Oleh Moh. Ghufron Cholid
Cemburu
tidak kekal sama halnya dengan tidak kekalnya semesta sebab kekal hanya milik
Allah semata. Moh. Ghufron Cholid
Lama
saya tertegun menatap wall FB Novy Noorhayati Syahfida, saya mencoba mengakrabi
sebuah puisi berjudul Tentu Saja yang tersaji dalam tiga bait. Saya mencoba
mencari jalan yang paling mungkin bisa saya tempuh untuk memasuki ruang idea
yang dicipta creator.
Tentu saja, kata Novy seakan mengawali percakapan seakan mengajak saya untuk memalingkan wajah dan mendengar segena dentum suara batin creator. Saya mulai mengabaikan segenap panggilan dan memfokuskan diri untuk lebih mengintimi puisi berjudul Tentu Saja untuk mendapatkan informasi yang barangkali saja saya terlupa mengingatnya.
Tentu saja, kata Novy seakan mengawali percakapan seakan mengajak saya untuk memalingkan wajah dan mendengar segena dentum suara batin creator. Saya mulai mengabaikan segenap panggilan dan memfokuskan diri untuk lebih mengintimi puisi berjudul Tentu Saja untuk mendapatkan informasi yang barangkali saja saya terlupa mengingatnya.
TENTU SAJA
tentu saja ada yang cemburu
karena hati terlalu fasih merindu
sedang ia sibuk merayu
pada lembar daun dan kekupu
tentu saja ada yang terbakar
ketika kata telah terikrar
pada buncah hasrat meliar
di kelopak matanya yang pijar
tentu saja suatu saat nanti
ia akan terbang tinggi
diam-diam menjauhi hati
dan itu pasti!
Perempatan Joglo, 01.07.2014
tentu saja ada yang cemburu
karena hati terlalu fasih merindu
sedang ia sibuk merayu
pada lembar daun dan kekupu
tentu saja ada yang terbakar
ketika kata telah terikrar
pada buncah hasrat meliar
di kelopak matanya yang pijar
tentu saja suatu saat nanti
ia akan terbang tinggi
diam-diam menjauhi hati
dan itu pasti!
Perempatan Joglo, 01.07.2014
Novy Noorhayati Syahfida telah memecah puisi menjadi tiga
bait, ada pemetaan dunia idea yang harus saya akrabi secara intim dari puisi
yang dicipta creator. Paling tidak bait pertama hendak membuka konflik tentang
sebuah rasa yang biasa kita sebut cemburu. Marilah kita simak bagaimana creator
menyajikan konflik
cemburu pada bait pertamanya
tentu saja
ada yang cemburu
karena hati fasih merindu
sedang ia sibuk merayu
pada lembar daun dan kekupu
karena hati fasih merindu
sedang ia sibuk merayu
pada lembar daun dan kekupu
Paling tidak kita sudah mendapat informasi bagaimana cemburu
itu lahir? Cemburu lahir lantaran hati fasih merindu, rindu yang diabaikan tentu
saja mampu membuat cemburu. Perhatian yang tak lagi terpusat dapat menimbulkan
rasa cemburu, terjadinya perubahan sikap, perhatian yang tak terbalas dapat
menyulut api cemburu.
Tak puas saya menikmati lahirnya cemburu saya pun berpindah
tempat, memfokuskan diri membaca bait kedua yang telah disajikan creator, saya
ingin memiliki pengetahuan yang lebih tentang efek yang timbul ketika hati
menyalami cemburu. Beruntung creator memberi tambahan ilmu secara runut melalui
bait keduanya.
Marilah kita simak penuturan creator, tentu saja ada yang
terbakar/ketika kata telah terikrar/pada hasrat buncah meliar/di kelopak
matanya yang pijar//. Jadi cemburu bisa membuat hati terbakar. Bisa membuat
ketenangan diri menepi dan gelisah bisa menjadi pohon yang terus tumbuh.
Betapa
tersiksanya batin ketika cemburu adalah nyala api yang tak mau padam. Hati
cemburu itu disebabkan ikrar yang telah menggema tak seirama nyata. Ikrar untuk
setia hanya manis di bibir sebab dalam prakteknya serupa pisau yang mengarsir
yakin di hati, serupa akar gundah yang tak henti menjalar dan meraibkan segala
tenang dalam tubuh.
Cemburu
telah menjadi momok menakutkan yang mampu melepuhkan percaya, melupuhkan yakin
yang telah lama bertapa dalam dada. Tak ada ketenangan menyapa ketika cemburu
semakin bertahta.
Lalu
apa pandangan creator tentang cemburu, apakah cemburu adalah rasa yang abadi
yang merajai kalbu, jawabnya ada di bait terakhir yakni tentu saja suatu saat
nanti/ia akan terbang tinggi/diam-diam menjauhi hati/dan itu pasti!
Tampaknya
kita mendapat informasi mengejutkan perihal cemburu yang diyakini creator yang
coba dibagikan kepada kita lewat puisi, ternyata cemburu itu tidak abadi.
Saya
tertegun membaca bait ketiga dari puisi TENTU SAJA karya Novy Noorhayati
Syahfida dan saya mencoba mencari dalil penguat, saya pun berpapasan dengan
sebuah ayat yang kurang lebih terjemahan bebasnya berbunyi, segala sesuatu akan
rusak kecuali Allah.
Jadi
cemburu sama halnya pertukaran siang-malam atau pergantian hujan dan kemarau,
tak ada kekalan. Jadi yang kekal itu hanya Tuhan sementara cemburu adalah salah
satu dari sekian rasa yang dimiliki manusia, yang bisa bertukar tempat.
Cemburu
bisa diam-diam menjauhi hati dan itu pasti! Kapan pastinya cemburu bisa
menjauhi hati? Saya tak dapat informasi dari puisi yang dibuat creator, saya
memaklumi barangkali creator hanya ingin menghargai keberagaman, creator tak
mau memberikan dokrin yang melebihi batas kewajaran perihal cemburu yang tak
abadi.
Novy
Noorhayati Syahfida selaku creator sadar betul bahwa perginya rasa cemburu dari
hati antara orang yang satu dengan lainnya tak sama maka jalan tengah yang
ditempuh creator adalah mengumumkan bahwa diam-diam (cemburu) menjauhi hati dan
itu pasti.
Dengan
demikian lewat puisi TENTU SAJA karya Novy Noorhayati Syahfida kita bisa
belajar tentang penyebab cemburu lahir, akibat yang ditimbulkan cemburu dan
belajar bahwa cemburu itu tidak kekal.
Madura,
1 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar