BUKU
PUISI DAN KESEPRITUALAN YANG BLAKBLAKAN
(Esai
Apresiasi Atas Buku Puisi Panyalai Hilda Winar)
Oleh Moh. Ghufron Cholid*
Hilda dan Panyalai bagaikan bunga dan
tangkai saling memberi makna,Hilda menggali cahaya yang tersembunyi dengan
santun kadang pula dengan mata sinis. Moh. Ghufron Cholid
Panyalai
merupakan buku puisi Hilda Winar yang diterbitkan oleh HW Project tahun 2015
dengan dua bahasa yakni Indonesia-Inggris dengan tebal buku 47 halaman, dengan
penerjemah Narudin dengan judul Light, memuat 20 puisi.
Panyalai
adalah nama yang begitu menyita pemikiran saya selaku pembaca, saya pun diburu
rasa penasaran kemudian saya memutuskan untuk mengetahui Panyalai dengan cara
berselancar di dunia maya dan mendapatkan pengetahuan seputar Panyalai seperti
yang dituturkan di wikipedia, Suku
Panyalai merupakan salah satu
suku di Minangkabau. Saat ini banyak ditemui di daerah rantau Pariaman
(Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman)
seperti Nagari Kayutanam, Kuraitaji, Ulakan, Sintuk Toboh Gadang, Tapakis,
Sicincin, Lubuk Alung, dsb. Jika dirunut dari asal muasalnya dapat disimpulkan
suku Panyalai berasal dari Nagari Batipuh X Koto Luhak Tanah Datar, daerah
ketiga didiami oleh nenek moyang orang Minangkabau setelah Pariangan (daerah
asal), Sungai Tarab dan Limo Kaum.
Langkah kedua yang saya tempuh
untuk lebih mengakrabi Panyalai yakni dengan mencarinya di dalam buku, apakah
diambil dari salah satu judul puisi yang termuat dalam buku tersebut,
jawabannya tidak. Dalam pengembaraan atau pembacaan saya seputar buku Panyalai
ditemukan bahwa Hilda Winar dalam memberikan judul atau nama pada tiap
puisi-puisinya terkesan sederhana, saya menduga yang ditempuh Hilda adalah
jalan untuk lebih mengakrabkan puisi-puisinya pada pembaca dengan mempertaruhkan
amanat pesan dengan mengenyampingkan judul-judul yang rumit.
Tema
spritual lebih dominan dibandingkan tema cinta dan tema pahlawan maupun sosial.
Kita bisa menemukannya dalam puisi-puisi berikut DI PEMAKAMAN IBU, NYANYIAN
SETENGAH ABAD, HUJAN dll.
Berulangkali
saya membaca puisi-puisi dalam buku ini dan pilihan saya jatuh pada KANDANG
HAUR, saya seakan tak bisa berpaling untuk membacanya dan terus diburu rasa
penasaran, dalam puisi tersebut saya menduga puisi ini lahir dari pengamatan
yang berulang-ulang. Berikut saya posting utuh puisinya,
Hilda Winar
KANDANG HAUR
Rembulan kandang haur tak akan
pernah bulat
Sepenuh bulat
Sampai indonesia benar benar
merdeka
Bisik jaka sembung sepanjang
palimanan
Kandang Haur, 8 April 2015
Puisi ini semacam menjadi puisi
kesaksian Hilda Winar atas segala yang disaksikan secara berulang, larik
pertama dan kedua adalah penegasan penyair atas hasil pengamatan yang
dilakukan, sementara larik ketiga dan keempat merupakan sudut pandang penyair
atau tafsiran penyair atas kejadian aneh yang disaksikannya.
Dalam puisi tersebut Hilda
menyebutkan nama seorang tokoh yakni Jaka Sembung, jika kita membaca
berulang-ulang mengingatkan akan suatu hal yang sangat populer didengar oleh
telinga kita yakni jaka sembung bawa golok nggak nyambung goblok, sepintas kita
memang mempopulerkan nama tersebut namun tidak pada tempatnya kalau tidak mau
dikatakan memberikan pandangan sinis pada tokoh bernama Jaka Sembung yang
merupakan pahlawan dan pernah hidup di negara bernama Indonesia.
Puisi ini hendak menegaskan bahwa
hakikatnya seandainya Jaka Sembung masih hidup dan mendengar namanya disebut
berulang-ulang namun memekakkan telinga tentu akan menimbulkan rasa kesal bisa
berujung pada kutukan namun karena Jaka Sembung sudah tiada dan Kandang Haur
merupakan tempat saksi mata keberadaan Jaka Sembung maka daerah tersebut tak pernah
benar-benar menikmati keindahan bulan purnama dengan sempurna.
Selain puisi berjudul Kandang
Haur. Puisi berjudul Ziarah 2 merupakan puisi yang saya suka meski disajikan
dengan bahasa yang sederhana. Puisi ini menerangkan tentang kematian. Tentang tiga
hal yang akan menjadi teman sejati saat kematian menyapa yakni amal jariyah,
ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh, jika ketiga hal itu tak dimiliki sama
sekali maka yang akan didapat hanyalah kesepian dan rasa cekam.
Hilda menuturkan, suatu ketika kita akan berbaring
bersama/berteman kamboja meranggas (Ziarah 2), puisi ini hanya disajikan
dalam sebait yang hanya berisi dua larik namun mampu membahas kematian dengan
sangat mendalam.
Ziarah 2 juga sebagai penegasan
bahwa pada hakikatnya semua makhluk hidup akan binasa, kecuali Allah yang kekal
abadi. Karena manusia tak abadi maka perbekalan pulang harus ada, jika tidak
ada maka hanya pedih-perih yang akan senantiasa menemani.
Paling tidak Panyalai telah
terbit dan telah diperkenalkan kepada pembacanya dengan ragam rupa dalam
memandang ragam aspek kehidupan. Dalam buku ini, terkadang Hilda berada dalam
dunia spritual yang begitu nakal dan terkesan sangat blakblakan. Puisi berjudul
Hujan merupakan puisi yang tak mau berbasa basi kepada dirinya dan kepada kita
pada para pembaca. Berikut saya posting utuh puisinya,
HUJAN
Sabar,
Tuhan sedang sibuk
mengajarkan tanda koma pada hujan
yang bersikeras mengajariku
arti gigil
Cilangkap, 9 Februari 2015
Puisi ini bisa jadi merupakan
cara Hilda menggambarkan keinginan manusia yang serba instan, yang selalu ingin
mendapatkan apa yang dipinta. Kendati dalam hadits qudsi Allah menegaskan, Panggil Aku (berdoalah padaKu) niscaya Aku
kabulkan namun puisi hujan Hilda seakan menegaskan bahwa segalanya ada
proses. Kendati Allah telah menjamin setiap doa pasti dikabulkan namun harus
ada penyeimbangan antara usaha dan doa, sebagaimana Allah menciptakan langit
dan bumi beserta isinya dalam enam masa, tidak langsung menggunakan Kun
FayakunNya.
Biodata Penulis
Moh. Ghufron Cholid adalah nama
pena Moh. Gufron, S.Sos.I lahir di Bangkalan, 7 Januari 1986 M. Menulis puisi,
cerpen, pantun dan esai terbit di beberapa media baik di dalam maupun luar
negeri. Pendiri Pesantren Penyair Nusantara bermukim di Pondok Pesantren
Al-Ittihad Junglorong Komis Kedungdung Sampang Madura. HP 087759753073
Sumber tulisan Esastera Kritikan
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10206016081108038&set=gm.1679345635672787&type=3&theater
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10206016081108038&set=gm.1679345635672787&type=3&theater
Tidak ada komentar:
Posting Komentar