Oleh Moh. Ghufron Cholid*
DI MAKAM NAIM
Untaian kata berbulir belangsungkawa
air mata luluh menembus cakrawala
dalam hening mengitari
harumnya zikir bertasbih
menyanyat-nyayat jiwa
sebermula kata bicara
Naim...
di makammu terlakar cita dan harapan
menutupi tiap tangis kesunyatan
menabiri kekinian
menjadi inti diri
terlukis mematri di akhir goresan.
Naim...
dalam lirih lepas nafas
dikau memberi sejuta harapan
biar raga dan ruhmu
melayang ke Negeri Abadi
menuntas dunia depan yang jauh
mengapai derajat tertinggi di sisi Khalik.
Selamat jalan Naim
tenang dan damailah di sana
biar angin menguraikan udaramu
saatnya aku akan berpulang jua.
Puisi mengenang Almarhum Cikgu Mohammad Naim
Daipi
( 27/6/1950 - 13/4/2015 )
Shirley Idris
Sinar Bukit Dumbar,
14042015
DI MAKAM NAIM adalah judul yang dipilih shirley untuk menggambar betapa pedih penyair serumpun karena kehilangan sosok guru sekaligus sahabat dalam kembara bahasa, NAIM adalah sebutan akrab buat alm. mohamed naim daipi yang wafat pada 13 april 2015.
Latar suasana pedih sangat terasa di bait pertama. hal ini bisa dimaklumi kedekatan emosional kreator dengan naim tak hanya perkenalan lewat karya bahkan terjalin secara tatap muka jika menghayati bait pertama.
Manusia adalah cerita bagi generasi berikutnya#maka jadilah cerita yang baik bagi yang ditinggalkan. tampaknya Naim dalam pandangan shirley telah menjadi hasanan liman wa'a (cerita yang baik bagi generasi yang ditinggalkan). Kesan tersebut sangat jelas di bait pertama.
Rasa kehilangan rupanya tak cukup hanya mengungkap kepedihan maka ada sikap yang hendak ditampakkan oleh shirleydi bait keduanya,
Naim...
di makammu terlakar cita dan harapan
menutupi tiap tangis kesunyatan
menabiri kekinian
menjadi inti diri
terlukis mematri di akhir goresan.
Nisan orang baik selalu menjadi penanda yang baik. Bisa dipahami sejatinya yang meninggal hanyalah jasad sementara cita dan harapan masih bisa dilacak dan dirasakan kehadiran lewat pemikiran yang ditinggalkan.
Nisan orang yang baik bisa menjadi cermin bagi orang yang hidup, cermin untuk berlomba menjadi yang terbaik. Barangkali inilah yang henak disampaikan shirley di bait kedua.
Shirley tak puas hanya mebjadikan nisannaim sebagai cermin untuk menjadi probadi yang lebih baik maka di bait ketiga Shirley semacam meegaskan kesaksian bahwa naim adalah sosok yang baik,
Naim...
dalam lirih lepas nafas
dikau memberi sejuta harapan
biar raga dan ruhmu
melayang ke Negeri Abadi
menuntas dunia depan yang jauh
mengapai derajat tertinggi di sisi Khalik.
Kematian adalah peristiwa yang pasti yang terjadi maka mempersiapkan bekalyang baik adalah yang harus dilakukan tiap insan, apa yang dilakukan naim adalah upaya mendapat maqam tertinggi di sisi sang khalik.
Bait pamungkas menunjukkan shirley telah sampai pada puncak kesadaran bahwa sejatinya hidup adalah kembara menuju kematian dan kepulangan seseorang merupakan penanda untuk kepulangan bagi yang lain atau menunggu antrian.
Menginsafi kematian adalah jalan yang akan ditempuh tiap insan maka mengatakan selamat jalan adalah langkah terbaik yang ditempuh shirley. Melepas kepergian sosok yang istimewa dalam hidup dengan penuh kesadaran adalah bagian dari jalan ikhlas yang mau tak mau akan dijalani tiap insan.
TEMA YANG DIANGKAT
KEMATIAN adalah tema yang diangkat shirley dalam puisinya kali ini. "Segala sesuatu akan binasa kecuali Allah" dalam firman yang lain, "Tiap jiwa akan mengalami kematian".
Apa yang hendak dihadirkan shirley dengan mengangkat tema kematian? barangkali shirley hendak mencubit hatinya dan kita selaku pembaca bahwa sejatinya kita akanmati, dengan mengingat tentulah menepuk dada atas segala keberhasilan atau terlampau berduka atas segala yang hilang dari kita tentu takkn pernah terjadi, kalaupun harus terjadi tentulah takkan terjadi secara berlebihan.
Kematian tak terduga yang erjadi pada seseorang barangkali menjadi semacam rambu bahwa sejatinya tak ada yang benarbenar mampu menebak.secara pasti kapan kematian datang menjemput sehingga meerjemahkan usia dengan hatihati dan penuh kesadaran adala pilihan yang akan dambil untuk menjadi pribadi yang lebih unggul.
Madura, 14 April 2015
*Pendiri Pesantren Penyair Nusantara di FB, menulis puisi, pantun, cerpen dan esai, terbit dalam antologi bersama baik di dalam dan luar negeri, sempat membacakan beberapa puisinya di Kongres Penyair Sedunia ke-33 di Ipoh Malaysia, menetap di Madura.
Untaian kata berbulir belangsungkawa
air mata luluh menembus cakrawala
dalam hening mengitari
harumnya zikir bertasbih
menyanyat-nyayat jiwa
sebermula kata bicara
Naim...
di makammu terlakar cita dan harapan
menutupi tiap tangis kesunyatan
menabiri kekinian
menjadi inti diri
terlukis mematri di akhir goresan.
Naim...
dalam lirih lepas nafas
dikau memberi sejuta harapan
biar raga dan ruhmu
melayang ke Negeri Abadi
menuntas dunia depan yang jauh
mengapai derajat tertinggi di sisi Khalik.
Selamat jalan Naim
tenang dan damailah di sana
biar angin menguraikan udaramu
saatnya aku akan berpulang jua.
Puisi mengenang Almarhum Cikgu Mohammad Naim
Daipi
( 27/6/1950 - 13/4/2015 )
Shirley Idris
Sinar Bukit Dumbar,
14042015
DI MAKAM NAIM adalah judul yang dipilih shirley untuk menggambar betapa pedih penyair serumpun karena kehilangan sosok guru sekaligus sahabat dalam kembara bahasa, NAIM adalah sebutan akrab buat alm. mohamed naim daipi yang wafat pada 13 april 2015.
Latar suasana pedih sangat terasa di bait pertama. hal ini bisa dimaklumi kedekatan emosional kreator dengan naim tak hanya perkenalan lewat karya bahkan terjalin secara tatap muka jika menghayati bait pertama.
Manusia adalah cerita bagi generasi berikutnya#maka jadilah cerita yang baik bagi yang ditinggalkan. tampaknya Naim dalam pandangan shirley telah menjadi hasanan liman wa'a (cerita yang baik bagi generasi yang ditinggalkan). Kesan tersebut sangat jelas di bait pertama.
Rasa kehilangan rupanya tak cukup hanya mengungkap kepedihan maka ada sikap yang hendak ditampakkan oleh shirleydi bait keduanya,
Naim...
di makammu terlakar cita dan harapan
menutupi tiap tangis kesunyatan
menabiri kekinian
menjadi inti diri
terlukis mematri di akhir goresan.
Nisan orang baik selalu menjadi penanda yang baik. Bisa dipahami sejatinya yang meninggal hanyalah jasad sementara cita dan harapan masih bisa dilacak dan dirasakan kehadiran lewat pemikiran yang ditinggalkan.
Nisan orang yang baik bisa menjadi cermin bagi orang yang hidup, cermin untuk berlomba menjadi yang terbaik. Barangkali inilah yang henak disampaikan shirley di bait kedua.
Shirley tak puas hanya mebjadikan nisannaim sebagai cermin untuk menjadi probadi yang lebih baik maka di bait ketiga Shirley semacam meegaskan kesaksian bahwa naim adalah sosok yang baik,
Naim...
dalam lirih lepas nafas
dikau memberi sejuta harapan
biar raga dan ruhmu
melayang ke Negeri Abadi
menuntas dunia depan yang jauh
mengapai derajat tertinggi di sisi Khalik.
Kematian adalah peristiwa yang pasti yang terjadi maka mempersiapkan bekalyang baik adalah yang harus dilakukan tiap insan, apa yang dilakukan naim adalah upaya mendapat maqam tertinggi di sisi sang khalik.
Bait pamungkas menunjukkan shirley telah sampai pada puncak kesadaran bahwa sejatinya hidup adalah kembara menuju kematian dan kepulangan seseorang merupakan penanda untuk kepulangan bagi yang lain atau menunggu antrian.
Menginsafi kematian adalah jalan yang akan ditempuh tiap insan maka mengatakan selamat jalan adalah langkah terbaik yang ditempuh shirley. Melepas kepergian sosok yang istimewa dalam hidup dengan penuh kesadaran adalah bagian dari jalan ikhlas yang mau tak mau akan dijalani tiap insan.
TEMA YANG DIANGKAT
KEMATIAN adalah tema yang diangkat shirley dalam puisinya kali ini. "Segala sesuatu akan binasa kecuali Allah" dalam firman yang lain, "Tiap jiwa akan mengalami kematian".
Apa yang hendak dihadirkan shirley dengan mengangkat tema kematian? barangkali shirley hendak mencubit hatinya dan kita selaku pembaca bahwa sejatinya kita akanmati, dengan mengingat tentulah menepuk dada atas segala keberhasilan atau terlampau berduka atas segala yang hilang dari kita tentu takkn pernah terjadi, kalaupun harus terjadi tentulah takkan terjadi secara berlebihan.
Kematian tak terduga yang erjadi pada seseorang barangkali menjadi semacam rambu bahwa sejatinya tak ada yang benarbenar mampu menebak.secara pasti kapan kematian datang menjemput sehingga meerjemahkan usia dengan hatihati dan penuh kesadaran adala pilihan yang akan dambil untuk menjadi pribadi yang lebih unggul.
Madura, 14 April 2015
*Pendiri Pesantren Penyair Nusantara di FB, menulis puisi, pantun, cerpen dan esai, terbit dalam antologi bersama baik di dalam dan luar negeri, sempat membacakan beberapa puisinya di Kongres Penyair Sedunia ke-33 di Ipoh Malaysia, menetap di Madura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar