SELAMAT DATANG TO MY
Rumah karya moh. ghufron cholid, anda bisa bertamasya sambil membaca semua karya dan bisa mengomentarinya dengan penuh perenungan dan berdasar selera masing-masing. Jangan lupa ngisi data kehadiran.Ok!

Jumat, 29 Oktober 2010

EBOOK ANTOLOGI PUISI MENUJU PELABUHAN


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah adalah kata yang mampu melukiskan perasaan hati saya setelah menyelesaikan Antologi Puisi Menuju Pelabuhan.
Antologi puisi ini berisi 17 puisi pilihan. Dibuka dengan puisi berjudul MENUJU PELABUHAN yang menceritakan tentang pelayaran seseorang mencari Tuhannya dan diakhiri dengan puisi berjudul PENGAKUAN yang akhirnya menemukan jatidirinya dan hubungan antara dirinya dengan Tuhannya.
Membaca Antologi Puisi MENUJU PELABUHAN sama halnya berfantasi menyisiri dunia yang penuh warna, penuh pesona hingga lahirlah ketakjuban.
Antologi ini juga memuat tentang puisi persahabatan dan puisi-puisi cinta.
Akhirnya saya ucapkan selamat membaca, semoga anda mendapat inspirasi baru dan mendapat pengalaman baru. Ketakjuban baru. Harapan baru. Hadiah baru untuk dijadikan warisan kepada generasi setelah anda nantinya.
Awalnya Antologi puisi ini, mau saya ikutkan dalam Anugerah Cecep Syamsul Hari (2009) bertepatan dengan rampungnya Antologi Puisi Menuju Pelabuhan (Al-Amien, 16 Desember 2009 M) namun karena banyaknya kegiatan di pesantren akhirnya kumpulan ini masih di semayamkan di lemari karya, seraya menunggu esai maupun endosmen dari sahabat-sahabat Fb yang telah saya kirimkan naskahnya.
Detik berganti detik menawarkan penantian, menit berganti menit meninghidangkan ketegangan, jam berganti jam melatih kedewasaan, hari berganti hari menyuguhkan berbagai problematika kehidupan yang komplek, minggu berganti minggu menghadiahkan pengertian, bulan berganti bulan menaburkan kesabaran.
Kini kesabaran itu telah memberi buah penantian yang manis, Antologi Puisi Menuju Pelabuhan untuk cetakan kedua ebook saya terbitkan di evolitera.co.id, setelah cetakan pertama versi ebook diterbitkan di scribd.com (2010).
Terlepas dari minus-plusnya Antologi Puisi Menuju Pelabuhan ini, saya serahkan pada Allah dan pembaca untuk mengapresiasi dalam berbagai bentuk yang paling digemari.
Akhirnya dengan memohon ridla Allah saya ucapkan selamat membaca, selamat menelaah dan selamat mengapresiasi, semoga bermanfaat bagi umat dan memberikan warna baru dalam khazanah sastra nusantara.


Al-Amien, 28 Oktober 2010

Hormat Penulis
Moh. Ghufron Cholid

Esai : Memetik hikmah dari puisi-puisi transendental, karya Moh.Gufron Chalid.

“Sastra adalah jalan keempat untuk mencari kebenaran, setelah agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan.” ( Teeuw ).

Dan seperti itu adanya apa yang dikatakan Teeuw di atas, saya temukan pada sajak-sajak Moh. Gufron Chalid yang terkumpul pada 17 sajak pilihan, yang di inbokkan ke saya untuk saya pelajari.
Setelah menelusuri setiap nafas sajak-sajak tadi, di sana saya dapat merasakan bagaimana penyair dalam menjalani proses pencarian jalan kebenaran melalui medium sastera.
Sebagai salah satu alat atau media untuk meletupkan rasa dan pemikiran-pemikiran yang diharapkan dapat mempengaruhi pola piker dan atau pola piker baru yang berdampak positip pada pribadi penyair serta penghayat selanjutnya, puisi,sajak, merupakan perwujudan yang tepat dari sekumpulan kata atau kalimat yang merupakan bagian dari yang namanya bahasa (baca: bahasa hati,bahasa piker,bahasa rasa, dll).
Bahwa Puisi sebagai reinkarnasi bahasa/samsara bahasa, pada kelahirannya kembali, tidak terlepas dari proses/ritus suasana baik buruk yang mempengaruhi rasa imajinatip pengkarya ciptanya. Dalam pengertian, melalui puisi penyair berusaha menghidupkan imaji tersembunyi ke dalam tubuh “bahasa”. Tubuh bahasa dari bayangan diri, baik bayangan diri penyairnya maupun bayangan diri penikmat bacanya yang sudah menyatu pada bayangan puisi itu sendiri!, maka jadilah bayangan diantara bayangan; diri membayang pada puisi, puisi membayang pada diri. Dan puisi yang baik, adalah puisi yang ditulis dengan penuh ketulusan, serta tetap mengacu pada estetika moral, sehingga nantinya bisa memberi pencerahan positip dan atau bisa menciptakan pola piker baru yang baik bagi pencipta maupun apresiator yang membacanya.
Bahkan Jhon F Kennedy mantan presiden Amerika yang fonumenal mengkaitkan puisi dengan kehidupan bernegara: “ bila politik bengkok, maka Puisi yang akan meluruskannya”. Dari statemen tersebut, betapa penting dan berpengaruhnya puisi yang baik, tidak hanya dikaitkan dari sudut agama atau keyakinan saja, tapi juga terkait kuat (bila mau menyelaminya) bagi tatanan Bangsa,Negara, dan perbaikan pola piker positip bagi masyarakat dan atau indifidu penghayat.
Latar belakang budaya, pendidikan, pola hidup, kejiwaan, keyakinan, dll, sangat berpengaruh sekali akan hasil perwujudan puisi, baik dalam kapasitas tekstual puisi maupun muatan makna yang tersurat dan atau tersirat pada karya sastra puisi,sajak bersangkutan.
Dan factor-faktor seperti itu juga yang mempengaruhi karya-karya Moh. Ghufron Cholid yang terkumpul pada 17 puisi pilihan “MENUJU PELABUHAN.” Dimana nuansa transendental (kemenonjolan hal-hal yang bersifat spiritual/kerohanian) sangat menonjol pada setiap karyanya. Tidak perlu heran, karena lingkungan agamis yang kuat dari keluarganya serta atmosfir kehidupan pesantren, secara tidak langsung telah membentuk pola pikernya dalam berkarya cipta.
Seperti yang tertuang pada enam buah puisi Moh.Ghufron Cholid “ Menuju Pelabuhan, Sholat, Pertemuan, Selepas Subuh, Perempuan malam,dan Pengakuan “ yang saya anggap paling kuat dari segi alur, bunyi, pemaknaan, sehingga sangat-sangat menyita perhatian saya selaku penghayat, bila dibandingkan dengan puisi lainnya yang tergabung dalam 17 puisi pilihan “MENUJU PELABUHAN”, yang menurut saya terkesan hanya mengalir biasa saja.
Tajuk puisi ““Menuju Pelabuhan” yang sekaligus dijadikan sebagai puisi pembuka pada 17 kumpulan puisi pilihan Moh.Ghufron Cholid, begitu kental dengan nuansa transendental, betapa aku lirik beserta segala ketidak berdayaannya dalam menghadapi tipu daya pesona dunia nan fana, dengan tiga hal sifat yang senantiasa melekat pada insan Tuhan ( suka berkeluh kesah, tak pernah merasa puas, dan penyakit iri ), di sini aku lirik berusaha melawannya dengan cara mendekatkan diri pada sang pencipta, serta menyadari dengan sepenuh rendah hati, betapa tiada yang patut dia sombongkan di hadapan Illaihi Rabbi, serta berharap mendapat Ijabah dengan cara sujud yang sebenar-benar sujud atas segala kebesaran-Nya.
Dan nuansa seperti itu akan pembaca dapatkan pada Sajak “Menuju Pelabuhan” yang menjadi tajuk dan pembuka pada 17 kumpulan sajak terpilih Moh. Ghufron Cholid, Seperti yang saya petikan bait awal sajak tersebu, di bawah ini :

“Menuju pelabuhan kasihMu
Aku terkepung
Antara riak rindu dan ombak nafsu
Terkadang badai dan topan menerjangku
Aku serupa kapas
Berdansa di samudera lepas
Hilang arah tanpa batas”

Begitu kuatnya unsur transendental yang tersirat pada bait awal sajak tersebut. Dan saya yakin ini semua juga tidak terlepas dari pengaruh budaya hidup Moh.Ghufron Cholid yang sedikit tidak banyak dipengaruhi oleh atmosfir pesantren.
Puisi “Menuju Pelabuhan” ini, langsung mengingatkan saya dari sisi kekerabatan makna pada karya “CERITA BUAT IMANA TAHIRA” buah tangan penyair surealis spiritual Acep Zamzam Noor, yang sajak-sajak liris spiritualnya kebanyakan sering mengajak alam bawah sadar pemghayat untuk masuk ke dunia sufistik dalam mengungkap makna-makna yang bersifat transendental, melalui symbol-symbol alam, benda, cuaca, dll sebagai wujud pencitraan.
Seperti halnya “Menuju Pelabuhan”, Penyair Sepiritual Acep Zamzam Noor yang merupakan asset khasanah sastera tanah air ini, dalam “CERITA BUAT IMANA TAHIRA”, tersirat adanya suatu kekerabatan makna, yakni sama-sama tunduk dan tawaduk atas kebesaran Illaihi, betapa kita insan hanya serupa debu dihadapan Tuhan. Kurang lebih itu inti makna yang sama-sama ingin disampaikan. Mari kita baca dua bait yang saya kutip dari sajak Acep Zamzam Noor “CERITA BUAT IMANA TAHIRA”, di bawah ini :

“Memandang langit
Aku ingat wajah kekuasaan
Merah padam
Sedang menginjak bumi
Seperti kudengar suaraku yang sunyi

Di jalan setapak
Yang disediakan bumi tulus ini
Kata-kataku tumbuh dari udara
Kata-kataku membangun menara tinggi
Namun akhirnya runtuh juga” ( di petik dari sajak Acep Zamzam Noor )

Kekerabatan makna “Menuju Pelabuhan” ini juga bisa kita jumpai pada sajak “Doa” buah karya dari penyair D. Zawawi Imron, di mana pada karya “Doa”, penyair melalui aku lirik, betapa takjub akan kebesaran dan kekuasan Tuhan, dan betapa insan setiap mengingat kebesaranNya, terlihat kerdil tiada daya dibandingkan dengan segala kebesaran-Nya.

“bila kau tampakkan secercah cahaya di senyap malam
rusuh dan gemuruh mengharu biru seluruh tubuh
membangkitkan gelombang lautan rindu
menggebu menyala
dan lagu-Mu yang gemuruh
menyangkarku dalam garden-Mu” ( Dipetik dari sajak “Doa” D. Zawawi Imron ).

Suasana transendental juga akan kita jumpai pada karya “SHALAT” yang ada pada 17 sajak pilihan Moh. Gufron Chalid. Sajak pendek yang hanya satu bait dan terpeta terdiri 3 baris, saya rasa cukup berhasil membawa penghayat untuk masuk ke dalam dunia renung akan pentingnya menjalankan syariat Tuhan dengan sebaik-baiknya iman.
Secara makna, sajak ini mengingatkan saya pada tembang “Tamba Ati” karya Sunan Bonang yang sering saya nyanyikan saat saya masih kecil dan mengaji di mushola di desa saya Malang.
Sekali lagi saya katakana, secara makna, sajak Sholat ini sangat dalam, hanya secara puitika bahasa, karya ini terasa mengalir begitu saja, dalam arti, cengkeraman kuat yang bisa menghisap imaji penghayat kurang terbentuk, hal ini bisa jadi di karenakan puitisasi bahasanya yang terkesan standart ( umum).
Saya tidak membandingkan karya “Sholat” dengan” Tamba Ati” karya Sunan Bonang, namun saya hanya ingin menggambarkan betapa dengan pilihan diksi yang kuat dan susunan yang tepat, walau pendek, tembang “Tamba Ati” tetap mengemakan bunyi yang begitu mengesankan.
Saya petikan sajak “ Shalat “ dan “ Tamba Ati “, yang secara kekerabatan inti makna tidak jauh berbeda; yakni mengajak insan untuk menjalankan Syariat Tuhan dengan setulus-tulusnya ikhlas.

“Tuhan
Kau dan aku
Tak ada tabir rahasia”

Betapa di sini penyair dalam sajak “Sholat” ingin menyampaikan, bilamana kita menjalankan segala perintah-Nya ( Shalat ), ibarat pengantin dan atau bila dalam suatu rumah tangga, suami istri, tiada lagi penyekat untuk senantiasa berdekatan ( dalam koridor tanda kutip ). Sebuah pesan tersirat yang mengingatkan setiap insane ( penghayat ) untuk senantiasa tawaduk dan iklas dalam mendapatkan ijabah dari Tuhan, seperti yang ada pada larik lengkap tembang “ tamba Ati” karya Sunan Bonang dalam syiar islaminya.

“Tombo ati iku lima perkarane
Kaping pisan moco Qur’an lan maknane
Kaping pindo sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang soleh kumpulono
Kaping papat kudu weteng ingkang luwe
Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sopo biso ngelakoni
Mugi-mugi Gusti Allah ngijabahi

Kurang lebih maknanya seperti ini :
Obat hati itu ada lima macamnya.
Pertama membaca Al-Qur’an dengan mengamalkan artinya,
Kedua mengerjakan shalat malam ( sunnah Tahajjud ),
Ketiga menjalin silahturahmi dengan orang saleh ( berilmu ),
Keempat menjalankan ibadah berpuasa, agar bisa memetik hikmah dari penderitaan kaum miskin.
Kelima sering-sering berdzikir mengingat Allah di waktu malam,
Siapa saja yang mampu mengerjakannya,
Insya’ Allah Tuhan dari segala Tuhannya umat akan mengabulkan. “
Jadi secara implisit seperti itulah pesan yang terkandung pada puisi pendek yang hanya 3 baris di luar judul, mempunyai kandungan makna seperti pemaknaan yang ada pada tembang “tamba Ati”, khususnya dalam pencapaian tingkat ijabah Tuhan “Siapa saja yang mampu mengerjakannya, Insya’ Allah Tuhan dari segala Tuhannya umat akan mengabulkan”.
Terlepas dari kurang kuatnya daya hisap imaji karya, sajak “Sholat” ini patut untuk dibaca sebagai bahan renung agar kita senantiasa ingat dan bisa lebih dekat dengan Tuhan. Amin.
Dan pembaca akan semakin diajak bertilawah hati dalam menangkap pesan-pesan transendental yang ada pada 17 sajak pilihan karya Moh.Ghufron Cholid, yang dengan bahasa lugas dan membumi. Walau dalam kesederhanaan puitisasi bahasa, dan minimnya penggunaan majas metaphora, tapi ketotalan penyair dalam menjiwai setiap gores baris sajaknya, menjadikan sajak-sajak tersebut serasa punya roh untuk bercerita, serta memudahkan setiap pembaca dalam menerjemahkan pesan tekstual sajak dengan mudah. Seperti pada sajak “ SELEPAS SUBUH” yang merupakan bentuk penghormatan dan kekaguman penyair pada gurunya yang telah berpulang ke Rahmattullah, saya kutip penuh seperti di bawah ini :

SELEPAS SUBUH
Teruntuk guru tercinta Alm. KH. Moh. Tidjani Djauhari

Guru
Selepas subuh
Rumput-rumput bertahlilan
Beburung membaca yasin
Di sekitar nisanmu
Lalu
Kusaksikan pohon-pohon doa semakin lebat daunnya
Lantas
Meneduhi nisanmu
Kemudian
Aku mengerti
Suatu hari nanti
Wajahku berganti nisan
Namun
Aku belum tahu
Apakah nisanku akan seteduh nisanmu
Namun
Aku belum tahu
Jika wajahku telah berganti nisan
Apakah rumput-rumput akan bertahlilan
Dan beburung akan membaca yasin
Semisal yang kusaksikan selepas subuh ini (Al-Amien, 2009)
Akhir kata, tidaklah berlebihan bila saya katakan 17 karya pilihan Moh.Gufron Cholid ini layak untuk dibaca, sebagai salah satu jalan mencari kebenaran melalui pemikiran-pemikirannya yang dia tuangkan dalam sajak bernuansa spiritual.
Memang pembaca tidak akan menemukan permainan-permainan symbol bahasa/majas sekuat dan sekental karya-karya Acep Zamzam Noor dan D. Zawawi Imron pada kumpulan sajak-sajak “ Menuju Pelabuhan “ ini, namun begitu, dalam kelugasan puitisasi bahasa sajaknya, pembaca akan diajak bertilawah pada keteduhan iman yang dalam.

Biodata Penyair

Moh. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986 M dari pasangan KH. Cholid Mawardi dan Nyai Hj. Munawwaroh. Ia adalah salah seorang Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA), selain itu adalah seorang tenaga edukatif di MTs TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 dan ditengah kesibukannya menjadi ketua Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Pondok Pesantren Al-Amien, ia menjadikan menulis puisi sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang.
Karya-karyanya bisa dibaca di Antologi.Net, Puitika.Net, penulisindonesia.com, www.kopisastra.co.cc dan diberbagai situs online lainnya.
Mengasah Alief (2007),Antologi puisinya yang mendapat kata sambutan positip dari D. Zawawi Imron, KH. Moh. Idris Jauhari, dan Penyair Jerman. Selain itu Antologi Puisi Yaasin (2007), Antologi Puisi Toples (2009), merupakan karya-karyanya yang telah berhasil dia bukukan.

Salam lifespirit!
_________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit, 20 Maret 2010

MENUJU PELABUHAN

Menuju pelabuhan kasihMu
Aku terkepung
Antara riak rindu dan ombak nafsu
Terkadang badai dan topan menerjangku
Aku serupa kapas
Berdansa di samudera lepas
Hilang arah tanpa batas
Perlahan
Cahaya hidayahMu menghampiriku
Menerangi ruang gelap bilik hatiku
Lalu
Aku semakin tahu
Aku serba tak sempurna
Aku serba tak berarti tanpa berarti tanpaMu

Al-Amien, 2009

TAKBIR

Bumi dan langit
Lembah dan bukit
Matahari dan rumput
Saling berjabat
Saling mendekat
Saling sepakat
Allahu akbar

Guntur dan petir
Muara dan hilir
Senja dan fajar
Saling berdzikir
Saling bertadabbur
Saling bertakbir
Allahu akbar
Allahu akbar
Allahu
Akbar

Al-Amien, 2009

SHALAT

Tuhan
Kau dan aku
Tak ada tabir rahasia

Al-Amien, 2009

PERSAHABATAN

Kita serupa pelangi
Saling mewarnai

Kita semisal mentari
Ikhlas berbagi

Kita laksana masa
Saling menjaga

Kita bagai iqomah
Tanda jama’ah

Al-Amien, 2009

INDONESIA DALAM SAJAKKU

Indonesia dalam sajakku
Adalah bhineka tunggal ika
Memeluk mesra nusantara

Indonesia dalam sajakku
Adalah pohon budaya
Lebat dengan daun bahasa
Kokoh dengan akar tatakrama

Indonesia dalam sajakku
Adalah puisi cinta
Semisal sujud di waktu dhuha
Selalu menebar pesona

Al-Amien, 2009

KALIGRAFI CINTA
Teruntuk sahabat karibku Ach. Zulfikar Ali

Dunia mulai melirikmu
Mengabadikan namamu
Dalam museum waktu
Lantaran kaligrafi cintamu
Melukis indah kapal ma’rifatullahmu
Berlayar sepanjang samudera asmaul husna
Dengan istiqomah kesabaran
Dalam menghadapi segala topan kegelisahan
Dalam menaklukkan seluruh ombak ketamakan

Al-Amien, 2009

PUISI UNTUK PRITA

Prita
Kau takkan pernah sendiri
Allah selalu bersamamu
Allah selalu menganugerahkan keajaiban
Hadiah ketabahan
Hamba yang bertaqwa

Prita
Lihatlah
Nusantara membuka pintu
Lalu memetikkan daun-daun rupiah untukmu
Perlahan
Bocah-bocah rela menunda mimpi mereka
Sekedar menyaksikan bunga-bunga senyummu
Bermekaran di bibirmu

Al-Amien, 2009

HARI ANTI KORUPSI

Tak ada abu-abu
Tak ada hitam
Semua serba putih

Tak ada redup
Tak ada remang
Semua serba terang

Al-Amien, 2009

PERTEMUAN

Di tanah jauhari ini
Kita saling berbagi mimpi

Di tanah jauhari ini
Kita saling berpuisi
Dalam tahajjud sunyi

Al-Amien, 2009

SELEPAS SUBUH
Teruntuk guru tercinta Alm. KH. Moh. Tidjani Djauhari

Guru
Selepas subuh
Rumput-rumput bertahlilan
Beburung membaca yasin
Di sekitar nisanmu
Lalu
Kusaksikan pohon-pohon doa semakin lebat daunnya
Lantas
Meduhi nisanmu
Kemudian
Aku mengerti
Suatu hari nanti
Wajahku berganti nisan
Namun
Aku belum tahu
Apakah nisanku akan seteduh nisanmu
Namun
Aku belum tahu
Jika wajahku telah berganti nisan
Apakah rumput-rumput akan bertahlilan
Dan beburung akan membaca yasin
Semisal yang kusaksikan selepas subuh ini

Al-Amien, 2009

MENGENALMU
Teruntuk guru tercinta KH. Moh. Idris Jauhari

Guru
Mengenalmu
Aku selalu ingin meniru
Mekar bunga ikhlasmu
Di taman hidupku

Al-Amien, 2008

PEREMPUAN MALAM

Malam berbaju petang
Cepat pulang
Biar kau tak hilang

Al-Amien, 2008

BUNGA VELERY

Aku ingin kau menjadi bunga
Hanya dihinggapi satu kumbang
Di taman pernikahan

Al-Amien, 2008

KAMAR PENGANTIN
Teruntuk sahabat karibku Najib

Di kamar pengantin
Kau mewisuda
Perempuan dunia menjadi bidadari surga

Al-Amien, 2008

MENJEMPUT BIDADARI
Teruntuk guruku tercinta KH. Dr. Ahmad Fauzi Tidjani

Bidadari yang kau jemput dengan restu Ilahi
Adalah surgamu yang diwariskan nabi
Lantaran setiamu pada risalah Gusti

Al-Amien, 2008

RUANG UJIAN

Ruang tenang
Angin menari riang
Bel bendendang
Semua berperang
Lalu meninggalkan ruang
Dengan sujud panjang
Ada pula yang semakin bimbang
Lantas semakin asing

Al-Amien, 2009

PENGAKUAN

Tuhan
MenguraiMu
Aku kehabisan kata-kata

Tuhan
MeraibkanMu
Aku kehilangan lentera

Tuhan
MenujuMu
Lembah nafsu dan bukit ihsan
Saling membimbing jalanku
Kadang Kau asing
Kadang kau sangat dekat

Al-Amien, 2009

Caranya Menyatakan Isyarat


Begitu menerima puisi-puisi Ghufron Cholid, maka yang selalu menyapa saya adalah isyarat. Isyarat itu sangat genit, seperti gadis belia memicingkan mata, sehingga saya tergoda untuk membaca puisi-puisinya secara utuh.
Caranya menyatakan isyarat cukup menantang. Menuju Pelabuhan. Apa yang akan ia lakukan di sana? Apakah ada sesuatu yang membuatnya tergoda, sehingga ia harus Menuju Pelabuhan? Ternyata saya salah. Pelabuhan dalam sajak Gufron bukanlah tempat kapal berlabuh dan menepi. Namun tempat seorang hamba berpasrah, karena telah terkepung / antara riak rindu dan ombak nafsu. Nah, di sini penyair memungut suatu yang hilang dalam imajinasi pembaca.
Caranya menyatakan isyarat cukup padat. Terutama dalam puisi-puisi yang ditulisnya pendek-pendek. Memang, ketika kita mencintai dua hal, salah satunya harus ditinggalkan. Inilah yang dipertaruhkan oleh penyair untuk dipertemukan dengan pembaca. Isyarat yang padat itu, begitu terasa, misalnya dalam sajak berikut:


SHALAT

Tuhan
Kau dan aku
Tak ada tabir rahasia

Al-Amien, 2009

Atau juga dapat pembaca temukan dalam puisi:

PEREMPUAN MALAM

Malam berbaju petang
Cepat pulang
Biar kau tak hilang

Al-Amien, 2008

Caranya menyatakan isyarat cukup rahasia. Disinilah ia berhasil menawarkan imajinasi liar pada pembaca. Dalam puisi-puisi pendeknya, ia tidak hanya menulis, sekaligus menghampiri pembaca dengan sejumlah denting peringatan yang terasa nyata.
Caranya menyatakan isyarat, cukup membuat pembaca bahagia ketika makna menyala dalam bola hitam yang rahasia dalam puisi-puisi panjangnya.

Jakarta, 16 Februari 2010
Ali Ibnu Anwar (Penulis Buku Puisi, Sepasang Mata Yang Cemburu)

Biodata Penulis

Moh. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986 M dari pasangan KH. Cholid Mawardi dan Nyai Hj. Munawwaroh. Ia adalah salah seorang Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA), selain itu adalah seorang tenaga edukatif di MTs TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 dan ditengah kesibukannya menjadi ketu Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Pondok Pesantren Al-Amien, ia menjadikan menulis puisi sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Karya-karyanya bisa dibaca di Antologi.Net, Puitika.Net, penulisindonesia.com, www.kopisastra.co.cc, esastera.com, dan diberbagai situs online lainnya. Mengasah Alief (2007), Antologi Puisi Yaasin (2007), Antologi Puisi Toples (2009), Antologi Puisi Akar Jejak (2010, bersama 50 Penyair Al-Amien), Ebook Kumpulan Puisi Heart Weather (Evolitera,2010), Ebook Antologi Puisi Penyair Bercinta (Evolitera,2010), Ebook Antologi Puisi Menuju Pelabuhan (Scribd, cetakan pertama 2010), Kini bersama-sama teman-temannya sedang menggarap Ebook Kumpulan Cerpen Cinta Reliji Lintas Negara yang rencananya akan diterbitkan di evolitera.co.id, Alamat Rumah Pondok Pesantren Al-Ittihad Junglorong Komis Kedungdung Sampang atau alamat domisili alternative Pondok Pesantren Al-Munawwir Kauman Blega RT 02/RW 05 Kauman Blega Kec. Blega Kab. Bangkalan CP 087852121488, alamat email putra_blega@yahoo.com/lora_sun31@yahoo.com.

ENDOSMEN ANTOLOGI PUISI MENUJU PELABUHAN

"Sebuah puisi yang jujur, ditulis dengan bahasa yang sederhana hingga enak dibaca dan dinikmati. Membawa kita pada suasana hening dan bening. Suasana di mana hati perlu merenung."
Dianing Widya Yudhistira, penulis novel Weton, Bukan Salah Hari dan penikmat sastra)
Membaca tujuh belas puisi di Antologi "Menuju Pelabuhan" ini kita menemukan puisi-puisi yang sarat akan pencarian, dan keterbukaan. Larik-larik dan isi yang sederhana, dan padat terlihat di dua puisi yang saya terharu saat membacanya. Yaitu puisi berjudul Shalat dan Kamar Pengantin. Ida Nursanti Basuni (Penulis Buku Antologi Puisi Mimpi Sang Dare
Caranya menyatakan isyarat cukup rahasia. Disinilah ia berhasil menawarkan imajinasi liar pada pembaca. Dalam puisi-puisi pendeknya, ia tidak hanya menulis, sekaligus menghampiri pembaca dengan sejumlah denting peringatan yang terasa nyata.
Caranya menyatakan isyarat, cukup membuat pembaca bahagia ketika makna menyala dalam bola hitam yang rahasia dalam puisi-puisi panjangnya. Ali Ibnu Anwar Penulis Buku Antologi Puisi Sepasang Mata Yang Cemburu)
Akhir kata, tidaklah berlebihan bila saya katakan 17 karya pilihan Moh.Ghufron Cholid ini layak untuk dibaca, sebagai salah satu jalan mencari kebenaran melalui pemikiran-pemikirannya yang dia tuangkan dalam sajak bernuansa spiritual. Imron Tohari, Penyair Lombok
"Puisi religi yang disajikan dengan sederhana baik dalam kata maupun makna, penyair merangkai kata dalam bingkai apa adanya sehingga pembaca yang polos mudah memahami, walau dirasakan kurangnya keindahan maupun yang tersirat , seandainya puisi religinya bisa dibangun dengan bahasa perumpamaan tentu akan lebih kuat lagi maknanya," ilenk rembulan, penikmat sastra.
Puisi yang ditulis moh ghufron cholid lahir dari semacam keluguan nurani, sehingga yang tampak adalah kata-kata yang jika perih, maka akan benar-benar perih (Syarih Hidayatullah, Ketua Sanggar Sastra Al-Amien 2005-2006).
Puisi-puisi yang manis dan transparan. Mas Ghufron, saya suka puisi-puisi ini. Puisi-puisi transparan akan memberikan apa yang dimiliki penulisnya kepada pembaca sebanyak yang ada. Penyair lain berpandangan bahwa puisi harus memberi lebih dari sekedar yang ditawarkan penyairnya. (Sam Mukhtar Chaniago, Penikmat Sastra).
Setelah aku baca brulang kali, indah puisimu lora (Fafan Sujarwo, Seorang Mahasiswa Universitas Jember Jurusan Sastra Inggris, Penikmat Sastra)

1 komentar:

Moh. Ghufron Cholid mengatakan...

Ini adalah Apresiasi dari sahabat Imron Tohari tentang Antologi Puisi Menuju Pelabun
http://sastra-tanah-air.blogspot.com/2010/09/memetik-hikmah-dari-puisi-puisi.html
yang kemudian aku jadikan satu dalam ebook ke duaku yang Insya Allah akan diterbitkan di evolitera.co.id