Balon-balon sabun
yang berisi harapan anak-anakmu,
terbang menerobos atap sekolah yang jebol,
sebagian meliuk melalui dinding kelas yang ambrol,
pecah sebelum memeluk awan
karena kuku genderuwo mencakarnya.
Dapatkah kau lihat matahari yang tumbuh di mulut para pemuda?
Yang berteriak menyuarakan harga dirinya
atau jeritan perut anaknya,
yang berpeluh menenteng surat PHK,
karena pabrik-pabrik kurus kering tak bertenaga,
sebagian bahkan mati suri
sejak darahnya dihisap memedi.
Kelelawar berhamburan dari bola mata orang-orang
yang tersungkur di trotoar dan emper toko.
Hei, kamu tak perlu takut!
Kelelawar bukan pencuri atau rampok
mereka hanya mengais remah makananmu
atau sekedar megorek belas kasihmu
sebab mimpi mereka tak lagi utuh
tercabik-cabik taring wewe gombel.
Perempuan-perempuan yang meminjam sayap kumbang,
mereka bukan tak mengerti resiko meninggalkan kandang
mereka sudah terlalu maklum jika bayi-bayinya
terlahir dengan menggenggam bon utang.
Tapi ia tak pernah sudi
jika hutan yang tumbuh di jiwa anaknya
yang ia sirami dengan peluh dan nestapa
dan ditaburi doa-doa yang mengepul bersama asap tungku
musnah di mangsa banaspati.
Maaf, ternyata mantramu tidak benar-benar ampuh,
buktinya genderuwo,memedi, wewe gombel dan banaspati
belum juga enyah,
mereka hanya berganti nama dan sedikit mematut diri
sebagai si tampan KORUPSI.
Cianjur, 16.03.2011
*Biografi singkat
Ratna Wulandari, lahir di Sukabumi 05 Agustus. Sekarang tinggal di Cianjur dan berprofesi sebagai pengajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar