SELAMAT DATANG TO MY
Rumah karya moh. ghufron cholid, anda bisa bertamasya sambil membaca semua karya dan bisa mengomentarinya dengan penuh perenungan dan berdasar selera masing-masing. Jangan lupa ngisi data kehadiran.Ok!

Minggu, 27 September 2015

ALAMAT CINTA IBU

Oleh : Moh. Ghufron Cholid

Puisi bisa menjadi salah satu alasan dari sekian alasan seseorang untuk mengekalkan pandangan pada sebuah peristiwa yang dianggap penting dan frieska lewat puisi berjudul JEMARI TUA IBU, telah mengekspresikan segenap pandangan yang berdesakan meminta segera ditulis. Moh. Ghufron Cholid

JEMARI TUA IBU

kulit lembutnya memecah
menyentuh membelai melabuhkan cinta

Frieska, bdg 2015

Kali ini Frieska hadir dengan judul yang biasa tampa menyuguhkan daya pikat di bagian judul. Barangkali frieski hendak bertaruh, apakah judul yang biasa sudah pasti memiliki isi yang biasa? Apakah ada yang lebih dulu dari frieska yang membuat judul biasa namun isinya tak sesederhana judulnya? tentu ada sebut saja sapardi dengan puisi hujan bulan juni, d zawawi imron dengan puisi berjudul ibu dan lain sebagainya.

JEMARI TUA IBU adalah judul yang biasa namun penyair selalu punya cara melihat sesuatu dengan cara pandang yang tak dimiliki mata awam, ianya selalu berusaha menggali hal tak tampak di sebalik yang tampak. Kalau mengamati judul secara berkelanjutan dan berulang tak ada tanpa yang bisa didapat selain menegaskan tentang usia yang semakin tua. Lain halnya jika kita masuk dalam ide yang dicipta lewat diksi-diksi yang dihadirkan.

kulit lembutnya memecah, baris pertama telah dihadirkan frieska yang coba mengintimi keistimewaan yang bermukim di jemari tua ibu, yang menegaskan, segala yang menjadi kebanggan diusia muda bagi seorang perempuan pada akhirnya akan mengalami perubahan rupa. Ketak kekalan akan mengintimi perlahan, kekaguman akan menyurut, semisal laut yang kadang pasang kadang pula surut.

kulit merupakan mahkota perempuan dari sisi fisik. kulitlah yang kerap menjadi sorotan untuk menentukan seberapa berharga dan berwibawa. Kulitlah yang kerap diagung-agungkan perempuan pada kaumnya. Taklah mengherankan ada ungkapan awet muda atau perawan tua. Keberadaan kulit merupakan bagian vital perempuan yang berharga dari sekian panca indera yang bisa dilihat. Oleh sebab itu sangatlah tepat kalau Allah lebih menilai ketakwaan (hati) dari pada kulit (yang melekat pada tubuh).

baris pertama juga menegaskan bahwa tiada makhluk yang sempurna sebab kesempurnaan hanya milikNya, lalu apa yang menjadi kebanggaan ketika muda akan sirna beriring perubahan waktu. Kulitpun akan mengalami penuaan dan ketertarikan pada yang fisik akan memudar manakala yang menjadi pusat ketakjuban mulai sirna lantaran perubahan rupa.

kulit lembutnya memecah, membaca berulangkali akan mendapat sebuah gambaran tentang lunturnya pamor fisik dari yang batin. betapa fisik pada masanya tak mampu menaklukkan batin. betapa kecantikan atau kekuning langsatan takkan selamanya menjadi mahkota yang bisa dibanggakan sebab ianya dibenturkan dengan kenyataan tentang adanya penuaan.

Membaca baris pertama saya teringat film-film di televisi yang begitu memuja kecantikan, begitu membanggakan kulit yang dimiliki untuk diperdagangkan/dikomersilkan pada akhirnya karena usia bertambah tua menjadi semakin tak berharga dan mewakilkan airmata sebagai penyesalan.

menyentuh membelai melabuhkan cinta, pada baris kedua fries ingin menampilkan sosok ibu yang pro aktif. Sosok ibu tak dikondisikan sebagai sosok yang lemah. Barangkali fries ingin menampilkan peran vital ibu, yang cintanya semakin bertambah kendati usianya merendah.

Barangkali diksi-diksi ini terlintas dengan sendirinya setelah mengamati atau berpapasan secara tak sengaja dengan perempuan yang masih tegar dalam menjalani hidup dan semangat dalam menerjemahkan harapan.

Baris kedua mengingatkan saya pada perempuan tua, yang demi senyum anaknya berjuang tampa pernah mempersoalkan usia. Perempuan yang tak mau terlihat lemah di mata anak-anaknya. Perempuan yang tak ingin terlihat manja dalam menggenggam kebahagiaan. Panorama semacam ini bisa ditemukan di tempat umum utamanya di pasar-pasar.

melabuhkan cinta berasal dari dua kata yakni labuh yang mendapatkan imbuhan me-kan, dan kata cinta. Melabuhkan kata kerja aktif bisa juga disebut kata bertenaga oleh karena ianya melakukan pekerjaan bukan dikenai pekerjaan.

Melabuhkan cinta sama halnya telah menemukan tempat untuk mencurahkan cinta. Pertanyaannya sekarang pada siapa seorang ibu melabuhkan cinta? Paling tidak ada dua opsi yakni pada anak-anaknya atau pada Tuhannya. Anggapan semacam ini bisa didapat jika kita mengkombinasikan antara judul dan isi puisi.

Bukankah lewat jemari cinta bisa dilabuhkan, jemari ibu yang penuh cinta mampu menentramkan hati anak-anaknya. lewat jemari ibu pula doa-doa mengalir indah kekhusyuan seorang hamba pada Tuhannya terlukiskan.

Jemari yang selalu menyangga langit cinta, berharap kebahagiaan anak-anaknya adalah cara seorang ibu melabuhkan cinta, kasih dan sayang.

Puisi ini ditulis dengan pola tuang dua baris tujuh kata yang digagas oleh Imron Tohari (Indonesia), pada baris pertama berisi 3 kata sementara baris kedua berisi empat kata.

Pada hakekatnya pola ini bisa disajikan secara kreatif,sepanjang masih dalam koridor dua baris tujuh kata dan tak terjebak pada jebakan batman seperti yang telahditegaskan oleh penggagasnya. Mengenai filosofi dan sejarah lahirnya pola tuang ini bisa langsung ditanyakan pada saudara Imron Tohari atau bisa langsung mengunjungi group pola tuang tersebut di fb dengan membaca segenap arsip tulisan di dokumen group.

Pada hakekatnya puisi pola tuang bukanlah penghambat kreativitas, melainkan ianya berfungsi sebagai upaya penyair berdisiplin dengan aturan yang ada, di samping itu mengupayakan makna yang luas dengan pemilihan diksi yang ketat.

Madura, 11 September 2015
Biodata Penulis 
Moh. Ghufron Cholid adalah nama pena Moh. Gufron, S.Sos.I, lahir dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Karya-karyanya tersebar di berbagai media seperti Mingguan Malaysia, New Sabah Times, Mingguan Wanita Malaysia, Mingguan WartaPerdana, Utusan Borneo, Tunas Cipta, Daily Ekspres dll juga terkumpul dalam berbagai antologi baik cetak maupun online, terbit di dalam maupun luar negeri seperti Mengasah Alief, Epitaf Arau, Akar Jejak,Jejak Sajak, Menyirat Cinta Haqiqi, Sinar Siddiq, Ketika Gaza Penyair Membantah, Unggun Kebahagiaan, Anjung Serindai, Poetry-poetry 120 Indonesian Poet, Flows into the Sink into the Gutter, Indonesian Poems Among the Continents, dll. Beberapa puisinya pernah dibacakan di Japan Foundation Jakarta (10 Agustus 2011), di UPSI Perak Malaysia (25 Februari 2012), di Rumah PENA Kuala Lumpur Malaysia(2 Maret 2012) dan di Rumah Makan Biyung Jemursari Surabaya dalam acara buka bersama Pipiet Senja (30 Juli 2012), di Jogja dalam Save Palestina (2012), di Sragen dalam Temu 127 Penyair Dari Sragen Memandang Indonesia (20 Desember 2012), di Pekalongan dalam Indonesia di Titik 13 (Maret 2013), di Sastra Reboan dalam Temu Sastra Indonesia-Malaysia (Agustus 2013), di P.O.RT AmanJaya, Mydin Mall dan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam Kongres Penyair Sedunia ke 33 (21,23, 26 Oktober 2013), di Brunei ketika menikmati indah kampoeng air (7 November 2013) di Al-Izzah Islamic Boarding School Batu Jawa Timur dalam safari menulis bersama Pipiet Senja dkk (Juli, 2014), di RRI Sumenep (5 Januari 2015), di Pondok Pesantren Putri dan Putra Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan (27&28 Juni 2015). Alamat Rumah Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong Komis Kedungdung Sampang Madura. HP 087759753073
 
Sumber http://www.binarakyatnews.com/2015/09/alamat-cinta-ibu.html?m=1

Tidak ada komentar: