Membaca anak imagi yang dilahirkan oleh Novy Noorhayati Syahfida,
Penyair Tangerang yang ia namai kenangan, di malam yang hening namun
juga malam yang menegang oleh karena saya juga menyaksikan film
Mahabarata yang ditayangkan di ANTV.
KENANGAN, seolah saya dibelai oleh bayang-bayang yang pernah berpapasan.
Kenangan adalah masa lalu yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan, serupa tubuh dan bayang selalu rekat dan jadi penanda.
Kenangan, saya kembali berkencan dengan judul puisi mencoba menghadirkan ingatan demi ingatan yang dulu pernah terlepas lantaran banyak hal-hal lain yang memalingkan pandangan.
Kenangan, judul ini seakan membawa saja menuju ruang yang penuh bayang, ruang yang menjadi cermin memantulkan masa yang pernah berlari dari ingatan.
Masa kecil yang begitu riang bermain petak umpet, slodor, lompat tinggi, main kelereng bersama teman sepermainan yang kini mulai ditinggalkan, lantaran lebih sibuk bercengkrama lewat media elektronik.
Keceriaan masa kecil yang mulai memudar, mulai ditinggalkan oleh anak kecil seusia saya dulu, ya anak kecil masa kini lebih akrab dengan media elektronik, barangkali inilah penanda didiklah anakmu sesuai jamannya.
Jaman memang selalu berganti rupa, barangkali keriangan ketika saya kecil tak sama dengan keriangan yang dirasakan anak sekarang dan peristiwa ini sudah menjadi sunnatullah, yang akan berlaku dari generasi ke generasi.
Kenangan demikian Novy menamai anak imaginasinya yang bisa jadi memang dialami sendiri oleh penyairnya atau dialami orang yang hidup di sekitar penyair atau bisa jadi sebatas hidup dalam pandangan penyair saja.
Kenangan, akankah peristiwa ini tercipta secara alamiah, bisa jadi namun tak ada yang kebetulan dalam hidup ini, semua sudah tertulis dilauhil mahfudz, oleh karena kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang maka manusia hanya butuh usaha dan doa. Kenangan memang tak bisa benar-benar lepas dari kehidupan. Oleh karena peristiwa telah terjadi maka disebut kenangan. Tak mungkin ada kenangan jika tak pernah mengalami. Tak mungkin ada asap jika tak ada api.
Kenangan memang akan selalu berusaha mengintimi hidup, baik kehadirannya diterima atau ditolak, kenangan akan selalu ada. Kadang meneguhkan kadang pula merapuhkan.
Membiasakan diri mengenang hal buruk cendrung merapuhkan keyakinan. Namun tak semua kenangan buruk tak mendatang manfaat. Adakalanya kenangan buruk bisa menjadi sumber kekuatan, teringat kenangan buruk ketika dihina orang lain akan membuat diri kita lebih tegar dan lebih kuat untuk menghapus pengalaman buruk dengan cara berbenah diri agar mampu menjadi jiwa yang bisa dibanggakan, cemoohan diganti dengan tepukan tangan.
Adakalanya kenangan baik semakin membuat kita semangat dan berusaha menjadi pribadi unggul dari masa ke masa. Namun terlalu larut dalam kenangan baik bisa juga menjadi penanda rapuhnya hati. Terlalu menikmati pujian membuat diri semakin congkak, sombong dan merasa lekas puas dengan prestasi yang telah diraih sehingga mematikan kreativitas dan membuat diri semakin malas belajar.
Lalu seperti apakah rupa kenangan yang hendak diperkenalkan penyair, ada baiknya kita membaca utuh puisi Novy Noorhayati Syahfida di bawah ini,
KENANGAN
di matamu yang badai
aku pernah terserat dalam labirin waktu
hitam, putih, abu-abu
meraba hati tak juga usai
di dadamu yang gemuruh
aku pernah rebah
menerka apa yang kau simpan
dalam hening dan kesunyian
selalu saja ada yang tak mampu aku pahami, bayangmu
juga langkahmu
kaukah kenangan itu?
Tangerang, 18.05.2014
Puisi ini tersaji dalam tiga bait, pada bait pertama penyair mengungkap latar suasana, bagaimana rupa kenangan itu hadir menyapa ingatan, di matamu yang badai/aku pernah tersesat dalam labirin waktu/hitam, putih, abu-abu/meraba hatimu tak juga usai// jadi ada banyak cara kenangan itu hadir. Kenangan bisa berupa hitam (pekat), putih (terang) dan abu-abu (samar), lalu kenangan itu meraba hati tak juga usai. Dengan kata lain kenangan menitip rasa bahagia juga duka, tawa juga airmata.
/di dadamu yang gemuruh/aku pernah rebah/menerka apa yang kau simpan/ dalam hening dan kesunyian// di bait kedua kenangan digambarkan sebagai peristiwa begitu mendebarkan hati. Melatih kepekaan diri dalam memahami hati yang lain. Hati yang bukan menetap dalam diri. Kenangan yang penuh debar asmara, kenangan yang begitu mengintimi kecemasan yang secara sadar diakui, mengencani hening dan kesunyian. Penyair hendak mengabarkan bahwa hening dan sunyi rentan dihuni oleh kenangan.
/selalu saja ada yang tak mampu kupahami, bayangmu/juga langkahmu/kaukah kenangan// dalam bait ini penyair sampai pada puncak cemas dan tak berdaya, penyair menyadari dirinya hanyalah manusia biasa, yang tak mampu memahami bayang juga langkah. Penyair pun mulai meragukan rasa yang berkelebat dengan mengatakan kaukah kenangan itu? Peristiwa yang saya anggap wajar, rasa yang selalu bertukar bisa dikenali sebagai kenangan. Dengan kata lain kenangan dan kenyataan sulit dibedakan kemampuan terbatas.
KENANGAN, seolah saya dibelai oleh bayang-bayang yang pernah berpapasan.
Kenangan adalah masa lalu yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan, serupa tubuh dan bayang selalu rekat dan jadi penanda.
Kenangan, saya kembali berkencan dengan judul puisi mencoba menghadirkan ingatan demi ingatan yang dulu pernah terlepas lantaran banyak hal-hal lain yang memalingkan pandangan.
Kenangan, judul ini seakan membawa saja menuju ruang yang penuh bayang, ruang yang menjadi cermin memantulkan masa yang pernah berlari dari ingatan.
Masa kecil yang begitu riang bermain petak umpet, slodor, lompat tinggi, main kelereng bersama teman sepermainan yang kini mulai ditinggalkan, lantaran lebih sibuk bercengkrama lewat media elektronik.
Keceriaan masa kecil yang mulai memudar, mulai ditinggalkan oleh anak kecil seusia saya dulu, ya anak kecil masa kini lebih akrab dengan media elektronik, barangkali inilah penanda didiklah anakmu sesuai jamannya.
Jaman memang selalu berganti rupa, barangkali keriangan ketika saya kecil tak sama dengan keriangan yang dirasakan anak sekarang dan peristiwa ini sudah menjadi sunnatullah, yang akan berlaku dari generasi ke generasi.
Kenangan demikian Novy menamai anak imaginasinya yang bisa jadi memang dialami sendiri oleh penyairnya atau dialami orang yang hidup di sekitar penyair atau bisa jadi sebatas hidup dalam pandangan penyair saja.
Kenangan, akankah peristiwa ini tercipta secara alamiah, bisa jadi namun tak ada yang kebetulan dalam hidup ini, semua sudah tertulis dilauhil mahfudz, oleh karena kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang maka manusia hanya butuh usaha dan doa. Kenangan memang tak bisa benar-benar lepas dari kehidupan. Oleh karena peristiwa telah terjadi maka disebut kenangan. Tak mungkin ada kenangan jika tak pernah mengalami. Tak mungkin ada asap jika tak ada api.
Kenangan memang akan selalu berusaha mengintimi hidup, baik kehadirannya diterima atau ditolak, kenangan akan selalu ada. Kadang meneguhkan kadang pula merapuhkan.
Membiasakan diri mengenang hal buruk cendrung merapuhkan keyakinan. Namun tak semua kenangan buruk tak mendatang manfaat. Adakalanya kenangan buruk bisa menjadi sumber kekuatan, teringat kenangan buruk ketika dihina orang lain akan membuat diri kita lebih tegar dan lebih kuat untuk menghapus pengalaman buruk dengan cara berbenah diri agar mampu menjadi jiwa yang bisa dibanggakan, cemoohan diganti dengan tepukan tangan.
Adakalanya kenangan baik semakin membuat kita semangat dan berusaha menjadi pribadi unggul dari masa ke masa. Namun terlalu larut dalam kenangan baik bisa juga menjadi penanda rapuhnya hati. Terlalu menikmati pujian membuat diri semakin congkak, sombong dan merasa lekas puas dengan prestasi yang telah diraih sehingga mematikan kreativitas dan membuat diri semakin malas belajar.
Lalu seperti apakah rupa kenangan yang hendak diperkenalkan penyair, ada baiknya kita membaca utuh puisi Novy Noorhayati Syahfida di bawah ini,
KENANGAN
di matamu yang badai
aku pernah terserat dalam labirin waktu
hitam, putih, abu-abu
meraba hati tak juga usai
di dadamu yang gemuruh
aku pernah rebah
menerka apa yang kau simpan
dalam hening dan kesunyian
selalu saja ada yang tak mampu aku pahami, bayangmu
juga langkahmu
kaukah kenangan itu?
Tangerang, 18.05.2014
Puisi ini tersaji dalam tiga bait, pada bait pertama penyair mengungkap latar suasana, bagaimana rupa kenangan itu hadir menyapa ingatan, di matamu yang badai/aku pernah tersesat dalam labirin waktu/hitam, putih, abu-abu/meraba hatimu tak juga usai// jadi ada banyak cara kenangan itu hadir. Kenangan bisa berupa hitam (pekat), putih (terang) dan abu-abu (samar), lalu kenangan itu meraba hati tak juga usai. Dengan kata lain kenangan menitip rasa bahagia juga duka, tawa juga airmata.
/di dadamu yang gemuruh/aku pernah rebah/menerka apa yang kau simpan/ dalam hening dan kesunyian// di bait kedua kenangan digambarkan sebagai peristiwa begitu mendebarkan hati. Melatih kepekaan diri dalam memahami hati yang lain. Hati yang bukan menetap dalam diri. Kenangan yang penuh debar asmara, kenangan yang begitu mengintimi kecemasan yang secara sadar diakui, mengencani hening dan kesunyian. Penyair hendak mengabarkan bahwa hening dan sunyi rentan dihuni oleh kenangan.
/selalu saja ada yang tak mampu kupahami, bayangmu/juga langkahmu/kaukah kenangan// dalam bait ini penyair sampai pada puncak cemas dan tak berdaya, penyair menyadari dirinya hanyalah manusia biasa, yang tak mampu memahami bayang juga langkah. Penyair pun mulai meragukan rasa yang berkelebat dengan mengatakan kaukah kenangan itu? Peristiwa yang saya anggap wajar, rasa yang selalu bertukar bisa dikenali sebagai kenangan. Dengan kata lain kenangan dan kenyataan sulit dibedakan kemampuan terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar