Sebuah Ulasan Puisi
Puisi dikaji dari sudut apapun selalu unik dan menarik untuk dibahas.
Lewat puisi kita bisa mengetahui bagaimana seorang penyair mengabadikan perasaannya dalam puisi, di samping itu juga bisa mengetahui sejauh mana pesan yang disampaikan penyairnya bisa diterima atau pun digugat oleh pembacanya.
Baik buruknya suatu karya yang telah di bukukan bergantung dari sudut mana seorang pembaca memandang.
Perasaan tiap pembaca pastilah berbeda antara satu dengan lainnya.
Bisa saja sebuah karya dianggap bagus dalam satu sisi namun di sisi yang lain tidak berhasil memikat hati pembaca.
Hal semacam ini sudah menjadi sunatullah sepanjang hayat, perasaan seperti ini yang saya rasakan setelah membaca 5 puisi Rini Intama dalam Antologi Puisi Phantasya Poetika.
Baiklah untuk mempersingkat waktu dan untuk memfokuskan tulisan ini, izinkan saya menela'ah 5 puisi tersebut dari sudut keintimannya saja, bisa jadi dalam satu puisi hanya diambil satu bait ataupun beberapa baris ini, hal ini sangat wajar untuk memfokuskan suatu telaah.
Telaah yang saya buat adalah tela'ah berdasar dari cara saya sendiri sebagai pembaca tanpa harus membebankan diri dengan teori-teori sastra yang ada,mungkin cara ini bisa diterima oleh individu/kelompok bisa saja ditolak atau bahkan dicemooh,apapun apresiasi yang akan timbul menandakan bahwa tulisan yang dibuat bisa dihukumi hidup lantaran ada yang peduli dengan lahirnya sebuah tulisan, walaupun pada akhirnya sebuah tulisan tersebut digugat atau disepakati.
Keintiman puisi DI PERSIMPANGAN YANG LINDAP (hal,92) ada di bait pertama:
-kutebas pedang karat di pucuk rindu senyap|kupinang darah pekat di dada nafasku mengap|di langit kisah kisah mengendap
Betapa indah keintiman yang diabadikan dalam sebuah puisi sehingga seluruh mata terpana dalam ketegasan yang diendapkan.
Rini Intami mencoba mengintimi kehampaan dengan begitu memukau,seperti yang dilukiskan di bait ketiga (SAJAK HAMPA, hal 93) yakni:
-tak ingkar jika melihat nestapa dalam debar|cahaya memedar melepas di depan cermin kusam|dalam waktu sepanjang badanDalam bait ini terlukis jelas bahwa dalam kehampaan betapa debar nestapa sangat mesra menyapa jiwa yang dilanda kasmara. Kehampaan telah menghidangkan hubungan intim yang penuh kedukaan.Kini Rini Intama pun hadir kembali mengintimi sebuah perasaan dalam puisinya berjudul NYANYIAN SANG OMBAKSajak Pantai Utara, Hutan Bakau dan aroma cinta (hal,94), rasa intimnya tampak jelas dalam bait kedua, baris pertama dan baris kedua:-Burung burung masih menyapa birunya mega dalam kenang|berkubang kisah metamorfora alam-Betapa nikmat rasa intim yang disajikan sedang dalam puisi MERAJUK (hal,95) Rini Intama berbicara keintiman yang lebih tegas lewat bait terakhirnya-merajuk, tak hingga jemariku|menggapai bayang|pada mimpi yang terkerat|dan melambailah ujung kain yang tersulam indah|menyeret sebaris bait nyanyian sukma- Sungguh keintiman tentang ketidak berdayaan telah tersampaikan.Inilah keintiman yang menjadi puncak yang layak dikaji dalam mengintimi peristiwa reformasi yang tertuang indah,tegas dan menyentil dalam tiga baris terakhir-aku tak ingin bertanya lagi Mei!|kecuali ketika melihat pucuk cemara tertawa geli|mengundang debu jalanan yang tersapu angin-(SURAT PADA MEI)di sinilah puncak ke Intiman penyair benar-benar menampar alam pikir. Penyair tidak akan bertanya tentang apa saja di bulan mei tersebut selama pemegang kekuasaan baik secara individu,kelompok atau instansi tidak mengusik ketenangan rakyat jelata.
Demikian telaah saya atas 5 puisi Rini Intama ditinjau dari sudut keintimannya, dari 5 puisi tersebut saya hanya menghadirkan satu bait atau beberapa baris saja yang saya anggap sesuai pembahasan. Akhirnya setelah tulisan ini dibuat saya pasrahkan sepenuhnya kepada Allah dan kepada segenap sahabat pembaca. Tak ada karya yang sempurna kalau masih karya manusia oleh karena itu silaturrahmi menjadi sangat penting untuk saling melengkapi.
Kamar Hati,6 November 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar