Oleh Aiyu NaRa
Perhatikan dua puisi berikut ini:
MENERJEMAHKAN RANTAU
: pipiet senja
Tanah rantau telah pukau
Kau seharum tembakau
Moh. Ghufron Cholid, 2013
SUNSET
ditatap seorang senja
senyum dan tangis disatukannya
Muhammad J, 1.8.2013
Biografi singkat Pipiet Senja
Pipiet Senja, nama yang tidak asing lagi bagi kalangan penulis. Sastrawati dari sunda yang lebih akrab dipanggil "manini" ini disebut sebagai ratu fiksi Indonesia. Puluhan buku novel, kumcer, dan puisi, lahir dari tangannya. Ia juga dikenal sebagai Teroris (tukang teror menulis) dan juga motivator di kalangan BMI (Buruh Migran Indonesia). Namun siapa sangka, ditengah aktifnya ia sebagai seorang penulis, ia harus bergelut dengan penyakit seumur hidupnya, Thalasemia, penyakit kelainan darah bawaan yang dideritanya sejak umur 11 tahun. Penyakit ini tak bisa disembuhkan, dan seumur hidupnya Pipiet Senja harus melakukan transfusi darah.
Namun penyakit ini, justru mendorong Pipiet Senja semakin giat menulis sampai sekarang.
Fisiknya yang lemah tak menghentikan niatnya untuk terus memberikan teror menulis ke penjuru dunia. Ia sering diundang ke berbagai daerah dan negara untuk memberikan seminar dan motivasi menulis. Buruh Migran Indonesia adalah salah satu sasaran teror menulisnya. Bersama BMI Hongkong, di tahun 2011, Pipiet Senja menerbitkan sebuah buku yang berjudul "SURAT BERDARAH UNTUK PRESIDEN. '
Kembali kep puisi Moh. Ghufron Cholid
MENERJEMAHKAN RANTAU
: pipiet senja
Tanah rantau telah pukau
Kau seharum tembakau
Madura, 2013
Puisi ini, saya masih ingat, ditulis bertepatan dengan kunjungan Pipiet Senja ke Madura. Bisa jadi hal inilah yang mendorong MGC untuk menuliskannya.
MGC, mengambil judul "MENERJEMAHKAN RANTAU" dengan anak judul "pipiet senja"
"menerjemahkan"...> menyalin, mengalihbahasakan.
"rantau"...> daerah di luar daerah atau kampung halaman sendiri. Bisa luar kota, luar pulau, atau luar negri.
Lalu apa yang dapat dibaca dan dipahami dari judul dan sub judul tersebut? Dari biografi singkat tersebut telah sedikit dijelaskan bagaimana semangat Pipiet Senja dalam menebar virus menulisnya, baik di dalam negri maupun di luar negri. dalam sebuah kutipannya, Pipiet Senja menyebutkan "Menulislah, maka kau akan dikenang"
Tentu saja hal ini benar adanya. Apa yang akan ditinggalkan penulis ketika ia wafat? Adalah buah karya, pemikiran-pemikiran penulislah yang akan dikenang dan diwariskan. Seperti Chairil, yang selalu hidup lewat puisi-puisinya.
Dalam setiap kesempatan menebar virus menulis, Pipiet Senja selalu mengatakan "tulislah apa yang ingin kau tulis. Tulis... tulis... dan tulis. Dan MGC, dengan cermat merangkaikannya dalam sebuah judul yang tepat. Ini tentu saja erat hubungannya dengan bagaimana seorang Pipiet senja, mengajak dan mendorong orang-orang di manapun, untuk menulis perasaan, emosi, imajinasi, menyalin dan mengalih bahasakan apa yang dilihat dan dirasakan ke dalam sebuah tulisan.
Masuk ke dalam tubuh puisi:
"Tanah rantau telah pukau
Kau seharum tembakau"
Bagaimana tidak, seorang Pipiet Senja, di dalam keterbatasan kesehatannya, dia tetap aktif berkarya, menulis dan berbagi, di mana pun dan kapan pun. Tak hanya di daerah-daerah dalam negri, tapi juga sampai ke luar negri. Tak hanya kepada pelajar, mahasiswa, atau pun santri. Tapi juga kepada pekerja, ibu rumah tangga sampai BMI. Penyakit Thalasemia yang dideritanya bukan menjadi penghalangnya untuk terus berkarya. Namun dijadikannya kekuatan untuk tetap berkarya.
Sesungguhnya Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu..." (QS. Ali Imron: 200)
"Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguha berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orsng-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-NYA." (QS. al Baqoroh,2:45-46)
Ketidak menyerahan seorang Pipiet Senja, menjadikan penyakitnya sebagai teman kolaborasi dalam menulis, sungguh telah menarik mata dunia kepadanya.
Masih dalam "senja", kali ini saya ingin menyelami puisi dari Muhammad J.
Sama-sama menggunakan diksi "senja", MJ mengemas puisinya dalam pola tuang 2,7 dengan judul yang cantik.
SUNSET
di tatap seorang senja
senyum dan tangis disatukannya
MJ 1.8.13
Berbeda dengan MGC, dalam puisi MJ tidak terdapat sub judul. Memasuki judul puisi "SUNSET" pembaca akan ditarik ke dalam ruang imajinasi, matahari tenggelam dengan rona-rona jingga di selelilingnya, dan cahaya keemasan di garis horizon.
Peristiwa terbenamnya matahari adalah masa transisi antara terang dan gelap. Terang yang merupakan tanda-tanda kehidupan, di mana makhluk hidup beraktifitas dan bergerak di siang hari. Manusia bekerja, tumbuhan berfoto sintesis, hewan-hewan beraktifitas mencari makan, semuanya dilakukan pada siang hari.
Gelap, yang merupakan tanda-tanda beristirahatnya denyut kehidupan. Makhluk hidup: manusia, tumbuhan, hewan pada umumnya akan mengistirahatkan tubuhnya pada malam hari.
Dalam filosofi, SUNSET sering dianalogikan sebagai masa transisi kehidupan dan kematian.
Memasuki tubuh puisi:
"ditatap seorang senja
senyum dan tangis disatukannya"
Antara judul dan larik pertama, terdapat korelasi yang kuat. SUNSET,peristiwa matahari tenggelam ini terjadi pada waktu senja. Di mana hal ini di tandai dengan munculnya cahaya jingga keemasan pada garis horizon. Dalam puisi di atas , MJ menyebut "senja" sebagai "seorang". Lalu siapakah "senja" di mata MJ?
Mari kita lihat lebih dekat.
Sunset terjadi pada waktu senja. Namun pada waktu senja belum tentu terlihat sunset. Hal ini bisa saja terjadi karena cuaca yang tidak bagus, seperti mendung, hujan, kabut dan sebagainya. Artinya hanya ketika waktu cerah, sunset dapat terlihat. Warna jingga emas pada horizon, bisa dianalogikan sebagai tingkat kematangan seseorang. Bisa kedewasaan, kemapanan dalam hal kerohanian atau keimanan.
"daitatap seorang senja/ senyum dan tangis disatukannya"
Senja yang dapat menghadirkan sunset, matahari tenggelam dengan cahaya jingga keemasan pada garis horizon adalah senja yang cerah tanpa kabut tanpa hujan. Dari sini seolah penyair igin menyampaikan pesan, bahwa tingkat kematangan kerohanian/ keimanan seseoranglah yang mampu menghadirkan cahaya/ aura yang berpendar. Seseorang yang mempunyai keimanan yang kuat dan matang, akan mampu menghadapi segala bentuk ujian. Baik itu dalam bentu kesenangan maupun kesedihan. Seseorang yang beriman, dia akan mampu tetap tersenyum di dalam kesedihannya.
hadapi dengan senyuman
semua yang terjadi biar terjadi
hadapi dengan tenang jiwa
semua 'kan baik-baik saja
bila ketetapan Tuhan
sudah ditetapkan, tetaplah sudah
tak ada yang bisa merubah
dan takkan bisa berubah
... *)
Hal inilah yang dilakukan Pipiet Senja. Ia, telah mengajarkan bagaimana tetap tersenyum dan tetap semangat di dalam menghadapi segala ujian. Pipiet senja dengan Thalasemia, dalamsakitnya, ia tetap mendedikasikan waktunya untuk berbagi dalam sastra.
Aiyu Nara, Madiun 21.8.14
Referensi Biografi Pipiet Senja: dari berbagai sumber
Lirik lagu Dewa 19, "Dengan Senyuman"
Firman Allah tentang sabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar