salah satu novel dari 7 novel yang diterbitkannya. Meski novel ini diterbitkan pada tahun 1990 untuk cetakan keduanya namun novel ini masih memiliki daya tarik tersendiri untuk dikaji.
Novel ini cocok untuk dibaca oleh semua kalangan khususnya pembaca yang gemar melaksanakan penelitian.
Di dalam novel ini, dikisahkan pula hitam putih dunia penelitian. Hal semacam ini patut kita acungi jempol karena dengan keberanian penulisnya dalam mengungkapkan peristiwa yang jarang diungkap oleh penulis lainnya.
Seharusnya penduduk Malaysia bias berbangga hati dengan hadirnya novel Di.Ar.Ti ke tengah-tengah kehidupan yang serba komplek ini.
Saya sebagai pembaca dan penikmat sastra yang lahir dan hidup di Madura merasa bersyukur dengan terbitnya buku ini karena banyak menyuguhkan aneka ragam hikmah.
Walau usianya bias dibilang cukup tua, bayangkan saat sekarang usia novel tersebut sudah 20 tahun namun masih mempunyai charisma.

Al-Amien, 25 Oktober 2010

DUNIA IBU YANG PENUH TEKA-TEKI (SELAMAT MEMBACA DAN MENGAPRESIASI)

Sebuah Ulasan Cerpen

Membaca cerpen Betina yang Tak Habis Dimakan Ular (Majalah Horison edisi November 2010 halaman 22-25) karya Ach. Nurcholis Majid kita diajak menelusuri dunia ibu yang penuh teka-teki, kadang membanggakan kadang pula mengecewakan.
Latar belakang pesantren membuat penulis cerpen ini menulis cerpen dengan gaya khas.
Ilmu agama pun disisipkan di dalamnya, semisal doa Ibu lebih makbul daripada doa tiga Ayah (hal,23).
Cerpen ini juga menyibak hikmah tentang kehidupan seorang bunda, yang tingkah lakunya tidak dimengerti seorang anak. Utamanya, ketegasan seorang ibu dalam mengusir anak kandungnya dari rumahkarena telah membunuh seorang lelaki bejat (sebutan Ular oleh penulis) yang telah bermain cinta dengan betina (sebutan penulis ketika seorang ibu melakukan amoral,bermanja-manja dengan lelaki hidung belang), seorang anak memaknai pengusiran tersebut sebagai puncak kemarahan atas keberanian anak menghentikan kemesraan seorang ibu bercinta dengan laki-laki lain (betina mengusirku. Sama sekali dia tidak punya perasaan,hal,24)sedangkan seorang ibu memiliki tujuan baik di balik pengusirannya, argumen ini bisa ditemukan di halaman 25 yakni surat Ibu untuk anaknya bernama fakhry.
Di akhir cerita saat seorang anak sadar bahwa seorang Ibu memiliki dunia yang penuh teka-teki akhirnya tokoh aku pun menyesal dan ingin memeluk tokoh ibu yang kadang dianggap betina saat bermesraan bersama ular (sebutan untuk laki-laki nakal).
Demikian sudut pandang yang bisa saya ulas,tentunya pembaca akan memiliki sudut pandang yang lain setelah membaca tuntas cerpen tersebut. Untuk sahabatku Nurcholis selamat atas cerpenmu yang telah dimuat jangan berhenti berkarya.Ok!

Kamar Hati,7 Nov 2010

PUISI PUISIMU SEINTIM NAMAMU (TELAAH ATAS 5 PUISI RINI INTAMA DALAM ANTOLOGI PUISI PHANTASY POETIECA)

Sebuah Ulasan Puisi

Puisi dikaji dari sudut apapun selalu unik dan menarik untuk dibahas.
Lewat puisi kita bisa mengetahui bagaimana seorang penyair mengabadikan perasaannya dalam puisi, di samping itu juga bisa mengetahui sejauh mana pesan yang disampaikan penyairnya bisa diterima atau pun digugat oleh pembacanya.
Baik buruknya suatu karya yang telah di bukukan bergantung dari sudut mana seorang pembaca memandang.
Perasaan tiap pembaca pastilah berbeda antara satu dengan lainnya.
Bisa saja sebuah karya dianggap bagus dalam satu sisi namun di sisi yang lain tidak berhasil memikat hati pembaca.
Hal semacam ini sudah menjadi sunatullah sepanjang hayat, perasaan seperti ini yang saya rasakan setelah membaca 5 puisi Rini Intama dalam Antologi Puisi Phantasya Poetika.
Baiklah untuk mempersingkat waktu dan untuk memfokuskan tulisan ini, izinkan saya menela'ah 5 puisi tersebut dari sudut keintimannya saja, bisa jadi dalam satu puisi hanya diambil satu bait ataupun beberapa baris ini, hal ini sangat wajar untuk memfokuskan suatu telaah.
Telaah yang saya buat adalah tela'ah berdasar dari cara saya sendiri sebagai pembaca tanpa harus membebankan diri dengan teori-teori sastra yang ada,mungkin cara ini bisa diterima oleh individu/kelompok bisa saja ditolak atau bahkan dicemooh,apapun apresiasi yang akan timbul menandakan bahwa tulisan yang dibuat bisa dihukumi hidup lantaran ada yang peduli dengan lahirnya sebuah tulisan, walaupun pada akhirnya sebuah tulisan tersebut digugat atau disepakati.
Keintiman puisi DI PERSIMPANGAN YANG LINDAP (hal,92) ada di bait pertama:
-kutebas pedang karat di pucuk rindu senyap|kupinang darah pekat di dada nafasku mengap|di langit kisah kisah mengendap
Betapa indah keintiman yang diabadikan dalam sebuah puisi sehingga seluruh mata terpana dalam ketegasan yang diendapkan.
Rini Intami mencoba mengintimi kehampaan dengan begitu memukau,seperti yang dilukiskan di bait ketiga (SAJAK HAMPA, hal 93) yakni:
-tak ingkar jika melihat nestapa dalam debar|cahaya memedar melepas di depan cermin kusam|dalam waktu sepanjang badanDalam bait ini terlukis jelas bahwa dalam kehampaan betapa debar nestapa sangat mesra menyapa jiwa yang dilanda kasmara. Kehampaan telah menghidangkan hubungan intim yang penuh kedukaan.Kini Rini Intama pun hadir kembali mengintimi sebuah perasaan dalam puisinya berjudul NYANYIAN SANG OMBAKSajak Pantai Utara, Hutan Bakau dan aroma cinta (hal,94), rasa intimnya tampak jelas dalam bait kedua, baris pertama dan baris kedua:-Burung burung masih menyapa birunya mega dalam kenang|berkubang kisah metamorfora alam-Betapa nikmat rasa intim yang disajikan sedang dalam puisi MERAJUK (hal,95) Rini Intama berbicara keintiman yang lebih tegas lewat bait terakhirnya-merajuk, tak hingga jemariku|menggapai bayang|pada mimpi yang terkerat|dan melambailah ujung kain yang tersulam indah|menyeret sebaris bait nyanyian sukma- Sungguh keintiman tentang ketidak berdayaan telah tersampaikan.Inilah keintiman yang menjadi puncak yang layak dikaji dalam mengintimi peristiwa reformasi yang tertuang indah,tegas dan menyentil dalam tiga baris terakhir-aku tak ingin bertanya lagi Mei!|kecuali ketika melihat pucuk cemara tertawa geli|mengundang debu jalanan yang tersapu angin-(SURAT PADA MEI)di sinilah puncak ke Intiman penyair benar-benar menampar alam pikir. Penyair tidak akan bertanya tentang apa saja di bulan mei tersebut selama pemegang kekuasaan baik secara individu,kelompok atau instansi tidak mengusik ketenangan rakyat jelata.

Demikian telaah saya atas 5 puisi Rini Intama ditinjau dari sudut keintimannya, dari 5 puisi tersebut saya hanya menghadirkan satu bait atau beberapa baris saja yang saya anggap sesuai pembahasan. Akhirnya setelah tulisan ini dibuat saya pasrahkan sepenuhnya kepada Allah dan kepada segenap sahabat pembaca. Tak ada karya yang sempurna kalau masih karya manusia oleh karena itu silaturrahmi menjadi sangat penting untuk saling melengkapi.

Kamar Hati,6 November 2010

HAKEKAT CINTA

Sebuah Ulasan Cerpen

Membaca cerpen berjudul Aku,Mimpi dan Pembaca karya Delasari Pera Belawa dalam Antologi Cerpen Imazonation (2-5) kita akan diajak bertamasya menikmati keindahan kata dan keakraban dalam bercerita, tak hanya itu kita diajak memandang hidup dengan mata hikmah dalam memaknai cinta.
Dialog-dialog antara tokoh aku dan tokoh mimpi tak ubahnya dialog antara dua orang manusia yang sama-sama memiliki keistimewaan dalam memandang dirinya sehingga saling mencela di antara keduanya.
Kisah hikmah yang disajikan sangat apik dan menarik.Betapa tidak perjalanan cinta yang diceritakan tokoh mimpi disampaikan dengan menarik.
Tokoh aku bercinta dengan seorang laki2 paruh baya yang sangat mencintai puisi. Kepiawaiannya berpuisi mampu membuka benteng pertahanan tokoh aku namun sayang perjalanan cintanya hanya berlangsung mengurai rindu ditambah pernak-pernik airmata ditambah dengan kekecewaan tokoh aku terhadap laki2 paruh baya lantaqan terasa asing dan jarang memberi kabar(hal,2-3), lalu tokoh aku menceritakan pada mimpi yang terjadi hanyalah sikap mau menang sendiri.Tokoh aku mulai berkreasi dengan cintanyaa hingga akhirnya bercinta dengan lelaki kaya, selama bercinta tokoh aku merasakan nikmat hidup berhias harta namun lagi-lagi kekecewaan yang didapat lantaran lelaki kaya diketahui banyak memberikan kebohongan dan yang lebih menyakitkan lelaki kaya hobi selingkuh (hal,3).Di puncak kekecewaan tokoh aku mendapatkan kejutan cinta dari lelaki paruh baya bahwa sebenarnya lelaki paruh baya lama tidak mengabarinya pada hakekatnya bukan orang yang tidak bertanggung jawab melainkan setia,terbukti dengan datangnya sms yang mengejutkan,"Aku: lelaki tua yang bertahta amnesia yang termakan waktu. Jujur;kuakuiAku telah lupa pernah menyelipkan janji di antara gerai rambutmu karena janji itu lebih subur tersemai dalam jiwaku yang tak ikut menua". (hal,4) sms itu menyadarkan tokoh aku dalam memaknai hakekat cinta.

Kamar Hati, 06 November 2010

PUISI SEBAGAI ALAT GUGAT PENUH CINTA SEORANG ISTRI KEPADA SUAMINYA

Sebuah Ulasan Puisi


Puisi bisa dikatakan sangat akrab dengan kehidupan perempuan. Puisi bisa dijadikan alat untuk menyampaikan segala rasa yang hendak diutarakan. Puisi memiliki keterikatan batin yang sangat lekat. Mungkinkah karena puisi banyak mengandung bahasa yang indah di dalamnya sehingga kehadirannya mendapatkan tanggapan yang hangat.
Nona Muchtar adalah salah satu perempuan di antara berbagai perempuan dunia yang akrab dengan dunia puisi. Nona Muchtar mulai melukiskan semua risalah hati yang ingin disampaikan lewat puisi.
Nona Muchtar di tengah kesibukannya sebagai Ibu Rumah Tangga tetap mengakrabi puisi. Tetap memanjakan puisi sebagai tempat menumpahkan segala pikiran dan perasaan.
Nona Muchtar dengan begitu lihainya, membuat satu puisi berjudul AKU ADALAH PEREMPUANMU sebagai wujud sikapnya dihadapan orang yang dicintainya.
Nona Muchtar menyatakan secara tegas tentang jatidirinya agar orang yang dicintainya semakin ingat tentang keberadaan Nona Muchtar dalam hidupnya.
Nona Muchtar tak henti-hentinya menyatakan keberadaan dirinya, bukan hanya sekedar perempuan yang lemar. Perempuan yang tak ingin asing dalam kehidupan berumah tangga.
Berikut saya kutip lengkap karyanya agar sahabat FB bisa membaca secara langsung perasaan penyair Indonesia ini yang juga seorang Ibu Rumah Tangga yang menurut hemat penulis masih ingin melanggengkan hubungan cintanya.

AKU ADALAH PEREMPUANMU


Dalam sukma terliar,
Aku adalah perempuan yang
Bersembunyi di balik gairah, darah
Dan aroma kelaminku
Ketika malam dan sepasukan kelam membawa
Birahi di ujung paru parumu

Sebercak rindu yang bertubitubi dibasahi
Adalah puncak ketika kau mabuk dalam peluhku..

February, 2010
Puisi ini hanya terdiri dari dua bait namun sudah mumpuni menyampaikan ketegasan hati seorang Ibu Rumah Tangga bernama Nona Muchtar ini.
Penyampaian semacam ini saya kira merupakan langkah solutif yang menarik untuk ditiru oleh kaum perempuan khususnya orang yang ingin melanggengkan hubungan cintanya sah secara hukum.
Cara yang ditempuh Nona Muchtar ini berjenis gugatan kepada seorang lelaki namun gugatan ini disampaikan dengan romansa cinta. Romansa yang mengundang daya tarik.
Nona Muchtar menegaskan dirinya di hadapan suaminya bahwa dia perempuan yang bersembunyi di balik gairah, darah dan kelamin. Sebuah lukisan perasaan yang menunjukkan betapa dekatnya NNona Muchtar dihadapan suaminya.
Sekedar mengingatkan bahwa peristiwa yang tak boleh dilupakan menurut Nona Muchtar adalah ketika suaminya mabuk dalam peluh yang telah dilalui bersama Nona Muchtar.

Jumat, 29 Oktober 2010

EBOOK ANTOLOGI PUISI MENUJU PELABUHAN


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah adalah kata yang mampu melukiskan perasaan hati saya setelah menyelesaikan Antologi Puisi Menuju Pelabuhan.
Antologi puisi ini berisi 17 puisi pilihan. Dibuka dengan puisi berjudul MENUJU PELABUHAN yang menceritakan tentang pelayaran seseorang mencari Tuhannya dan diakhiri dengan puisi berjudul PENGAKUAN yang akhirnya menemukan jatidirinya dan hubungan antara dirinya dengan Tuhannya.
Membaca Antologi Puisi MENUJU PELABUHAN sama halnya berfantasi menyisiri dunia yang penuh warna, penuh pesona hingga lahirlah ketakjuban.
Antologi ini juga memuat tentang puisi persahabatan dan puisi-puisi cinta.
Akhirnya saya ucapkan selamat membaca, semoga anda mendapat inspirasi baru dan mendapat pengalaman baru. Ketakjuban baru. Harapan baru. Hadiah baru untuk dijadikan warisan kepada generasi setelah anda nantinya.
Awalnya Antologi puisi ini, mau saya ikutkan dalam Anugerah Cecep Syamsul Hari (2009) bertepatan dengan rampungnya Antologi Puisi Menuju Pelabuhan (Al-Amien, 16 Desember 2009 M) namun karena banyaknya kegiatan di pesantren akhirnya kumpulan ini masih di semayamkan di lemari karya, seraya menunggu esai maupun endosmen dari sahabat-sahabat Fb yang telah saya kirimkan naskahnya.
Detik berganti detik menawarkan penantian, menit berganti menit meninghidangkan ketegangan, jam berganti jam melatih kedewasaan, hari berganti hari menyuguhkan berbagai problematika kehidupan yang komplek, minggu berganti minggu menghadiahkan pengertian, bulan berganti bulan menaburkan kesabaran.
Kini kesabaran itu telah memberi buah penantian yang manis, Antologi Puisi Menuju Pelabuhan untuk cetakan kedua ebook saya terbitkan di evolitera.co.id, setelah cetakan pertama versi ebook diterbitkan di scribd.com (2010).
Terlepas dari minus-plusnya Antologi Puisi Menuju Pelabuhan ini, saya serahkan pada Allah dan pembaca untuk mengapresiasi dalam berbagai bentuk yang paling digemari.
Akhirnya dengan memohon ridla Allah saya ucapkan selamat membaca, selamat menelaah dan selamat mengapresiasi, semoga bermanfaat bagi umat dan memberikan warna baru dalam khazanah sastra nusantara.


Al-Amien, 28 Oktober 2010

Hormat Penulis
Moh. Ghufron Cholid

Esai : Memetik hikmah dari puisi-puisi transendental, karya Moh.Gufron Chalid.

“Sastra adalah jalan keempat untuk mencari kebenaran, setelah agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan.” ( Teeuw ).

Dan seperti itu adanya apa yang dikatakan Teeuw di atas, saya temukan pada sajak-sajak Moh. Gufron Chalid yang terkumpul pada 17 sajak pilihan, yang di inbokkan ke saya untuk saya pelajari.
Setelah menelusuri setiap nafas sajak-sajak tadi, di sana saya dapat merasakan bagaimana penyair dalam menjalani proses pencarian jalan kebenaran melalui medium sastera.
Sebagai salah satu alat atau media untuk meletupkan rasa dan pemikiran-pemikiran yang diharapkan dapat mempengaruhi pola piker dan atau pola piker baru yang berdampak positip pada pribadi penyair serta penghayat selanjutnya, puisi,sajak, merupakan perwujudan yang tepat dari sekumpulan kata atau kalimat yang merupakan bagian dari yang namanya bahasa (baca: bahasa hati,bahasa piker,bahasa rasa, dll).
Bahwa Puisi sebagai reinkarnasi bahasa/samsara bahasa, pada kelahirannya kembali, tidak terlepas dari proses/ritus suasana baik buruk yang mempengaruhi rasa imajinatip pengkarya ciptanya. Dalam pengertian, melalui puisi penyair berusaha menghidupkan imaji tersembunyi ke dalam tubuh “bahasa”. Tubuh bahasa dari bayangan diri, baik bayangan diri penyairnya maupun bayangan diri penikmat bacanya yang sudah menyatu pada bayangan puisi itu sendiri!, maka jadilah bayangan diantara bayangan; diri membayang pada puisi, puisi membayang pada diri. Dan puisi yang baik, adalah puisi yang ditulis dengan penuh ketulusan, serta tetap mengacu pada estetika moral, sehingga nantinya bisa memberi pencerahan positip dan atau bisa menciptakan pola piker baru yang baik bagi pencipta maupun apresiator yang membacanya.
Bahkan Jhon F Kennedy mantan presiden Amerika yang fonumenal mengkaitkan puisi dengan kehidupan bernegara: “ bila politik bengkok, maka Puisi yang akan meluruskannya”. Dari statemen tersebut, betapa penting dan berpengaruhnya puisi yang baik, tidak hanya dikaitkan dari sudut agama atau keyakinan saja, tapi juga terkait kuat (bila mau menyelaminya) bagi tatanan Bangsa,Negara, dan perbaikan pola piker positip bagi masyarakat dan atau indifidu penghayat.
Latar belakang budaya, pendidikan, pola hidup, kejiwaan, keyakinan, dll, sangat berpengaruh sekali akan hasil perwujudan puisi, baik dalam kapasitas tekstual puisi maupun muatan makna yang tersurat dan atau tersirat pada karya sastra puisi,sajak bersangkutan.
Dan factor-faktor seperti itu juga yang mempengaruhi karya-karya Moh. Ghufron Cholid yang terkumpul pada 17 puisi pilihan “MENUJU PELABUHAN.” Dimana nuansa transendental (kemenonjolan hal-hal yang bersifat spiritual/kerohanian) sangat menonjol pada setiap karyanya. Tidak perlu heran, karena lingkungan agamis yang kuat dari keluarganya serta atmosfir kehidupan pesantren, secara tidak langsung telah membentuk pola pikernya dalam berkarya cipta.
Seperti yang tertuang pada enam buah puisi Moh.Ghufron Cholid “ Menuju Pelabuhan, Sholat, Pertemuan, Selepas Subuh, Perempuan malam,dan Pengakuan “ yang saya anggap paling kuat dari segi alur, bunyi, pemaknaan, sehingga sangat-sangat menyita perhatian saya selaku penghayat, bila dibandingkan dengan puisi lainnya yang tergabung dalam 17 puisi pilihan “MENUJU PELABUHAN”, yang menurut saya terkesan hanya mengalir biasa saja.
Tajuk puisi ““Menuju Pelabuhan” yang sekaligus dijadikan sebagai puisi pembuka pada 17 kumpulan puisi pilihan Moh.Ghufron Cholid, begitu kental dengan nuansa transendental, betapa aku lirik beserta segala ketidak berdayaannya dalam menghadapi tipu daya pesona dunia nan fana, dengan tiga hal sifat yang senantiasa melekat pada insan Tuhan ( suka berkeluh kesah, tak pernah merasa puas, dan penyakit iri ), di sini aku lirik berusaha melawannya dengan cara mendekatkan diri pada sang pencipta, serta menyadari dengan sepenuh rendah hati, betapa tiada yang patut dia sombongkan di hadapan Illaihi Rabbi, serta berharap mendapat Ijabah dengan cara sujud yang sebenar-benar sujud atas segala kebesaran-Nya.
Dan nuansa seperti itu akan pembaca dapatkan pada Sajak “Menuju Pelabuhan” yang menjadi tajuk dan pembuka pada 17 kumpulan sajak terpilih Moh. Ghufron Cholid, Seperti yang saya petikan bait awal sajak tersebu, di bawah ini :

“Menuju pelabuhan kasihMu
Aku terkepung
Antara riak rindu dan ombak nafsu
Terkadang badai dan topan menerjangku
Aku serupa kapas
Berdansa di samudera lepas
Hilang arah tanpa batas”

Begitu kuatnya unsur transendental yang tersirat pada bait awal sajak tersebut. Dan saya yakin ini semua juga tidak terlepas dari pengaruh budaya hidup Moh.Ghufron Cholid yang sedikit tidak banyak dipengaruhi oleh atmosfir pesantren.
Puisi “Menuju Pelabuhan” ini, langsung mengingatkan saya dari sisi kekerabatan makna pada karya “CERITA BUAT IMANA TAHIRA” buah tangan penyair surealis spiritual Acep Zamzam Noor, yang sajak-sajak liris spiritualnya kebanyakan sering mengajak alam bawah sadar pemghayat untuk masuk ke dunia sufistik dalam mengungkap makna-makna yang bersifat transendental, melalui symbol-symbol alam, benda, cuaca, dll sebagai wujud pencitraan.
Seperti halnya “Menuju Pelabuhan”, Penyair Sepiritual Acep Zamzam Noor yang merupakan asset khasanah sastera tanah air ini, dalam “CERITA BUAT IMANA TAHIRA”, tersirat adanya suatu kekerabatan makna, yakni sama-sama tunduk dan tawaduk atas kebesaran Illaihi, betapa kita insan hanya serupa debu dihadapan Tuhan. Kurang lebih itu inti makna yang sama-sama ingin disampaikan. Mari kita baca dua bait yang saya kutip dari sajak Acep Zamzam Noor “CERITA BUAT IMANA TAHIRA”, di bawah ini :

“Memandang langit
Aku ingat wajah kekuasaan
Merah padam
Sedang menginjak bumi
Seperti kudengar suaraku yang sunyi

Di jalan setapak
Yang disediakan bumi tulus ini
Kata-kataku tumbuh dari udara
Kata-kataku membangun menara tinggi
Namun akhirnya runtuh juga” ( di petik dari sajak Acep Zamzam Noor )

Kekerabatan makna “Menuju Pelabuhan” ini juga bisa kita jumpai pada sajak “Doa” buah karya dari penyair D. Zawawi Imron, di mana pada karya “Doa”, penyair melalui aku lirik, betapa takjub akan kebesaran dan kekuasan Tuhan, dan betapa insan setiap mengingat kebesaranNya, terlihat kerdil tiada daya dibandingkan dengan segala kebesaran-Nya.

“bila kau tampakkan secercah cahaya di senyap malam
rusuh dan gemuruh mengharu biru seluruh tubuh
membangkitkan gelombang lautan rindu
menggebu menyala
dan lagu-Mu yang gemuruh
menyangkarku dalam garden-Mu” ( Dipetik dari sajak “Doa” D. Zawawi Imron ).

Suasana transendental juga akan kita jumpai pada karya “SHALAT” yang ada pada 17 sajak pilihan Moh. Gufron Chalid. Sajak pendek yang hanya satu bait dan terpeta terdiri 3 baris, saya rasa cukup berhasil membawa penghayat untuk masuk ke dalam dunia renung akan pentingnya menjalankan syariat Tuhan dengan sebaik-baiknya iman.
Secara makna, sajak ini mengingatkan saya pada tembang “Tamba Ati” karya Sunan Bonang yang sering saya nyanyikan saat saya masih kecil dan mengaji di mushola di desa saya Malang.
Sekali lagi saya katakana, secara makna, sajak Sholat ini sangat dalam, hanya secara puitika bahasa, karya ini terasa mengalir begitu saja, dalam arti, cengkeraman kuat yang bisa menghisap imaji penghayat kurang terbentuk, hal ini bisa jadi di karenakan puitisasi bahasanya yang terkesan standart ( umum).
Saya tidak membandingkan karya “Sholat” dengan” Tamba Ati” karya Sunan Bonang, namun saya hanya ingin menggambarkan betapa dengan pilihan diksi yang kuat dan susunan yang tepat, walau pendek, tembang “Tamba Ati” tetap mengemakan bunyi yang begitu mengesankan.
Saya petikan sajak “ Shalat “ dan “ Tamba Ati “, yang secara kekerabatan inti makna tidak jauh berbeda; yakni mengajak insan untuk menjalankan Syariat Tuhan dengan setulus-tulusnya ikhlas.

“Tuhan
Kau dan aku
Tak ada tabir rahasia”

Betapa di sini penyair dalam sajak “Sholat” ingin menyampaikan, bilamana kita menjalankan segala perintah-Nya ( Shalat ), ibarat pengantin dan atau bila dalam suatu rumah tangga, suami istri, tiada lagi penyekat untuk senantiasa berdekatan ( dalam koridor tanda kutip ). Sebuah pesan tersirat yang mengingatkan setiap insane ( penghayat ) untuk senantiasa tawaduk dan iklas dalam mendapatkan ijabah dari Tuhan, seperti yang ada pada larik lengkap tembang “ tamba Ati” karya Sunan Bonang dalam syiar islaminya.

“Tombo ati iku lima perkarane
Kaping pisan moco Qur’an lan maknane
Kaping pindo sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang soleh kumpulono
Kaping papat kudu weteng ingkang luwe
Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sopo biso ngelakoni
Mugi-mugi Gusti Allah ngijabahi

Kurang lebih maknanya seperti ini :
Obat hati itu ada lima macamnya.
Pertama membaca Al-Qur’an dengan mengamalkan artinya,
Kedua mengerjakan shalat malam ( sunnah Tahajjud ),
Ketiga menjalin silahturahmi dengan orang saleh ( berilmu ),
Keempat menjalankan ibadah berpuasa, agar bisa memetik hikmah dari penderitaan kaum miskin.
Kelima sering-sering berdzikir mengingat Allah di waktu malam,
Siapa saja yang mampu mengerjakannya,
Insya’ Allah Tuhan dari segala Tuhannya umat akan mengabulkan. “
Jadi secara implisit seperti itulah pesan yang terkandung pada puisi pendek yang hanya 3 baris di luar judul, mempunyai kandungan makna seperti pemaknaan yang ada pada tembang “tamba Ati”, khususnya dalam pencapaian tingkat ijabah Tuhan “Siapa saja yang mampu mengerjakannya, Insya’ Allah Tuhan dari segala Tuhannya umat akan mengabulkan”.
Terlepas dari kurang kuatnya daya hisap imaji karya, sajak “Sholat” ini patut untuk dibaca sebagai bahan renung agar kita senantiasa ingat dan bisa lebih dekat dengan Tuhan. Amin.
Dan pembaca akan semakin diajak bertilawah hati dalam menangkap pesan-pesan transendental yang ada pada 17 sajak pilihan karya Moh.Ghufron Cholid, yang dengan bahasa lugas dan membumi. Walau dalam kesederhanaan puitisasi bahasa, dan minimnya penggunaan majas metaphora, tapi ketotalan penyair dalam menjiwai setiap gores baris sajaknya, menjadikan sajak-sajak tersebut serasa punya roh untuk bercerita, serta memudahkan setiap pembaca dalam menerjemahkan pesan tekstual sajak dengan mudah. Seperti pada sajak “ SELEPAS SUBUH” yang merupakan bentuk penghormatan dan kekaguman penyair pada gurunya yang telah berpulang ke Rahmattullah, saya kutip penuh seperti di bawah ini :

SELEPAS SUBUH
Teruntuk guru tercinta Alm. KH. Moh. Tidjani Djauhari

Guru
Selepas subuh
Rumput-rumput bertahlilan
Beburung membaca yasin
Di sekitar nisanmu
Lalu
Kusaksikan pohon-pohon doa semakin lebat daunnya
Lantas
Meneduhi nisanmu
Kemudian
Aku mengerti
Suatu hari nanti
Wajahku berganti nisan
Namun
Aku belum tahu
Apakah nisanku akan seteduh nisanmu
Namun
Aku belum tahu
Jika wajahku telah berganti nisan
Apakah rumput-rumput akan bertahlilan
Dan beburung akan membaca yasin
Semisal yang kusaksikan selepas subuh ini (Al-Amien, 2009)
Akhir kata, tidaklah berlebihan bila saya katakan 17 karya pilihan Moh.Gufron Cholid ini layak untuk dibaca, sebagai salah satu jalan mencari kebenaran melalui pemikiran-pemikirannya yang dia tuangkan dalam sajak bernuansa spiritual.
Memang pembaca tidak akan menemukan permainan-permainan symbol bahasa/majas sekuat dan sekental karya-karya Acep Zamzam Noor dan D. Zawawi Imron pada kumpulan sajak-sajak “ Menuju Pelabuhan “ ini, namun begitu, dalam kelugasan puitisasi bahasa sajaknya, pembaca akan diajak bertilawah pada keteduhan iman yang dalam.

Biodata Penyair

Moh. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986 M dari pasangan KH. Cholid Mawardi dan Nyai Hj. Munawwaroh. Ia adalah salah seorang Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA), selain itu adalah seorang tenaga edukatif di MTs TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 dan ditengah kesibukannya menjadi ketua Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Pondok Pesantren Al-Amien, ia menjadikan menulis puisi sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang.
Karya-karyanya bisa dibaca di Antologi.Net, Puitika.Net, penulisindonesia.com, www.kopisastra.co.cc dan diberbagai situs online lainnya.
Mengasah Alief (2007),Antologi puisinya yang mendapat kata sambutan positip dari D. Zawawi Imron, KH. Moh. Idris Jauhari, dan Penyair Jerman. Selain itu Antologi Puisi Yaasin (2007), Antologi Puisi Toples (2009), merupakan karya-karyanya yang telah berhasil dia bukukan.

Salam lifespirit!
_________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit, 20 Maret 2010

MENUJU PELABUHAN

Menuju pelabuhan kasihMu
Aku terkepung
Antara riak rindu dan ombak nafsu
Terkadang badai dan topan menerjangku
Aku serupa kapas
Berdansa di samudera lepas
Hilang arah tanpa batas
Perlahan
Cahaya hidayahMu menghampiriku
Menerangi ruang gelap bilik hatiku
Lalu
Aku semakin tahu
Aku serba tak sempurna
Aku serba tak berarti tanpa berarti tanpaMu

Al-Amien, 2009

TAKBIR

Bumi dan langit
Lembah dan bukit
Matahari dan rumput
Saling berjabat
Saling mendekat
Saling sepakat
Allahu akbar

Guntur dan petir
Muara dan hilir
Senja dan fajar
Saling berdzikir
Saling bertadabbur
Saling bertakbir
Allahu akbar
Allahu akbar
Allahu
Akbar

Al-Amien, 2009

SHALAT

Tuhan
Kau dan aku
Tak ada tabir rahasia

Al-Amien, 2009

PERSAHABATAN

Kita serupa pelangi
Saling mewarnai

Kita semisal mentari
Ikhlas berbagi

Kita laksana masa
Saling menjaga

Kita bagai iqomah
Tanda jama’ah

Al-Amien, 2009

INDONESIA DALAM SAJAKKU

Indonesia dalam sajakku
Adalah bhineka tunggal ika
Memeluk mesra nusantara

Indonesia dalam sajakku
Adalah pohon budaya
Lebat dengan daun bahasa
Kokoh dengan akar tatakrama

Indonesia dalam sajakku
Adalah puisi cinta
Semisal sujud di waktu dhuha
Selalu menebar pesona

Al-Amien, 2009

KALIGRAFI CINTA
Teruntuk sahabat karibku Ach. Zulfikar Ali

Dunia mulai melirikmu
Mengabadikan namamu
Dalam museum waktu
Lantaran kaligrafi cintamu
Melukis indah kapal ma’rifatullahmu
Berlayar sepanjang samudera asmaul husna
Dengan istiqomah kesabaran
Dalam menghadapi segala topan kegelisahan
Dalam menaklukkan seluruh ombak ketamakan

Al-Amien, 2009

PUISI UNTUK PRITA

Prita
Kau takkan pernah sendiri
Allah selalu bersamamu
Allah selalu menganugerahkan keajaiban
Hadiah ketabahan
Hamba yang bertaqwa

Prita
Lihatlah
Nusantara membuka pintu
Lalu memetikkan daun-daun rupiah untukmu
Perlahan
Bocah-bocah rela menunda mimpi mereka
Sekedar menyaksikan bunga-bunga senyummu
Bermekaran di bibirmu

Al-Amien, 2009

HARI ANTI KORUPSI

Tak ada abu-abu
Tak ada hitam
Semua serba putih

Tak ada redup
Tak ada remang
Semua serba terang

Al-Amien, 2009

PERTEMUAN

Di tanah jauhari ini
Kita saling berbagi mimpi

Di tanah jauhari ini
Kita saling berpuisi
Dalam tahajjud sunyi

Al-Amien, 2009

SELEPAS SUBUH
Teruntuk guru tercinta Alm. KH. Moh. Tidjani Djauhari

Guru
Selepas subuh
Rumput-rumput bertahlilan
Beburung membaca yasin
Di sekitar nisanmu
Lalu
Kusaksikan pohon-pohon doa semakin lebat daunnya
Lantas
Meduhi nisanmu
Kemudian
Aku mengerti
Suatu hari nanti
Wajahku berganti nisan
Namun
Aku belum tahu
Apakah nisanku akan seteduh nisanmu
Namun
Aku belum tahu
Jika wajahku telah berganti nisan
Apakah rumput-rumput akan bertahlilan
Dan beburung akan membaca yasin
Semisal yang kusaksikan selepas subuh ini

Al-Amien, 2009

MENGENALMU
Teruntuk guru tercinta KH. Moh. Idris Jauhari

Guru
Mengenalmu
Aku selalu ingin meniru
Mekar bunga ikhlasmu
Di taman hidupku

Al-Amien, 2008

PEREMPUAN MALAM

Malam berbaju petang
Cepat pulang
Biar kau tak hilang

Al-Amien, 2008

BUNGA VELERY

Aku ingin kau menjadi bunga
Hanya dihinggapi satu kumbang
Di taman pernikahan

Al-Amien, 2008

KAMAR PENGANTIN
Teruntuk sahabat karibku Najib

Di kamar pengantin
Kau mewisuda
Perempuan dunia menjadi bidadari surga

Al-Amien, 2008

MENJEMPUT BIDADARI
Teruntuk guruku tercinta KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani

Bidadari yang kau jemput dengan restu Ilahi
Adalah surgamu yang diwariskan nabi
Lantaran setiamu pada risalah Gusti

Al-Amien, 2008

RUANG UJIAN

Ruang tenang
Angin menari riang
Bel bendendang
Semua berperang
Lalu meninggalkan ruang
Dengan sujud panjang
Ada pula yang semakin bimbang
Lantas semakin asing

Al-Amien, 2009

PENGAKUAN

Tuhan
MenguraiMu
Aku kehabisan kata-kata

Tuhan
MeraibkanMu
Aku kehilangan lentera

Tuhan
MenujuMu
Lembah nafsu dan bukit ihsan
Saling membimbing jalanku
Kadang Kau asing
Kadang kau sangat dekat

Al-Amien, 2009

Caranya Menyatakan Isyarat


Begitu menerima puisi-puisi Ghufron Cholid, maka yang selalu menyapa saya adalah isyarat. Isyarat itu sangat genit, seperti gadis belia memicingkan mata, sehingga saya tergoda untuk membaca puisi-puisinya secara utuh.
Caranya menyatakan isyarat cukup menantang. Menuju Pelabuhan. Apa yang akan ia lakukan di sana? Apakah ada sesuatu yang membuatnya tergoda, sehingga ia harus Menuju Pelabuhan? Ternyata saya salah. Pelabuhan dalam sajak Gufron bukanlah tempat kapal berlabuh dan menepi. Namun tempat seorang hamba berpasrah, karena telah terkepung / antara riak rindu dan ombak nafsu. Nah, di sini penyair memungut suatu yang hilang dalam imajinasi pembaca.
Caranya menyatakan isyarat cukup padat. Terutama dalam puisi-puisi yang ditulisnya pendek-pendek. Memang, ketika kita mencintai dua hal, salah satunya harus ditinggalkan. Inilah yang dipertaruhkan oleh penyair untuk dipertemukan dengan pembaca. Isyarat yang padat itu, begitu terasa, misalnya dalam sajak berikut:


SHALAT

Tuhan
Kau dan aku
Tak ada tabir rahasia

Al-Amien, 2009

Atau juga dapat pembaca temukan dalam puisi:

PEREMPUAN MALAM

Malam berbaju petang
Cepat pulang
Biar kau tak hilang

Al-Amien, 2008

Caranya menyatakan isyarat cukup rahasia. Disinilah ia berhasil menawarkan imajinasi liar pada pembaca. Dalam puisi-puisi pendeknya, ia tidak hanya menulis, sekaligus menghampiri pembaca dengan sejumlah denting peringatan yang terasa nyata.
Caranya menyatakan isyarat, cukup membuat pembaca bahagia ketika makna menyala dalam bola hitam yang rahasia dalam puisi-puisi panjangnya.

Jakarta, 16 Februari 2010
Ali Ibnu Anwar (Penulis Buku Puisi, Sepasang Mata Yang Cemburu)

Biodata Penulis

Moh. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986 M dari pasangan KH. Cholid Mawardi dan Nyai Hj. Munawwaroh. Ia adalah salah seorang Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA), selain itu adalah seorang tenaga edukatif di MTs TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 dan ditengah kesibukannya menjadi ketu Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Pondok Pesantren Al-Amien, ia menjadikan menulis puisi sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Karya-karyanya bisa dibaca di Antologi.Net, Puitika.Net, penulisindonesia.com, www.kopisastra.co.cc, esastera.com, dan diberbagai situs online lainnya. Mengasah Alief (2007), Antologi Puisi Yaasin (2007), Antologi Puisi Toples (2009), Antologi Puisi Akar Jejak (2010, bersama 50 Penyair Al-Amien), Ebook Kumpulan Puisi Heart Weather (Evolitera,2010), Ebook Antologi Puisi Penyair Bercinta (Evolitera,2010), Ebook Antologi Puisi Menuju Pelabuhan (Scribd, cetakan pertama 2010), Kini bersama-sama teman-temannya sedang menggarap Ebook Kumpulan Cerpen Cinta Reliji Lintas Negara yang rencananya akan diterbitkan di evolitera.co.id, Alamat Rumah Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong Komis Kedungdung Sampang atau alamat domisili alternative Pondok Pesantren Al-Munawwir Kauman Blega RT 02/RW 05 Kauman Blega Kec. Blega Kab. Bangkalan CP 087852121488, alamat email putra_blega@yahoo.com/lora_sun31@yahoo.com.

ENDOSMEN ANTOLOGI PUISI MENUJU PELABUHAN

"Sebuah puisi yang jujur, ditulis dengan bahasa yang sederhana hingga enak dibaca dan dinikmati. Membawa kita pada suasana hening dan bening. Suasana di mana hati perlu merenung."
Dianing Widya Yudhistira, penulis novel Weton, Bukan Salah Hari dan penikmat sastra)
Membaca tujuh belas puisi di Antologi "Menuju Pelabuhan" ini kita menemukan puisi-puisi yang sarat akan pencarian, dan keterbukaan. Larik-larik dan isi yang sederhana, dan padat terlihat di dua puisi yang saya terharu saat membacanya. Yaitu puisi berjudul Shalat dan Kamar Pengantin. Ida Nursanti Basuni (Penulis Buku Antologi Puisi Mimpi Sang Dare
Caranya menyatakan isyarat cukup rahasia. Disinilah ia berhasil menawarkan imajinasi liar pada pembaca. Dalam puisi-puisi pendeknya, ia tidak hanya menulis, sekaligus menghampiri pembaca dengan sejumlah denting peringatan yang terasa nyata.
Caranya menyatakan isyarat, cukup membuat pembaca bahagia ketika makna menyala dalam bola hitam yang rahasia dalam puisi-puisi panjangnya. Ali Ibnu Anwar Penulis Buku Antologi Puisi Sepasang Mata Yang Cemburu)
Akhir kata, tidaklah berlebihan bila saya katakan 17 karya pilihan Moh.Ghufron Cholid ini layak untuk dibaca, sebagai salah satu jalan mencari kebenaran melalui pemikiran-pemikirannya yang dia tuangkan dalam sajak bernuansa spiritual. Imron Tohari, Penyair Lombok
"Puisi religi yang disajikan dengan sederhana baik dalam kata maupun makna, penyair merangkai kata dalam bingkai apa adanya sehingga pembaca yang polos mudah memahami, walau dirasakan kurangnya keindahan maupun yang tersirat , seandainya puisi religinya bisa dibangun dengan bahasa perumpamaan tentu akan lebih kuat lagi maknanya," ilenk rembulan, penikmat sastra.
Puisi yang ditulis moh ghufron cholid lahir dari semacam keluguan nurani, sehingga yang tampak adalah kata-kata yang jika perih, maka akan benar-benar perih (Syarih Hidayatullah, Ketua Sanggar Sastra Al-Amien 2005-2006).
Puisi-puisi yang manis dan transparan. Mas Ghufron, saya suka puisi-puisi ini. Puisi-puisi transparan akan memberikan apa yang dimiliki penulisnya kepada pembaca sebanyak yang ada. Penyair lain berpandangan bahwa puisi harus memberi lebih dari sekedar yang ditawarkan penyairnya. (Sam Mukhtar Chaniago, Penikmat Sastra).
Setelah aku baca brulang kali, indah puisimu lora (Fafan Sujarwo, Seorang Mahasiswa Universitas Jember Jurusan Sastra Inggris, Penikmat Sastra)

Jumat, 08 Oktober 2010

MATA RINDU

Husen Arifin
Uraian sejarah
Seringkali kita abadikan dalam lembar kebersamaan
Engkau pun mengerlingkan mata rindu
Nun di tanah rantau

Angin berbisik syahdu
Rangkumkan bahasa qalbu
Ilahi merestui langkahmu
Fase demi fase juangmu
Iringan doaku
Nun kuhadiahkan untukmu


Al-Amien,07/10/2010
Puisi Akrostik ini untuk sahabat Husen Arifin,teman bermain kata di Sanggar Sastra Al-Amien (SSA) Selamat membaca dan mengapresiasi. Salam persahabatan dan salam karya

NYANYIAN SUKMA

Lan Fang
Ada lembar masa yang belum sempat kita eja
Nyanyian sukma memikat jiwa

Fase tunggu
Alamat dewasa memaknai waktu
Namun bila bunga ilmu memekarkan
Gairah juang tak layu


Al-Amien,07/10/2010
Puisi Akrostik ini untuk sahabatku Lang Fang yang telah mengecup aroma tembakau,kami hanya mengenal lewat nama tanpa pernah mewakilkan mata saling bercerita. Selamat membaca dan mengapresiasi untuk semua pembaca dan untuk sahabat Lan Fang jangan pernah berhenti memperkenalkan pesona dalam pena yang terus berdansa. Salam persahabatan dan salam karya dari tanah sakera

KUN FAYAKUN CINTA

Teruntuk ayahanda tercinta KH. Cholid Mawardi

Kun fayakun
Husnu khalqullah haliyan

Cinta yang kau tebarkan
Hingga hilang topan kegundahan
O ayahanda penebar kedamaian
Lima lembar waktu kau abadikan
Irama kencan kemesraan
Dalam bahasa percintaan

Malam yang sunyi
Antarkan aku pada tahajjud yang menjelma puisi
Walau belum purna
Aku kau bimbing menata kamar masa depan pesona
Rindang pohon doamu
Dalam tiap detak nafasku
Iringin yang selalu memberi keteduhan qalbu


Al-Amien,07/10/2010
Puisi Akrostik ini kubuat untuk orang yang istimewa dalam hidupku. Selamat membaca dan selamat mengapresiasi. Salam persahabatan dan salam karya

Jumat, 21 Mei 2010

KELAM HIDUP

Langit padam
Bintang kelam
Hidup tak lagi temaram

Al-Amien, 22 Mei 2010

Sabtu, 20 Februari 2010

JALAN CAHAYA

Teruntuk sahabatku al-khattab93

Ada jalan cahaya
Lalu kau kabarkan pada dunia

Ketika semua mata
Hilang cahaya
Akan ada cahaya baru kau bawa
Tetapi
Tetap saja kau berikan
Aku menyaksikan
Barangkali dengan begitu kebahagian mendekap erat kesunyianmu

Al-Amien, 21 Februari 2010

Kamis, 28 Januari 2010

TENTANG RINDU

Dalam bilik hatiku
Rinduku menyanyi merdu
Lantaran kau
tak pernah menghampiriku
Walau sedetik waktu

Al-Amien, 29 Januari 2010

ABOUT LOVE

No distance and no time
With love
Because love beautifull stay in this heart

Al-Amien, 2010

ABOUT ALLAH

Allah
Best of the best poem

Allah
Best of the best God

Allah
Best of the best love

Allah
Not begin and not end

Al-Amien,2010

Minggu, 17 Januari 2010

PROKLAMASI

Teruntuk penulis dunia hingga akhirat

Tebarkan cinta dengan tinta

Al-Amien, 18 Januari 2010

Sabtu, 16 Januari 2010

BLOGMU PENUH ANGKA-ANGKA MEMPESONA

Teruntuk sahabat baruku Ahmad Chodori

Blogmu penuh angka-angka mempesona
Tak butuh waktu lama
Menjalin mesra dengan angka-angka
Yang dalam pandangan mata
Kurang bersahabat dengan jiwa

Kini aku semakin cinta dengan angka-angka
Yang kau kekalkan di beranda pagi ini

Al-Amien, 17 Januari 2010

KAU DAN TEMAN SEHATIMU

Teruntuk sahabat baruku Kiki Lalal Negeri Di BAWAH BAYU, MALAYSIA

Saat kau berselimut sepi
Berbantal sedih
Lantaran teman sehati
Tak lagi memekarkan bunga senyumnya
Akibat badai yang menerpa
Perlahan
Bait-bait doa kau tata
Agar waktu kembali bertamu
Seraya membawa riang dan tawa yang sempat tertunda

Al-Amien, 17 Januari 2010

Rabu, 13 Januari 2010

PELAJARAN MEMBACA

Teruntuk sahabat karibku Mahesa Djenar

Di sudut jogja
Kita belajar membaca
Surat cinta Tuhan lewat gempa

Al-Amien, 2010

DUNIA ISYARAT

Teruntuk sahabat baruku Ina

Dunia isyarat semakin memikat
Kerja secepat kilat

Al-Amien, 14 Januari 2010

TENTANG CINTA

Teruntuk sahabat baruku Nuansa Pena

Cinta tak butuh bahasa dan metafora
Melainkan ketulusan dan setia

Al-Amien, 14 Januari 2010

KAU BERSAMA KERLIP-KERLIP BINTANG MASA LALUMU

Teruntuk sahabat baruku Chomisah Noer

Telah kubaca badai resahmu
Yang kau urai dalam tiap detak nafasmu
Tentang kerlip-kerlip bintang masa lalumu
Yang tak lagi mengenalmu
Yang tak lagi berkerlip seperti dulu
Lantaran tak mau
Terbelenggu waktu masa lalu

Telah kubaca badai resahmu
Telah kudengar doamu
Semoga Tuhan berkenan
Mengabulkan semua keinginan
Agar semua kerlip bintang masa lalumu
Kembali mengenalmu
Kembali mencintai jatidirinya yang kian sirna

Al-Amien, 14 Januari 2010

AKU MENGENALMU

Teruntuk sahabat baruku mbak Tengku Fariza Masyri

Aku mengenalmu lewat nama
Pada lembar waktu
Yang tak pernah aku jadwalkan

Aku mengenalmu lewat nama
Saat matahari menyapaku
Dengan senyuman persahabatan

Aku mengenalmu lewat nama
Saat kau berkelana ke dunia maya
Aku mengenalmu lewat nama
Dan akan kutanam namamu dalam doa
Semoga bahagia
Selalu menjabat mesra
hidupmu sepanjang masa

Al-Amien, 14 Januari 2010

TENTANG KARYA SASTRA

Karya sastra serupa masakan
Tergantung yang memasak dan yang merasakan
Tak usah kita perdebatkan

Al-Amien, 14 Januari 2010

Selasa, 12 Januari 2010

JOGJA DALAM KENANGAN

Teruntuk sahabat baruku Amri Evianti

Tanah jogja berkisah
Tentang sepoi dan badai hidupmu padaku
Kadang mutiara-mutiara di langit-langit matamu
Melukis perih kenangan
Yang tak menjabat mesra harapan
Kadang senyummu
Menggambarkan betapa teduh hidupmu dalam ketabahan

Al-Amien, 13 Januari 2010

AKU, KAU DAN DOA PERSAHABATAN

Teruntuk sahabat baruku Dyla Fardilah

Telah kukunjungi bilik hatimu
Telah kutanam bunga persahabatanku dalam taman hatimu
Semoga selalu mekar dan mempesona
Beriring rindloNya

Al-Amien, 13 Januari 2010

Sabtu, 09 Januari 2010

DEBUR OMBAK PENGETAHUAN

Teruntuk sahabat baruku A m e e r a t u l, Puchong, Selangor, Malaysia

Debur ombak pengetahuanmu
Mengajakku bercanda dan membukukan sejarah peradaban
Mengisahkan jejak kemulian
Rasulullah dalam meniti jembatan kehidupan

Al-Amien, 10 Januari 2010

RISALAH KEMATIAN

Teruntuk guruku tercinta Alm. KH. Moh. Tidjani Djauhari,MA

Ajal mengetuk pintu hidupmu dengan santun
Kau sambut dengan senyuman
Kau dekap penuh kemesraan dan kerinduan
Inilah risalah kematianmu yang bisa kulukiskan
Semoga kau berkenan

Al-Amien, 2007-2010

SAAT KAU RINDU

Teruntuk sahabatku Pringadi Abdi Surya

Lantaran rindu
Kau ingin melukis wajah rembulan dalam mimpimu
Dengan kuas doa yang telah kau persiapkan terlebih dahulu
Barangkali badai resah dalam bilik hatimu akan semakin bersahabat denganmu

Al-Amien, 10 Januari 2010

PUNCAK IHSAN

Teruntuk sahabat baruku Langit Senja

Di puncak ihsan
Badai dan sepoi adalah kawan
Selalu mengajarkan kedewasaan
Dalam menerjemahkan kehidupan

Al-Amien, 10 Januari 2010

Kamis, 07 Januari 2010

SALAM PERSAHABATAN

Teruntuk sahabat baruku Senja

Kukunjungi bilik hatimu
Sebelum kau mengintip bilik hatiku
Sebab kumau
Kau menjadi sahabatku
Lalu
Saling berbagi rindu
Berbagi lagu
Berbagi waktu
Sekedar berlomba
Mencari jatidiri dan ridlNya

Al-Amien, 8 Januari 2010

MATI ADALAH TEMAN KITA

Teruntuk sahabat baruku Syaiful Bahri

Maut itu bukan musuh melainkan teman
Setia menghantarkan kita dalam pelukan Tuhan

*puisi ini terinspirasi setelah membaca puisimu berjudul kepada Kakek

Al-AMien, Januari 2010

Rabu, 06 Januari 2010

TERIMAKASIH

Teruntuk sahabatku Mirtha Herdit Paramiarti

Terimakasih
Sebab kau masih
Mengingat sejarah kelahiranku
Meski kau sibuk menerjemahkan mimpimu

Al-Amien, 2010

Jumat, 01 Januari 2010

TENTANG RINDU DAN DOAMU

Teruntuk sahabat baruku Rafiqah

Ada badai rindu
Mengetuk pintu hatimu
Kau pun tegak berdiri
Menyulap sunyi menjadi puisi
Dalam tahajjud biar tidak diintip bumi
Lalu
Kau pun berdoa
Tuhan temani aku dalam tiap detak nafasku
Amien

Al-Amien, 2 Januari 2009