Teratai Abadi
rindu yang menguntum
ranum
bilakah terpetik
angin mengisahkan percakapan
sunyi pecah perlahan
dedaun mulai menguning
hari-hari menegaskan diri
hidup adalah keakraban
menyusun pengertian
menandai kenangan dalam degup
ada yang pindah perlahan, gugup
takut menyergap
kegetiran semakin karib
kenangan meraung dan terus meraung
jalan yang lengang
menegaskan pandang
yang pernah datang dan hilang
ketika jarak merentang
di manakah menegak keakraban
hanya dalam doa dan kesetiaan
Madura, 2013-2015
Selepas Idris Sardi
biola itu masih memperkenalkan diri
menyapa segenap hati
nyaring nurani
mengurai nyeri
mengisahkan keprihatinan tak bertepi
pemuda dari negeri kertas
tegak menerjemah cahaya
membuat jejak cita
tapak doa
dalam biola
Madura, 24 Februari 2015
Malam Manis
menjilbab hati
cinta suci abadi
warisan nabi
Madura, 22 Februari 2015
Menujumu
aku menujumu
bermukimkah rindu
adakah kamar untukku
dalam hatimu
aku menujumu
gerimis berganti hujan
bertukarkah hatimu
layaknya bunglon
yang bertahan
2015
rindu yang menguntum
ranum
bilakah terpetik
angin mengisahkan percakapan
sunyi pecah perlahan
dedaun mulai menguning
hari-hari menegaskan diri
hidup adalah keakraban
menyusun pengertian
menandai kenangan dalam degup
ada yang pindah perlahan, gugup
takut menyergap
kegetiran semakin karib
kenangan meraung dan terus meraung
jalan yang lengang
menegaskan pandang
yang pernah datang dan hilang
ketika jarak merentang
di manakah menegak keakraban
hanya dalam doa dan kesetiaan
Madura, 2013-2015
Selepas Idris Sardi
biola itu masih memperkenalkan diri
menyapa segenap hati
nyaring nurani
mengurai nyeri
mengisahkan keprihatinan tak bertepi
pemuda dari negeri kertas
tegak menerjemah cahaya
membuat jejak cita
tapak doa
dalam biola
Madura, 24 Februari 2015
Malam Manis
menjilbab hati
cinta suci abadi
warisan nabi
Madura, 22 Februari 2015
Menujumu
aku menujumu
bermukimkah rindu
adakah kamar untukku
dalam hatimu
aku menujumu
gerimis berganti hujan
bertukarkah hatimu
layaknya bunglon
yang bertahan
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar