Adalah pena yang terus dimanjakan untuk menari dan melukis rasa kedalam kata hingga menjadi tanda. Dalam blog ini berisi puisi, refleksi dan catatan lainnya
Tampilkan postingan dengan label SOROT SPESIAL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SOROT SPESIAL. Tampilkan semua postingan
Senin, 21 Maret 2011
PESANTRAN AL-AMIEN PRENDUAN, PENYAIR HAN DAN ETNIS TIONGHOA DALAM BINGKAI KARYA
oleh Moh. Ghufron Cholid
Senin, 21 Maret 2011 merupakan hari yang istimewa penuh dengan anugerah. Hari ini etnis Tionghoa menjadi tamu pondok pesantren Al-Amien.
Di tengah-tengah robongan ada sosok yang sangat familiar di kalangan masyarakat utamanya pencinta dunia tulis menulis, yang namanya mulai banyak dikenal masyarakat dengan karyanya berjudul Konde Penyair Han (Hanna Fransisca).
Setelah shalat maghrib rombongan tiba di pesantren dan mendapatkan sambutan kekeluargaan berbingkai pengertian dari keluarga besar pesantren Al-Amien.
Kemudian mengikuti sesi pengarahan yang dipimpin oleh Hamzar Arsa M.Pd, para rombongan dengan sangat antusias mendengarkan dan mengikuti acara pengarahan perkenalan pesantren, lalu di lanjutkan dengan acara ramah tamah, yakni merasakan hidangan yang telah disediakan oleh Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren.
Tak hanya itu, para peserta yang hadir dimanjakan dengan berwisata mengelilingi komplek pesantren dengan memakai mobil yang telah disediakan panitia dan mobil pribadi yang dibawa rombongan.
Auditorium Putra menjadi saksi mata zaman yang sangat pesona, karena di sinilah diadakan rangkaian acara yang dibingkai dalam sambutan dari ketua etnis Tionghoa yang diwakili oleh Hanna Fransisca dan sambutan dari Majlis Kiai Al-Amien yang diwakili oleh KH. Maktum Jauhari selaku Wakil Pimpinan dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Hanna Fransisca melukiskan kegembiraan etnis Tionghoa yang sangat bahagia karena telah disambut dengan semangat kekeluargaan, dimanjakan dengan wisata pesantren sekitar komplek, diperkenalkan dengan sikap pesantren Al-Amien yang selalu ramah kepada seluruh tamu yang hadir tanpa memandang status sosial dan status agama.
Hanna Fransisca juga menyampaikan bantuan dana untuk pendidikan yang diberikan oleh ketua rombongan etnis Tionghoa sementara KH. Maktum Jauhari menyambut segala sambutan Hanna Fransisca dengan santun dan penuh ketegasan bahwa semua bantuan yang diberikan takkan pernah masuk dalam kantong pribadi. Tak hanya itu, untuk menyakinkan KH. Maktum Jauhari,MA menyatakan bahwa seluruh penghuni Al-Amien mulai dari Majlis Kiai hingga seluruh tukang yang ada dalam lingkungan pondok bisa dipercaya.
Akhirnya tepakan demi tepukan tangan memecahkan keheningan ruangan, semua merasakan gairah persahabatan yang anggun, tanpa ada perbedaaan agama, yang ada hanyalah pengertian. Yang ada hanyalah semangat persahabatan dan semangat untuk terus maju memebrikan yang terbaik dalam hidup.
Rangkaian demi rangkaian acara telah usai digelar. Saling tukar cindera mata pun telah dilaksanakan. Kini tibala pada acara puncak penampilan-penampilan, penampilan pertama diisi oleh Penyair Han.
Hanna Fransisca tampil di depan seluruh peserta silaturrahmi dengan membacakan salah satu puisi yang ada dalam buku Konde Penyair Han. Pembacaan yang memukau membuat seluruh peserta terhibur dan larut dalam ketakjuban. Usai Hanna membacakan puisi, tibalah Zainullah santri Kelas V TMI Al-Amien yang sekaligus menjabat sebagai presiden pesantren dari kalangan santri membacakan puisi Mbak Hanna. Rizal salah seorang santri asal Banjarmasin ikut memeriahkan acara dengan membacakan puisi Mbak Hanna dengan penuh penghayatan.
Penampilan tersebut rasanya kurang meriah jika seluruh peserta yang hadir, belum mendengarkan salah satu Guru Senior Pondok Pesantren Al-Amien membacakan puisi Mbak Hanna dalam tiga bahasa.
Akhirnya KH. Ja'far Shodiq,MM tampil dengan membaca puisi tiga bahasa, ketakjuban demi ketakjuban dilukiskan dalam tepukan tangan para peserta yang hadir. Tak hanya itu Hanna Fransisca sebagai seorang penyair tentulah merasa sangat terharu karena apresiasi yang diberikan keluarga besar Al-Amien Prenduan terhadap Konde Penyair Han.
Sungguh malam anugerah telah bertabur rahmah dan barokah. Semua terhibur dan semua tak menyadari bahwa waktu terus berlari/ membawa kemesraan cumbu/kaki semakin tak bisa melangkah/namun sejarah harus dilanjutkan dengan gairah/Lalu/Abjad-abjad kenangan diabadikan dalam foto bersama.
Tandatangan demi tanda tangan Hanna Fransisca mengisi lembaran-lembaran masa penggemarnya. Hanna sangat santun memenuhi permintaan seluruh penggemarnya yang ada dalam pesantren.
Setelah semua acara usai dilaksanakan akhirnya semua etnis Tionghoa bersiap-siap satu persatu menaiki bus, Hanna Fransisca ikut naik bus tersebut melanjutkan perjalanan, sementara saya dan seluruh keluarga besar Al-Amien juga ikut melepas kepergian rombongan untuk melanjutkan perjalanan.
Malam anugerah
Ruh-ruh hadir penuh gairah
Perlahan
Dinding rahmah
Lantai barokah
Jendela hikmah
Saling menjadi mata sejarah
Kini
Ruh-ruh telah pergi
Namun kenangan abadi dalam taman hati
Akhrinya hanya bait-bait puisi itu yang bisa saya berikan sebagai penutup melukis kebahagiaan hati, lantaran Penyair Han beserta etnis Tionghoa telah berkenan berkunjung ke pondok Al-Amien Prenduan, suatu tempat yang banyak mengenalkan saya pada bait-bait hikmah dan banyak mengajarkan kepada saya tentang manfaat keistiqomahan dalam mengabadikan sejarah dalam tulisan.
Terimakasih Hanna Fransisca sahabatku, terimakasih seluruh etnis Tionghoa atas silaturrahmi ini, selamat jalan, selamat menjalani hidup dan menerjemahkan kehidupan.
Kamar Hati, 21 Maret 2011
Biodata Penulis
adalah Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA)
ABJAD-ABJAD KENANGAN
Hadir melintasi Suramadu
Aku membaca gelisahmu
Narasikan rambu-rambu
Namun kibaran bendera yakinmu
Adalah harapan dalam debar rayu
Fobia sepisau luka
Rimbun dera
Akasia nestapa
Nada-nada ngilu yang tak lagi menggema
Selaksa laut berombak
Irama hidup yang melafalkan jejak
Sejarah yang penuh tapak
Kamar Hati, 2011
Aku membaca gelisahmu
Narasikan rambu-rambu
Namun kibaran bendera yakinmu
Adalah harapan dalam debar rayu
Fobia sepisau luka
Rimbun dera
Akasia nestapa
Nada-nada ngilu yang tak lagi menggema
Selaksa laut berombak
Irama hidup yang melafalkan jejak
Sejarah yang penuh tapak
Kamar Hati, 2011
Senin, 07 Maret 2011
MEMAKNAI KADO CAHAYA YANG KAU BERIKAN
:Dyza Ainun
Telah kuterima kado cahaya
Dalam 86, 400 Detik yang kau cipta
Ada rahasia bergelora
Menyapa batin dalam sunyi manja
Cinta adik pada kakaknya
Menghanguskan bara benci
Cinta bunda pada anaknya
Telaga sepanjang sahara
Alangkah nikmat kubaca
Desir angin bahasa
Yang kau tawarkan
Dalam sunyi yang menabur renungan
Kamar Hati, 2011
Puiso ini terinspirasi seteralah membaca novel 86, 400 Detik karya Dyza Ainun Terengganu bagian ketiga
Langganan:
Postingan (Atom)