SEMALAM DI CILEGON
Cilegon terbakar, kabur
Karya lahir seperti air
Kamaria Bte Buang, 25102014
Berhadapandengan puisi saya seakan menatap air yang jernih oleh ianya mampu menggambarwajah yang begitu riang, kadang pula serasa berada dalam kamar gelap, pengapdan penuh cekam. Namun saya selalu merasa senang bila berhadapan dengan puisi,mengakrabi makna yang dikandungnya sebab ianya sebuah media untuk menata hati.
KamariaBte Buang, mendengar nama ini saya seakan tak asing di FB meski saya belumpernah menatapnya, seorang penyuka sastra dari Singapura ini juga sukamengakrabi puisi berpola tuang. Kali ini puisi yang disajikan oleh Kamariaadalah puisi berjudul SEMALAM DI CILEGON yang ditulisnya dalam pola tuang duakoma tujuh yang diperkenalkan oleh Imron Tohari.
SEMALAMDI CILEGON jika say abaca berulang judul ini tampaknya Cilegon begitu berkesanbuat creator dari Singapura ini, saya pun mulai mengingat ingat tentang adanyasebuah perhelatan sastra akbar yakni pertemuan penyair se Asia Tenggara yangdiselenggarakan di Cilegon. Sayapun mulai memasuki kamar ide yang diperkenalkan oleh Kamaria, Cilegonterbakar, kabur. Saya menemukan ada dua moment penting yang disajikansebagai pembuka pandangan tentang daerah bernama Cilegon
Cilegonterbakar adalah bahasa hiperbolis yang diperkenalkan Kamaria untuk menyebutCilegon sebagai tempat yang waw. Kamaria seakan menemukan sisi lain dari Cilegon,sisi yang sangat mendebarkan dan sangat menggairahkan. Jika Cilegon dikaitkandengan pertemuan penting maka Kamaria sebenarnya ingin mengabarkan bahwa cuacakesusasteraan Cilegon sangat menggairahkan utamanya dalam bidang puisi.
Cilegonyang gemanya bagai bom waktu yang telah diredam kini telah menjadi sebuahsejarah yang mendebarkan kesusasteraan. Penyair Asia Tenggara menyempatkan diriuntuk datang ke Cilegon hanya untuk memeriahkan sastra. Namun Cilegon kali initak hanya sekedar menjadi tuan rumah yang hanya ramah menyambut tamu. Tuan rumahkali ini tak mau perhelatan akbar menjadi asing di tanahnya sendiri. Moment pentingini dimanfaatkan dengan baik untuk mengenalkan sastra pada khalayak.
Cilegondengan rupa sastra yang semakin dewasa ingin menumbuhkan kesadaran bahwa sastrasangat familiar bukan dunia yang elit dan mengasingkan diri dari masyarakat. Duniasastra bukan dihuni oleh orang yang tak peka pada masyarakat. Selain meneriakkankebenaran lewat puisi, dunia sastra sejatinya bisa menjadi hiburan yang penuhpembelajaran yang menarik. Penyair yang datang ke Cilegon diperkenalkan padasekolah-sekolah dan masyarakat dan acaranya pun dibuka untuk umum, dengandemikian Cilegon telah berusaha memasyarakatkan sastra. Cilegon terbakar bisadimaknai gairah Cilegon dalam mencintai sastra khususnya puisi sedang dalamkeadaan membara.
Laluketika saya berhenti pada kata kabur yang ditulis oleh Kamaria, sejenak sayagelisah disergap Tanya, apa gerangan yang kabur? Setelah begitu gairahmengabarkan cuaca sastra di Cilegon begitu bara tiba-tiba saya dikejutkandengan kata kabur. Apa yang hendak disampaikan penyair dengan kata kabur? Saya terusbertarung dengan rasa penasaran saya.Sayapun mulai menebak-nebak makna kabur, barangkali yang dimaksud kabur adalahsuasana bahagia yang sudah mulai menepi berubah kedukaan oleh ianya mendekatiperpisahan. Jika merunut pada kabur yang lebih identik dengan pandangan yangsangat negatife, mungkin inilah sebuah kekecewaan penyair akan kebahagiaan yangbegitu cepat berlalu sehingga penyair yang semula begitu gairah mengintimisastra harus bergegas menutup kegembiraan dengan kata kabur oleh ianya kebahagiaanyang ditemukan semakin mendekati kehampaan. Kehangatan dalam bersastra diCilegon semakin bergegas menuju perpiusahan Antara pesertanya.
Sayamulai menahan tentang segala kemungkinan yang akan muncul dan saya mengalihkanpandangan pada bait kedua Kamaria Bte Buang yakni karya lahir seperti air.Sejenak saya tinggalkan segala kemungkinan yang ada di larik pertama karenasaya ingin lebih mengintimi larik kedua. Kamaria menangkap isyarat yang takpernah ia saksikan di tempat lain. Di Cilegon, Kamaria sekan menyaksikan karyalahir seperti air, yang bisa jadi merupakan gambaran bahwa kegiatan sastradi Cilegon selama acara telah memberikan kesan baik yakni acara berjalan denganbaik.
Kalaukita merunut pada kata air dalam larik karya lahir seperti air makapuisi berikut segala pementasannya benar-benarmampu menghilangkan dahaga. Kebuntuan dalam berkarya tak lagi ditemukan diCilegon. Yang ditemukan Kamaria Bte Buang di Cilegon adalah ketakjuban akanbagaimana panitia bekerja sangat professional dalam memperlakukan danmenyajikan acara sehingga penyair secara keseluruhan hendak bersaksi dalam puisinyabahwa Cilegon telah berhasil membatikkan kesan baik dalam hati Kamaria BteBuang.
Kesimpulan
SEMALAMDI CILEGON adalah puisi berpula tuang dua baris tujuh kata, di larik pertamaberii tiga kata dan larik kedua berisi empat kata. Puisi ini berkisah tentangketakjuban Kamaria Bte Buang akan perhelatan sastra di Cilegon yang diberinamaPertemuan Penyair seAsia Tenggara, di larik pertama memakai Bahasa hiperbolisyakni Cilegon terbakar, di larik kedua memakai Bahasa simile ataupun Bahasakias yakni seperti air yang termuat dalam larik karya lahir seperti air.
Madura,26 Oktober 2014
Cilegon terbakar, kabur
Karya lahir seperti air
Kamaria Bte Buang, 25102014
Berhadapandengan puisi saya seakan menatap air yang jernih oleh ianya mampu menggambarwajah yang begitu riang, kadang pula serasa berada dalam kamar gelap, pengapdan penuh cekam. Namun saya selalu merasa senang bila berhadapan dengan puisi,mengakrabi makna yang dikandungnya sebab ianya sebuah media untuk menata hati.
KamariaBte Buang, mendengar nama ini saya seakan tak asing di FB meski saya belumpernah menatapnya, seorang penyuka sastra dari Singapura ini juga sukamengakrabi puisi berpola tuang. Kali ini puisi yang disajikan oleh Kamariaadalah puisi berjudul SEMALAM DI CILEGON yang ditulisnya dalam pola tuang duakoma tujuh yang diperkenalkan oleh Imron Tohari.
SEMALAMDI CILEGON jika say abaca berulang judul ini tampaknya Cilegon begitu berkesanbuat creator dari Singapura ini, saya pun mulai mengingat ingat tentang adanyasebuah perhelatan sastra akbar yakni pertemuan penyair se Asia Tenggara yangdiselenggarakan di Cilegon. Sayapun mulai memasuki kamar ide yang diperkenalkan oleh Kamaria, Cilegonterbakar, kabur. Saya menemukan ada dua moment penting yang disajikansebagai pembuka pandangan tentang daerah bernama Cilegon
Cilegonterbakar adalah bahasa hiperbolis yang diperkenalkan Kamaria untuk menyebutCilegon sebagai tempat yang waw. Kamaria seakan menemukan sisi lain dari Cilegon,sisi yang sangat mendebarkan dan sangat menggairahkan. Jika Cilegon dikaitkandengan pertemuan penting maka Kamaria sebenarnya ingin mengabarkan bahwa cuacakesusasteraan Cilegon sangat menggairahkan utamanya dalam bidang puisi.
Cilegonyang gemanya bagai bom waktu yang telah diredam kini telah menjadi sebuahsejarah yang mendebarkan kesusasteraan. Penyair Asia Tenggara menyempatkan diriuntuk datang ke Cilegon hanya untuk memeriahkan sastra. Namun Cilegon kali initak hanya sekedar menjadi tuan rumah yang hanya ramah menyambut tamu. Tuan rumahkali ini tak mau perhelatan akbar menjadi asing di tanahnya sendiri. Moment pentingini dimanfaatkan dengan baik untuk mengenalkan sastra pada khalayak.
Cilegondengan rupa sastra yang semakin dewasa ingin menumbuhkan kesadaran bahwa sastrasangat familiar bukan dunia yang elit dan mengasingkan diri dari masyarakat. Duniasastra bukan dihuni oleh orang yang tak peka pada masyarakat. Selain meneriakkankebenaran lewat puisi, dunia sastra sejatinya bisa menjadi hiburan yang penuhpembelajaran yang menarik. Penyair yang datang ke Cilegon diperkenalkan padasekolah-sekolah dan masyarakat dan acaranya pun dibuka untuk umum, dengandemikian Cilegon telah berusaha memasyarakatkan sastra. Cilegon terbakar bisadimaknai gairah Cilegon dalam mencintai sastra khususnya puisi sedang dalamkeadaan membara.
Laluketika saya berhenti pada kata kabur yang ditulis oleh Kamaria, sejenak sayagelisah disergap Tanya, apa gerangan yang kabur? Setelah begitu gairahmengabarkan cuaca sastra di Cilegon begitu bara tiba-tiba saya dikejutkandengan kata kabur. Apa yang hendak disampaikan penyair dengan kata kabur? Saya terusbertarung dengan rasa penasaran saya.Sayapun mulai menebak-nebak makna kabur, barangkali yang dimaksud kabur adalahsuasana bahagia yang sudah mulai menepi berubah kedukaan oleh ianya mendekatiperpisahan. Jika merunut pada kabur yang lebih identik dengan pandangan yangsangat negatife, mungkin inilah sebuah kekecewaan penyair akan kebahagiaan yangbegitu cepat berlalu sehingga penyair yang semula begitu gairah mengintimisastra harus bergegas menutup kegembiraan dengan kata kabur oleh ianya kebahagiaanyang ditemukan semakin mendekati kehampaan. Kehangatan dalam bersastra diCilegon semakin bergegas menuju perpiusahan Antara pesertanya.
Sayamulai menahan tentang segala kemungkinan yang akan muncul dan saya mengalihkanpandangan pada bait kedua Kamaria Bte Buang yakni karya lahir seperti air.Sejenak saya tinggalkan segala kemungkinan yang ada di larik pertama karenasaya ingin lebih mengintimi larik kedua. Kamaria menangkap isyarat yang takpernah ia saksikan di tempat lain. Di Cilegon, Kamaria sekan menyaksikan karyalahir seperti air, yang bisa jadi merupakan gambaran bahwa kegiatan sastradi Cilegon selama acara telah memberikan kesan baik yakni acara berjalan denganbaik.
Kalaukita merunut pada kata air dalam larik karya lahir seperti air makapuisi berikut segala pementasannya benar-benarmampu menghilangkan dahaga. Kebuntuan dalam berkarya tak lagi ditemukan diCilegon. Yang ditemukan Kamaria Bte Buang di Cilegon adalah ketakjuban akanbagaimana panitia bekerja sangat professional dalam memperlakukan danmenyajikan acara sehingga penyair secara keseluruhan hendak bersaksi dalam puisinyabahwa Cilegon telah berhasil membatikkan kesan baik dalam hati Kamaria BteBuang.
Kesimpulan
SEMALAMDI CILEGON adalah puisi berpula tuang dua baris tujuh kata, di larik pertamaberii tiga kata dan larik kedua berisi empat kata. Puisi ini berkisah tentangketakjuban Kamaria Bte Buang akan perhelatan sastra di Cilegon yang diberinamaPertemuan Penyair seAsia Tenggara, di larik pertama memakai Bahasa hiperbolisyakni Cilegon terbakar, di larik kedua memakai Bahasa simile ataupun Bahasakias yakni seperti air yang termuat dalam larik karya lahir seperti air.
Madura,26 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar