Adalah pena yang terus dimanjakan untuk menari dan melukis rasa kedalam kata hingga menjadi tanda. Dalam blog ini berisi puisi, refleksi dan catatan lainnya
Minggu, 31 Juli 2011
CURHAT SEORANG HAMBA KEPADA TUHAN TENTANG KABUT KEMATIAN
TUHAN BILA HAMBA MATI NANTI
Tuhan, bila hamba mati nanti
Rindu menyanyi di altar sepi
Biarkan puisi jadi saksi
Semua jalan menujuMu
Nyalakan lampu nurani
Sepanjang detak waktu
Buat kuntum-kuntum bunga baru
Kamar Hati, 14 Juli 2011
Inilah lukisan hati hamba, lukisan hati yang hanya bisa hamba abadikan dalam puisi. Kematian sungguh teka-teki waktu. Terkadang menebar rindu dan ragu, dalam detak hari yang tak henti bertamu.
Berulang kali hamba, menelaah kematian namun selalu saja berujung di jalan ketidakmengertian dan ketidakberdayaan. Saat hamba saksikan, KH. Moh. Tidjani Djauhari, MA kau beri undangan lewat Izrail di lima belas lembar Ramadhan 2007 lalu, hati hamba berguncang. Hati hamba berada antara yakin dan ragu.
Hamba bergetar, menyaksikan betapa sepoi dan badai begitu anggun berdekapan dalam angin kebersamaan. Bunga-bunga negeri saling berdatangan ke pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura, sekedar menyaksikan prosesi pemakaman guru hamba.
Perlahan langit sunyi pecah, hujan doa semakin deras mengalir. Rerumputan semakin khusyuk bertahlilan dan beburung semakin khidmat membaca yasin. Sungguh pemandangan yang sangat menawan, menggoda penuh kemesraan. Sungguh Engkau telah menampakkan ayat-ayat kebesaranMu.
Jika tentaraMu telah gugur, bumiMu bergetar dahsyat. Langit dan rumput saling berjabat. Hamba semakin hilang dalam ketakjuban yang semakin karib. Namun hamba juga semakin ragu, bila hamba mati kelak, adakah kematian hamba menakjubkan seperti hamba-hama pilihanMu. Ataukah hamba hanya menjadi bangkai yang tak seorang pun mengenalnya.
Tuhan yang Maha Agung dan Maha Pemberi Ampunan. Mati di jalanMu adalah impian tiap muslim sejati hingga akhir zaman nanti. Menyaksikan saudara-saudari di Gaza yang semakin anggun memperjuangkan kemerdekaan, menyaksikan saudara-saudari di Afganistan yang begitu semangat menghadiahkan hidup demi kemerdekaan, menyaksikan saudara-saudari di Irak yang tak ragu berkamar debu demi meraih kemerdekaan dan menerjemahkan keyakinan, sungguh cuaca hati hamba semakin tak menentu. Semakin ragu, apakah hamba bisa seperti hamba-hambaMu yang lain. Namun hamba yakin bersamaMu hamba akan semakin berarti. Bersama bimbinganMu hamba akan semakin bermakna.
Tuhan, bila hamba mati, adakah dunia saling merapatkan barisan, rerumput bertahlilan, beburung membaca yasin? Hanya Engkau yang tahu. Namun jika kematian hamba adalah yang terbaik untuk agama hamba maka matikan segera. Jika kehidupan hamba lebih bermanfaat untuk kemajuan agamaMu, maka karuniakan hidup yang penuh dengan keridlaanMu. Hidup yang bertabur ilmu yang bermanfaat.
Terbit di LeutikaPrio, 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar