Oleh Imron Tohari
“Dunia yang dibangun oleh imajinasi dari pengalaman dan gagasan
yang tak terhitung jumlahnya jauh lebih indah daripada dunia yang
dapat di indera” (Hellen Keller)
“Puisi” sebagai
reinkarnasi bahasa hati,pikiran ( samsara bahasa/kelahiran kembali
bahasa ) dari masing-masing pribadi/individu pengkarya cipta yang
dituangkan ke dalam bentuk bahasa tulis pun lisan yang pada akhirnya
menciptakan letupan-letupan imajinatip di alam imajinasi pengkarya
cipta itu sendiri maupun penikmat baca/apresiator puisi. Di mana
muatan emosi “puisi” sangat beragam, ada suka ada duka, ada
kegembiraan ada kemarahan. Puisi sebagai permainan bahasa,
mentranslate rasa/gejolak jiwa, melalui selubung simbol-simbol, atau
tanda-tanda yang terangkum pada larik/baris/bait dalam menyampaikan
pesan gejolak rasa jiwa dari penulis/penyair, yang merupakan hasil
dari saripati sunyi ( baca: perenungan!).
Kenapa saya lebih senang menyebut “puisi” sebagai reinkarnasi bahasa atau samsara bahasa?
Samsara sebagai kata sifat mempunyai arti sengsara ( berdasarkan
kamus bahasa Indonesia ), samsara berdasarkan yang termaktub pada
surat Bagavad-gita (Budha) dan Weda ( Hindu ) samsara berarti
kelahiran kembali/reinkarnasi, namun dalam kelahiran kembalipun
(samsara ), yang merupakan perpindahan jiwa ini dari satu tubuh ke
tubuh yang lain atau disebut reinkarnasi eksternal (samsara atau
samsriti didalam bahasa sansekerta). Srimad Bhagavatam (Bhagavata
Purana) 5.11.5-7 menyebutkan bahwa pikiran terikat oleh indera
kesenangan, saleh atau tidak saleh. Kemudian hal itu tertuju pada tiga
model dari alam material dan menyebabkan penyesuaian kelahiran dalam
berbagai tipe tubuh, lebih tinggi atau lebih rendah. Oleh karena itu,
jiwa menderita ketidakbahagiaan atau menikmati kebahagiaan karena
pikiran,kemudian pikiran di bawah pengaruh ilusi menciptakan
aktivitas-aktivitas yang saleh dan aktivitas-aktivitas yang tidak
saleh, ( berdasarkan ajaran agama Budha ) dan pengertian akan samsara
ini juga tidak jauh beda dengan apa yang ada pada ajaran agama Hindu ;
di dalam Weda disebutkan bahwa "Penjelmaan jiwatman yang
berulang-ulang di dunia ini atau di dunia yang lebih tinggi disebut
Samsara. Kelahiran yang berulang-ulang ini membawa akibat suka dan duka.
Dan juga akan dipengaruhi akan adanya karma baik dan buruk
disaat-saat sebelumnya. Dari sudut pandang saya selaku orang Islam,
yaitu kelahiran kembali dari kematian di akhirat kelak, dengan segala
pertimbangan baik buruknya semasa kehidupan di dunia.
Begitu hal dalam setiap proses penciptaan puisi, dalam kesunyiannya
pasti akan terjadi suatu pertarungan batin dan atau pertarungan piker
pada diri pengkarya cipta ( pertarungan sinergi positip dan sinergis
negatip). Puisi sebagai reinkarnasi bahasa/samsara bahasa, pada
kelahirannya kembali, tidak terlepas dari proses/ritus suasana baik
buruk yang mempengaruhi rasa imajinatip pengkarya ciptanya. Dalam
pengertian, melalui puisi penyair berusaha menghidupkan imaji
tersembunyi ke dalam tubuh “bahasa”. Tubuh bahasa dari bayangan diri,
baik bayangan diri penyairnya maupun bayangan diri penikmat bacanya
yang sudah menyatu pada bayangan puisi itu sendiri!, maka jadilah
bayangan diantara bayangan; diri membayang pada puisi, puisi membayang
pada diri. Dan puisi yang baik, adalah puisi yang ditulis dengan penuh
ketulusan, serta tetap mengacu pada estetika moral, sehingga nantinya
bisa memberi pencerahan positip dan atau bisa menciptakan pola piker
baru yang baik bagi pencipta maupun apresiator yang membacanya.
Sebagai mahkluk sosial, disadari atau tidak kita pasti ingin
mengaktualisasikan diri atas segala hal yang dialami, kepermukaan,
baik itu secara ungkap langsung lisan pun tulis. Dari sana hal yang
melatar belakangi tercetusnya penulisan puisi 2 baris, 7 kata, yang
dalam pikiran saya waktu itu adalah bagaimana cara mengungkapan
gejolak perasaan pada sebuah puisi dengan tidak banyak kata namun bisa
mengaktualisasikan dengan citraan yang kuat dan bisa meruang di imaji
rasa piker saya selaku penulis sekaligus sebagai penghayat, juga kepada
penikmat baca selaku penghayat.
Dari pemikiran
tersebut saya lantas berfikir bahwa dengan pilihan kata (diksi) yang
tepat serta patut dalam membentur tautkan dalam suatu ikatan baris kata,
saya rasa cukup ideal 7 kata yang di bagi dalam 2 baris (Baris
pertama mesti menampilkan dirinya sebagai gambaran idea tema. Baris
dua mesti menampilkan dirinya sebagai letupan emosi/keadaan dan reaksi
psikologis dan fisiologis) untuk menceritakan keberadaan dirinya di
imaji rasa piker penghayat.
Intinya, puisi yang muncul
dalam persepsi kebutuhan saya pada saat itu lebih menitik beratkan
pada kepadatan kata ( 7 kata ), namun disampaikan dengan bebas tidak
terikat patron tertentu ( selain dari 7 kata dalam 2 baris ), di mana
baris pertama sebagai gambaran idea tema, dan baris dua sebagai
letupan emosi/keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti
kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan) dari citraan idea tema (
(Sas) cara membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu; kesan
atau gambaran visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau
kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan
puisi ), namun dalam kepadatan kata tersebut tetap membebaskan
pengkarya cipta dalam menuangkan imaji rasa tanpa dibatasi rima dan
jumlah kosa kata dalam satu kesatuan kalimat pada baris, kecuali
jumlah 7 kata/kalimat yang terbagi dalam 2 baris. Dan saya memilih pakai
2 baris untuk mengoptimalkan volume 7 kata, diharapkan dengan 2 baris
yang ada, dimana masing-masing barisnya telah diberikan peran
masng-masing, hal tersebut diharapkan bisa kian memberi ruang puisi
untuk bercerita banyak melebihi dari kapasitas teksnya sendiri yang
hanya terdiri dari 7 kata.
Saya menyadari bisa jadi puisi
2 baris 7 kata ini sebenarnya bukan hal baru, dalam pengertian saat
buat puisi pendek tanpa sadar pasti ada saja yang 2 baris 7 kata
(Hanya saja sekarang saya tentukan desainya/tentukan polanya, terutama
selain 2 baris 7 kata, mesti baris pertama menggambarkan citraan awal,
dan baris 2 menggambarkan citraan akhir yang keduanya saling menopang
baris satu sama baris lainnya), tapi kalau pola tuang 4444 saya jamin
dulunya belum sekali pun ada tertulis yang murni 4 huruf dalam 4
kalimat dalam 4 baris dalam 4 bait utuh puisi rima ( sebatas ketidak
tahuan saya lho ), namun saya berfikir dengan pola yang tidak banyak
memerlukan kata ini, namun bisa mentranslatekan gejolak rasa jiwa
penulisnya akan menjadi rangsangan tersendiri untuk suka menulis puisi
(Terutama bagi mereka yang tadinya tidak suka puisi, minimal akan
sudi untuk sekedar membacanya ).
Lalu apa dan bagaimana
yang menjadi tolak ukur suatu puisi dikatakan sesuai pola tuang 2
baris 7 kata yang saya maksudkan ( desainkan )?
1. Tentunya puisi tersebut mesti tersaji dalam pola tuang 2 baris, 7 kata.
2. Wajib ada judul. sebab hal tersebut berkenaan dengan padatnya
kata yang bisa diolah menjadi suatu kekuatan utuh karya dalam
menyampaikan pesan pada penikmat baca tanpa meniggalkan kesan
keindahan bahasa puisi itu sendiri. Judul yang baik (baca: kuat)
sekaligus merupakan pintu masuk untuk pembaca bisa memahami dan
menikmati letupan pesan yang ingin dihantarkan pencipta karya ke imaji
rasa penghayat.
3. Baris pertama harus/mesti menampilkan
dirinya sebagai gambaran idea tema ( semacam latar pembuka ) yang
menciptakan gambaran pokok kejadian, karena baris pertama ini yang
akan menjadi pemandu luncur ke baris dua sebagai baris penegas/baris
penutup yang bermuatan kristalisasi renung ( kontempelasi)
4. Baris dua harus/mesti menampilkan dirinya sebagai letupan
emosi/keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti
kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan) dari citraan idea tema (
(Sas) cara membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu; kesan
atau gambaran visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau
kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan
puisi ), yang menompang dari apa yang telah dicitrakan pada baris
pertama. Dan sebagai alur akhir/penutup, baris 2 ini bisa berupa opini
kekinian, bisa berupa kesimpulan akhir dari kejadian, bisa berupa
renungan ect, yang penting upayakan bisa meninggalkan kesan pada
pembaca! .
5. antara baris 1 dan baris 2 harus/mesti ada
ketertautan alur antar barisnya, hal ini sangat-sangat perlu agar bisa
memandu dengan baik penghayat/penikmat baca masuk kedalam keseluruhan
batang tubuh puisi yang teramat padat dengan pola 2 baris, 7 kata ini
( walau dalam kasus alur lompat pun tetap harus ada relevansi benang
merahnya dalam satu kesatuan pesan utuh yang ingin disiratkan ke
pembaca.
Pernah terlintas dipikiran saya : “lalu
bagaimana kalau yang terpenuhi hanya fisik puisi saja, dalam
pengertian yang terpenuhi hanya 2 baris, 7 kata-nya saja? Apa masih
bisa disebut sebagai puisi pola tuang 2,7 ( baca: 2 baris, 7 kata) ?”
Jika nilai ukurnya adalah baris dan kata, maka hal tersebut telah
memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam puisi 2,7 ( Selanjutnya baca: 2
baris, 7 kata ), namun untuk disebut sebagai puisi 2,7 yang memenuhi
semua syarat : baik jumlah baris, kata, serta kekuatan estetik bahasa
dan estetik makna yang merupakan prasyarat wajib untuk suatu karya 2,7
layak disebut puisi atau disebut slogan/pernyataan, tentunya perlu
juga diperhatikan prasyarat lain yang menyerta pada desain pola tuang
2,7 ini ( Seperti diterangjelaskan tulisan di atas ).
Jadi tidaklah salah jika akan muncul pertanyaan seperti ini : Puisi 2
Baris, 7 kata tak ubahnya seperti jinggel iklan atau slogan, benarkah?
Karena tingkat kepadatan kata yang dituang dalam 2 baris, 7 kata,
hal ini sangat memungkinkan untuk merangsang pencinta karya puisi,
menulis dan terus menulis dengan pola tuang ini, sehingga tanpa
disadari, karena adanya dorongan menulis yang demikian cepat dan
kuatnya, estetik puitika dan estetik makna jadi terlupakan ( kalau
tidak boleh dikata terabaikan ) sehingga apa yang dituangkan serasa
mengalir sebagai bentuk pernyataan/slogan saja. Jadi tidaklah salah
jikalau ada yang mengatakan puisi 2 baris, 7 kata tidak lebih dari
"Slogan/Jinggel iklan". Tapi hal tersebut tidak beraku pada puisi 2
baris, 7 kata yang memenuhi prasarat baik secara estetika bahasa pun
estetika makna sebagai bentuk konkret untuk disebut sebagai "PUISI",
sebab puisi tidak hanya sekedar rangkai kata, namun mesti menyiratkan
letupan makna yang bisa sampai hayat manfaatnya.
Dalam
bukunya "Kritik Seni" halaman 8 - 9, Dharsono/Sony Kartika mengutip
apa yang dikatakan oleh DeWitt H. Parker, pembatasan tentang seni dan
mengganggapnya sebagai ekspresi suatu ungkapan. Ungkapan dapat
dilukiskan sebagai pernyataan suatu maksud perasaan atau pikiran
dengan suatu medium indera atau lensa, yang dapat dialami lagi oleh
yang mengungkapkan dan ditujukan atau dikomunikasikan kepada orang
lain. Dalam arti seperti itu maka suatu sajak (puisi) merupakan suatu
ungkapan sekelumit pengalaman yang dilahirkan lewat kata-kata.
Tujuan ungkapan seni dibuat dan dinilai untuk dirinya sendiri,
untuk keperluan lain, dan kita sebenarnya selalu akrab dengannya, dan
kita sengaja membuatnya serta merenunginya. Coba bandingkan antara
sajak/puisi cinta dengan pernyataan/slogan cinta. Sajak yang dinilai
akan mengalami emosi berirama yang ditimbulkan pada penulis sekaligus
pembacanya. Sedang pernyataan/slogan, sekalipun dinikmati oleh yang
menyatakan, namun nilai utama terletak pada akibat yang ditimbulkan,
makin cepat persaratan itu selesai semakin baik. Sajak/puisi tujuannya
pada diri sendiri, dapat diulang-ulang; nanti esok kapan saja, sedang
pernyataan/slogan yang pada pokoknya merupakan alat untuk mencapai
tujuan bukan untuk dirinya sendiri, sehingga tidak ada artinya lagi
untuk diulang setelah tujuan itu tercapai atau gagal. Sajak/puisi bukan
sekedar alat tetapi ungkapan seni yang tetap bernilai, walau tujuan
itu tercapai atau gagal. (Parker, 1946: 14)
Sebagai
penutup tulisan saya tentang “Mengenalkan Puisi 2,7 ( Baca : 2 Baris, 7
Kata ) ala lifespirit!”, saya berharap idea kreatif ini tidak
mengotori nilai-nilai luhur sastra puisi. Amin3x. Insyaallah.
salam lifespirit!
Beberapa puisi 2,7 ( Baca: 2 baris, 7 kata ) yang berhasil membuat debar jantung saya (Canda ala lifespirit) :
- 1) TANPA KEKASIH (Puisi 2 baris,7 kata )
Jarum jam menghitung detak
Malam serupa jahanam
( lifespirit, 24 December 2012 )
- 2) TENTANG PAYUNG ( Puisi 2 baris,7 kata )
Jika dukamu adalah hujan
Payung itu aku
( lifespirit, 24 December 2012 )
- 3) TENTANG KEYAKINAN ( Puisi 2 baris,7 kata )
Beribu jalan beribu semak
Dan aku merindukanmu
( lifespirit, 24 December 2012 )
- 4) TENTANG KORUPTOR ( Puisi 2 baris,7 kata )
Musim hujan bercocok gedung
Materialnya darah rakyat
( lifespirit, 24 December 2012 )
- 5) RINDU ( Puisi 2 baris, 7 kata )
Malam, jendela diketuk resah
Seketika ingat Mihrab
( lifespirit, 24 December 2012 )
- 6) Mencintaimu ( Puisi 2 baris, 7 kata )
Kubiarkan mataku menggali kubur
Dengan huruf huruf
(lifespirit, 2010
- 7) Kemarau ( Puisi 2 baris, 7 kata )
Sawah ladang kering, petani
Krakk!, berebut ranting
(lifespirit, 24 December 2012
- 8) Katak Kertas ( Puisi 2 baris, 7 kata )
katak kertas melompat,dan
jiwaku berada bersamanya
(lifespirit, 24 December 2012
- 9) TENTANG IBU ( Puisi 2 baris, 7 kata )
Pada peluit ketel, rinai
Senyum selepas subuh
(lifespirit, 24 December 2012)
- 10) NATAL ( Puisi 2 baris, 7 kata )
Bintang jatuh di Herodes
Airmata cemara tua
(lifespirit, 24 December 2012)
- 11) TENTANG KERAPUHAN ( Puisi 2 baris, 7 kata )
Ranting, dahan, hanya bebayang
Aku terpatahkan sembab
(Purba Sesha, 24 Desember 2012)
- 12) TENTANG AYAH DAN IBU ( Puisi 2 baris, 7 kata )
Seperti tali sepatu
selalu mengikat kedua pihak
(Dewi Hani, 24 Desember 2012)
- 13) Gurindam Malam ( Puisi 2 baris, 7 kata )
Gurindam tengah malam
Sajak tentang politik kosong
(Ivan Khatulistiwa Prasetya, 24 December 2012 )
Padi ditumbuk ke Thailand
kincir menangis terabaikan
(Syarifuddin Arifin Dua, .sajak 'Mengurai Padang', hal.55 ks "Maling Kondang", 2012)
- 15) BUNGA LARUNGAN ( Puisi 2 baris, 7 kata )
sohor pantai laut kidul
tua muda ikut
(Purba Sesha, 24 December 2012)
- 16) Kebersamaan ( Puisi 2 baris, 7 kata )
Bapak rembulan, ibulah matahari
Malamku begitu panjang
(Karang Indah, Ngampilan, 24-12-12)
- 17) Ikhlas ( Puisi 2 baris, 7 kata )
adalah lilin, cahya
biar batang dibakar api
(Alfiah Muntaz, 24 Desember 2012)
- 18) AMSAL CONGKAK ( Puisi 2 baris, 7 kata )
: Babel
hendak setara langit
tinggi menara mendahului keruntuhan
(Alfiah Muntaz, 24 Desember 2012)
- 19) AKU KAU DAN DIA ( Puisi 2 baris, 7 kata )
Cinta selendang mayang
di muara mana singgahnya ?
EUIS HERNI ISMAIL 24 12 2012
- 20) Nostalgia (Puisi 2 baris, 7 kata)
jika kali ciliwung meluap,
kuingat rumahku, tenggelam
@ Sonny H. Sayangbati 24-12-2012 / 06.47 pm-wib
- 21) JELANG NATAL (Puisi 2 baris, 7 kata)
cemara berlampu pijar
akan datang cahaya benderang
(DAM, BPSM 24.12.2012)
- 22) KEBAHAGIAAN (Puisi 2 baris, 7 kata)
lengking tangis bayi
mata bunda berkaca, manikam
(Ida Akmal, 24 Desember 2012)
- 23) KEMUKUS DALAM GERIMIS
Kemukus dalam gerimis
Kencan ulat-daun talas
Moh. Ghufron Cholid, Kamar Cinta, 2012
- 24) MATA SEJARAH SANGIRAN
Mata sejarah Sangiran
Manusia purba tajamkan batin
Moh. Ghufron Cholid, Kamar Cinta, 2012
- 25) TENTANG RUMAH ( puisi 2 baris 7 kata )
Sepetak tanah ditanami batu kali
tumbuhlah rumahku
24122012/DH
- 26) SIMFONI SUNYI ( puisi 2 baris, 7 kata )
Gemericik air ikan berkecipak
Malam ditikam sendu
( Wawan Darmawan, Bogor mon 24 dec 2012, 10:17:59 PM )
ibu selalu melukis senyum
di kanvas cinta
DAM, 25 DES 2012
"selamad milad mbak Nabila Dewi Gayatri" Gusti Allah ora sare
- 28) DISAYAT ANGIN ( puisi 2 baris, 7 kata )
ke gunung makan angin
merpati patah sayapnya
(Syarifuddin Arifin, Padang, 25/12-2012)
- 29) ULANG TAHUN ( puisi 2 baris, 7 kata )
seperti sumbu dibakar waktu
menunggu, tersisa apa
(Alfiah Muntaz, 25 Desember 2012)
jemari menari
meracik kata jadi dada doa
DAM, 25 Desember 2012
Sebongkah karang membaca sepi
Di lautMu tenggelam
(lifespirit, 25 Desember 2012)